Jumat, Januari 01, 2010

P E N J A R A Y A N G T A K N A M P A K


“ P E N J A R A Y A N G T A K N A M P A K ”

Namaku Imam Prasetyo Nugroho, beberapa tahun terakhir ini teman-temanku memanggil “boim”. Sebuah panggilan yang cukup simple bagiku dan mudah diucapkan. Namun olek kakak-kakakku aku sering dipanggil “pras”, bahkan ada panggilanku yang lebih extrem dan tak enaklah di dengarnya. Mereka sering memanggil ku “…..” , ah…kiranya tak usahlah kalian tau kawan takutnya justru nama itu lebih popular. Aku dilahirkan di Jakarta 27 tahun yang lalu disebuah Rumah Sakit cukup terkenal dikalangan militer negeri ini. Masa kecilku dibesarkan dalam sebuah kompleks militer didaerah yang bernama “Berland”. Taukah kalian sobat, daerah ini daerah yang brengsek semenjak aku kecil hingga saat ini. Kehidupan anak mudanya yang songong dan selalu tawuran yang dijadikan ritual taunan. Asal kalian tau aja kawan kenapa anak mudanya begitu berani walaupun sebenarnya yang mereka lakukan adalah salah. Berland ini kompleks militer yang dari pangkat kroco hingga kolonel pun hidup berdampingan disini. Ah..kalian tentunya sudah paham maksud ku kawan.

Ketika umurku beranjak 5 tahun keluarga kami hijrah ke kota Newyorkkarto Hadiningratan dikarenakan nenekku hidup sendirian setelah kakekku mangkat. Nah…di kota inilah aku menghabiskan masa remajaku dan di kota ini pula carakter jiwaku mulai dibentuk menjadi manusia “pemberontak”. Namun aku beruntung bisa besar di kota yang cukup terhormat ini. Tentunya aku tak akan menjadi pemuda Jakarta yang lagaknya seperti koboi ataupun si brengsek John Wayne. Di kota ini aku dididik untuk bisa berempati terhadap kaum marginal dan wong cilik. Akupun merasa bangga bisa menyerap ilmu dikota yang notabennya kota pelajar. Aku bisa lulus dari sebuah sekolah kejuruan terhebat di kota dimana budaya jawa masih diuri-uri dengan baik dan dijunjung tinggi diatas segalanya. Tahun 2001 aku dapat menyelesaikan sekolahku dan mulai merantau ke ibu kota. Nah…inilah awal petualanganku kawan dimana aku dijebloskan dalam penjara yang tak tampak secara tidak langsung oleh almamaterku sendiri.

Juni 2001 penderitaanku sebagai tahanan PMA pun dimulai. Disini aku dijadikan sebagai kuli dengan upah standart UMP. Sebenarnya mulai pertama aku mengijakkan kaki di tahanan ini ada aroma yang tak beres yang mengusik insting intelektualku. Issue yang aku dengar ternyata di tahanan ini ada blog-blog yang saling perang urat syaraf dan bila tak tertahankan finally-nya adu jotos pun di halalkan dengan konsekuensi harus minggat dari perusahaan. Bayangkan sobat…baru 3 bulan aku jadi tahanan sudah disuguhi adu fisik yang cukup menarik. Ini sebuah pertempuran antar blog yang terpaksa dilakukan demi sebuah kehormatan dan integritas kedaerahan. Tidak hanya sampai disini saja boy…, selang beberapa bulan pun ada juga adu fisik yang dihalalkan dan ini justru sesama anggota dalam satu blog. Ternyata isuue yang berkembang gara-gara memperebutkan makhluk hidup yang bernama wanita. Ah… lagi-lagi tulang rusuk kiri yang dicuri itu yang menjadi permasalannya. Memang mahkluk hidup yang satu ini lemah tapi dibalik kelemahannya mempunyai kekuatan yang maha dahsyat. Sudah banyak para pemimpin dunia yang terkapar karena bujuk rayunya. Baiklah kawan aku lanjutkan petualangan menjadi tahanan dengan NIN (Nomor Induk Narapidana) 8003940601 ini. Tapi alangkah baiknya bila aku singkat saja. Karena kisahku ini kelak akan aku buat sebuah novel yang judulnya “pembunuhan Intelektual sang pemberontak” , judul yang sangat controversial bukan.

Sewindu lebih lamanya aku mendekam dalam sebuah penjara yang tak tampak ini. Disini tenagaku dirampok secara paksa, keringatku diperas hingga habis, dan dibayar dengan banyak potongan serta dibuat bodoh oleh kungkungan sebuah system yang lebih kejam dari feodal. Sungguh waktu yang menurutku lama untuk bisa keluar dari sell setan ini. Namun dalam penderitaanku menjadi narapidana ini aku masih sempat untuk menge-charge intelektualku dengan dunia luar walaupun secara sembunyi-sembunyi dan penuh resiko. Dunia luarlah yang menyadarkan diriku untuk segera melakukan pemberontakan secara single fighter. Layaknya sebuah penjara disini pun banyak berkeliaran sipir-sipir bengis dan kejam. Akan tetapi masih ada sipir yang baik hati tapi jumlahnya tak lebih dari 10 jari boy..! Sipir-sipir brengsek ini yang selalu mengawasi gerak-gerik kami selama dipekerjakan di dalam penjara Nippon kawan. Kadang mereka tak segan menindas, menekan, bahkan memerintah seenak udelnya sendiri. Apakah mereka tak sadar bahwa yang mereka perlakukan seperti itu adalah saudaranya sendiri, sama-sama anak negeri ini. Yah…inilah kenyataan boy, sekali lagi kenyataan yang pahit. Aku rasa tak ada lagi tempat dimana kami mengadu, dan melimpahkan semua masalah ini. Sikap dari perwakilan tahanan pun sama-sama brengseknya dengan para sipir. Jika dibawah mereka bersuara dengan lantang, “sampaikan aspirasi kalian kepada kami, kami sebagai wakil dari kalian akan sekuat tenaga menyampaikan dan memperjuangkan demi kesejahteraan kita semua……!” “Taiiiiii……!” umpatku kasar dalam hati.
Jika sudah berhadapan dengan kepala penjara mereka hanya bisa menunduk dan berkata ,“yes sir.”
“Masalah anak-anak dibawah itu gampang diatasi asalkan bapak memberikan kopensasi untuk saya pribadi. Tenang saja pak serahkan semuanya pada saya pasti beres.”
Dan yang ada para tahanan hanya membuat issue sehebat mungkin dibelakang barak sambil menikmati secangkir kopi boleh ngutang yang dikeroyok oleh mulut beberapa orang dan selinting marijuana cuba.

Miris hatiku melihat ini semua. Kejelekan mereka hanya bisa ngomong di belakang tapi jika disuruh membangun people power melawan sipir-sipir brengsek itu, jawabanya adalah .
“Aku masih banyak tanggungan boy, kamu aja yang masih muda apalagi kamu kan tau dunia di luar penjara ini.” Atau
“Aku di belakangmu anak muda, apapun yang terjadi aku ikut denganmu.” Dan yang lebih menjengkelkan adalah,
“bagaimana anak dan istriku diluar penjara ini jika hukuman ku bertambah berat atau bahkan aku dihukum gantung.”
“brengsek….setan….asu kabeh…!” Umpatku jika mendengar mereka berkilah. Maunya ingin enaknya aja, giliran ditempatkan di frontliner mereka ga ada yang berani. Jika aku sendirian melawan sipir-sipir setan itu sama saja aku menggali kuburanku sendiri.
Bayangkan kawan, penjara ini tak pernah ada grasi, amnesty bahkan abolisi yang ada hanya eksekusi bagi tahanan yang sudah tak betah hidup.
Akupun mulai berpikir untuk menyelamatkan diriku sendiri karena sudah tak ada lagi yang bisa aku ajak untuk melakukan perang terbuka dengan sipir-sipir brengsek ini. Dengan bermodalkan pengetahuan yang sempat aku dapat dari dunia luar aku pun mulai mengatur strategi diplomasi menghadapi kepala penjara.

Layaknya seorang tahanan politik akupun mengajukan PK (peninjauan kembali) kepada kepala penjara dengan alasan aku sudah cukup lama untuk ditahan di penjara Nippon ini. Ternyata kepala penjara meneken pengajuan PK ku. Entah karena selama di penjara perlakuanku yang baik atau dia sudah muak melihat tampangku, atau bahkan aku termasuk orang yang masuk dalam daftar buku hitam yang perlu disingkirkan, aku pun tak tau. Tapi bagiku itu semua whatever. Tepatnya di akhir taun 2009 bulan Desember masa tahanan ku berakhir dengan sukses dan akupun diberi kopensasi penggantian hak selama sewindu sebesar 2,5 dollar rupiah. Sungguh tak sesuai dengan pengabdian dan penderitaanku selama ini, tapi biarlah semoga semua ini barokah. Kepad teman-temanku yang masih menjalani tahanan di penjara Nippon, maafkan sobat mu ini yang tak bisa berbuat banyak untuk kesejahteraan kita. Aku tau mungkin dari kalian kecewa terhadap keputusanku tapi aku sudah merasa tak kuat lagi menjadi tahanan Nippon dengan sipir-sipir bermoral bejat seperti mereka. Smoga dunia luarku lebih menjanjikan dan kelak dapat menyeret keluar kalian dari penjara ini, dan bersama kita menciptakan menusia yang merdeka. Untuk kawan-kawan ku di penjara Nippon smoga Allah SWT menjaga kalian dan keluargamu amin.


boimprasetyo
ex. Narapidana
8003940601

Tidak ada komentar: