Minggu, Mei 23, 2010

DEMOKRASI DI WARUNG KOPI




Menurut saya tempat yang paling “demo” yang melebihi aroma suasana demokrasi ya di warung kopi. Dimanapun dibelahan dunia ini pasti ada yang namanya warung kopi, walaupun beda namanya. Dari warung kopi pinggir pantura, angkringan atau hek dalam bahasanya orang yogya-klaten-solo, kedai kopi bagi orang melayu hingga coffe shop ataupun coffe bean bagi mereka para konglomerat tempat berkongkow ataupun lobying dalam bisnis mereka.
Diwarung kopi inilah demokrasi yang sebenar-benarnya terwujud. Demokrasi tanpa konspirasi busuk, demokrasi tanpa koalisi dagang sapi dan demokrasi tanpa oposisi yang saling membunuh pendapat satu sama lain. Bahkan gedung yang sekarang ini miring 70 di senayan itupun kalah dengan demokrasinya warung kopi. Disini para wong cilik bebas berpendapat, mengemukakan statmentnya tanpa di intimidasi oleh siapapun bahkan oleh partai yang berkuasa. Bahkan mereka bebas mengkritik kebijaksanaan penguasa kabupaten, penguasa provinsi dan penguasa negeri ini. Menjelek-jelekan bahkan menggoblok-nggobloki pemimpinnya pun tak dilarang bahkan sesuatu yang wajar sebagai pelampiasan ketidak adilan negeri ini terhadap wong cilik. Tak ada aturan protokoler dalam mengemukakan pendapat. Tak ada intimidasi, tak ada konspirasi dan murni dari sebuah kegundahan hati yang telah mencapai tititk kulminasi yang harus segera diungkapkan. Hanya satu yang harus dipegang yaitu saling menghormati saja dan aturan yang dijunjung tinggi adalah kalau bisa jangan ngutang setelah menghabiskan secangkir kopi.
Disini tak ada moderator, disisni tak ada narasumber utama, disini tak ada pakar, disini tak ada panelis, disini tak ada pimpinan dan anggota, disinipun tak ada penulis notulen. Semua merasa menjadi moderator, menjadi panelis, menjadi narasumber, menjadi pimpinan dan anggota dan semua merasa menjadi pakar. Tema yang dibicarakan pun mungkin melebihi agenda rapat anggota dewan yang ngakunya terhormat. Sekali ngopi bisa masalah ideology, politik, ekonomi, social, budaya, agama bahkan issue mancanegara yang mereka bicarakan. Dan kadang-kadang kalau kita mau jujur justru pendapat kaum marginal ini yang benar-benar murni dan tepat sasaran. Disini juga etika mengemukakan pendapat dan berbicara saya kira lebih beradap dari orang-orang yang duduk di senayan dengan seragam safarinya. Coba lihat deh… betapa buruknya kelakuan seorang anggota dewan yang ngakunya dosen sekaligus pakar IT yang berteriak-teriak ga jelas maksudnya dikala rapat paripurna. Dan masih kita ingat juga anggota dewan yang ngakunya mengerti ilmu hukum yang telah malang-melintang menjadi lawyer akan tetapi mengumpat sejadi-jadinya dikala sidang. Kita pun tak jarang melihat anggota dewan yang ngakunya terhormat justru tertidur atau sengaja tidur dikala membahas penderitaan rakyat. Dan diluar itu sudah jadi rahasia umum kalau dibelakang mereka main perempuan bahkan pernah tersebar video mesum anggota dewan dengan penyanyi dangdut yang saat ini berani-beraninya nyalonin jadi cawabub di jawa timur. Dan satu lagi yang perlu diakui bahwa anggota dewan yang ngakunya terhormat ini telah memberi contoh yang tidak baik kepada rakyat negeri ini dengan adu jotos diruang sidang. Bahkan disiarkan live oleh stasiun televisi swasta.
Akan tetapi sangat beda jika suasana diwarung kopi. Mengumpat sebuah hal yang biasa bagi mereka, karena memang yang nongkrong di warkop adalah dari semua kalangan. Dari kere’ hingga yang kere munggah bale’. Akan tetapi mereka ini saling menghormati pendapat satu sama lain. Prinsip mereka berbeda boleh suatu hal yang biasa asal jangan ngisruh. Bahkan ketika saya kongkow di warung kopi bawah fly over janti orang yang ikut nongkrong disitu justru berbahasa jawa alus dengan saya. Malah jadi ga enak sendiri, padahal saya sendiri justru sering menggunakan bahasa nasional dalam sehari-hari. Bahkan saya bisa menyimpulkan cara meloby anggota dewan dengan lawan politiknya di coffe shop atau coffe bean hotel telah mengadopsi kebiasaan orang-orang marginal yang sering nongkrong dan ngobrol di warung kopi. Memang warung kopi adalah zona netral. Disana segala kalangan berkumpul dengan melepaskan segala atribut jabatan yang melekat dalam kehidupan sosia di masyarakat. Dan diwarung kopilah mereka dianggap sebagai manusia yang merdeka.

Ngobrol di warung kopi
Sentil sana dan sini
Sekedar suara rakyat kecil
Bukannya mau usil

Ngobrol di parkir timur
Dari pada lo nganggur
Sekedar ingin usul
Bukannya sok ngatur


By boimprasetyo

Minggu, Mei 02, 2010

INDONESIA KAYA RAYA



Katanya negeriku ini bagai zamrud khatulistiwa, bak permadani hijau yang berada dalam lintasan garis bujur yang mengelilingi bola dunia. Dan Konon di cerita babad tanah jawi diberi julukan negeri gemah ripah loh jinawi toto-titi tentrem kerto raharjo. Bahkan group musik Koes plus pun tak mau ketinggalan. Dalam lirik lagunya jelas tertulis “kata orang tanah kita tanah surga, tongkat, kayu dan batu jadi tanaman”
Bayangkan kawan tongkat, kayu dan batu saja bisa jadi tanaman jika berada di tanah indonesia, tapi apa yang terjadi saat ini..? sungguh miris rasanya jika aku melihatnya. Bagaikan ayam yang mati dalam lumbung padi..! bagaimana mungkin? Jika ditela’ah memang sangat tak mungkin tapi ini sebuah kenyataan pahit yang harus ditelan oleh rakyat negeri ini.

Tanah papua yang begitu luas 6 kali pulau jawa yang didalam tanahnya terkandung emas dan mineral berharga lainnya sama sekali tak dinikmati oleh pribumi. jika ada yang menikmatipun hanya segelintir orang papua yang mempunyai kepentingan. Nyatanya kita lihat sendiri bagaimana pembangunan infrastuktur disana sangat lamban. Kehidupan ekonomi warganya sangat memprihatinkan. Bahkan jauh dipelosok timur indonesia ini tepatnya di yahokimo pernah terjadi busung lapar. Dan tidak hanya itu jika kita lihat kembali kehidupan masyarakat disana dari berbagai segi sungguh sangat memprehatinkan. Dari segi pendidikan ibarat anak tiri yang sudah dibuang. Bagaimana mereka akan maju jika pendidikan saja tidak diperhatikan, padahal sangat jelas dalam UUD 45 tugas negara ini mencerdaskan kehidupan bangsa…! Tanyanya kenapa..?

Freport..!
Bagaikan sebuah istana pertambangan dalam hutan belantara papua. Segala fasilitas dari pendidikan, kesehatan, olahraga, hiburan tercukupi dengan mewah disana. Akan tetapi mari coba kita tengok diluar pagar freport. Alangkah mirisnya jika kita lihat bagaikan langit dan bumi perbedaannya. Masyarakat papua yang seharusnya bisa menikmati hasil dari bumi irian tetap saja dari dulu hanya bisa memakan ubi dan menyantap sagu sebagai makanan pokok. Para orang tua baik pria dan wanita masih saja telanjang dada tanpa menutupi dengan selembar kainpun. Saya sendiri tidak tau apakah ini konsekuensi dari sebuah kemiskinan atau tuntutan sebuah tradisi dan budaya. Akan tetapi hati kecil saya mengatakan bahwa ini dampak dari keserakahan kaum Neocapitalism. Fenomena inilah yang saya ibaratkan bagai ayam mati dalam lumbung padi. Seharusnya kehidupan rakyat papua jauh lebih meningkat sejak adanya raksasa freport yang telah menggali emas dari perut bumi papua.
Dasar raksasa…..! Tabiatnya rakus dan jika bisa pasti akan dimakan semuanya tanpa menyisakan sedikit pun.

Di bulan-bulan yang lalu saya dengar bahwa ada teman yang ingin sekali bekerja di negara timur tengah untuk menjadi TKI. Dia sudah berulang kali mengikuti test tertulis akan tetapi gagal dan sampai saat ini keinginannya belum surut dan masih ingin mencoba dan mencoba…! Ketika saya tanya kenapa dia begitu menggebu-gebu sekali untuk pergi ke timur tengah, dengan mantab diapun menjawab, “aku butuh modal im.., untuk melakukan usaha. Kelak jika aku bisa bekerja disana dan bisa mengumpulkan uang maka ketika kontrak kerjaku habis aku bisa membuka usaha untuk merubah hidup menjadi lebih baik.”
Alasan yang masuk akal juga..! akan tetapi yuuk… mari kita sedikit sharing kawan.
Apakah di negeri ini begitu sulitkah untuk mencari modal?
Aku rasa tidak sama sekali..!

Banyak sekali bank pemerintah, bank swasta nasional, bahkan bank yang benuansa syariah yang mau memberikan dana untuk modal usaha. Bahkan ketika saya bekerja disebuah perusahaan milik asing dulu, perusahaan ini berani bekerjasama dengan bank swasta untuk memberikan pinjaman tanpa agunan (jaminan). Hanya saja kartu JAMSOSTEK kami di tahan oleh pihak top managament. Bahkan waktu itu dengan bunga yang cukup besar. Anehnya walaupun dengan bunga yang menekek leher peminatnya banyak sekali..! tetapi yang saya sayangkan lagi-lagi tabiat orang kita yang selalu ingin bergaya konsumtif. Jadi mereka mencairkan dana itu tidak untuk buka usaha akan tetapi untuk membeli barang-barang konsumtif yang jelas-jelas harganya akan jatuh turun jika dijual kembali.
Menurut aku, asal usaha kita jelas dan dituangkan dalam sebuah proposal untuk syarat pencairan dana maka aku rasa bank pun tidak keberatan dalam memberikan dana untuk kita. Mungkin diantara kita ada yang berfikir terlalu besar bunga cicilannya. Aku rasa itu bukan sebuah masalah yang besar. Saat ini banyak bank syariah yang mau meminjamkan dana dengan perjanjian sesuai syariat hukum pinjam-meminjam yang telah diajarkan dalam agama islam dan sama sekali tidak menggunakan bunga. Ini jika kita membutuhkan dana yang cukup besar untuk memulai usaha. Seperti halnya didusun dimana saya hidup sekarang. Banyak sekali yang menawarkan pinjaman untuk modal wirausaha. Dari koperasi dusun, desa, dari bantuan pemkab bahkan dari NGO internasional pun tersedia. Bagaimana kita memilihnya secara bijaksana. Akan tetapi saya selalu ingat sebuah kalimat “kota Roma tidak dibangun dalam satu malam”. Artinya bukankah segala usaha atau apapun dimulai dari kecil dulu. Jika kita sadar bahwa tak punya dana besar untuk menjalankan usaha kenapa kita tidak melakukannya dengan dana yang ada dulu walaupun kecil. Yang penting niat, semangat dan action kawan..!
saya sendiri berani menjalankan sebuah bisnis saat ini hanya dengan dana kecil yang saya miliki dan dana yang paling besar adalah semangat untuk menjadikan usaha saya menjadi besar dengan jalan yang halal tentunya.

Ok.. kita kembali lagi kepada teman saya yang masih ngotot dengan semangat 45 nya yang sampai sekarang masih ada keinginan untuk bekerja di negara timur tengah. Bukankah indonesia ini sebenarnya kaya-raya kenapa harus begitu jauh mencari modal sampai ke negara orang untuk modal usaha. Apakah mereka tak percaya akan kekayaan negeri ini hingga harus jauh bermile-mile meninggalkan orang-orang yang dicintai untuk bekerja di negara orang. Saya pun tidak munafik ingin sekali pergi ke mancanegara menyambangi Eropa menjelajah Afrika seperti yang dilakukan Andrea Hirata. Akan tetapi untuk berwisata atau menuntut ilmu bukan untuk mencari kerja. Harus kita sadari juga bahwa negeri ini memang masih miskin ilmu dan ini benar adanya.

Untuk kawanku, tetaplah di Indonesia bro…! Percayalah negeri ini kaya raya.
Begitu banyak supermarket alam yang dipunyai negeri ini untuk bisa kita manfaatkan secukupnya. Kalau negeri ini tak kaya kenapa itu orang-orang capitalis begitu betahnya menyedot hasil kekayaan perut bumi Indonesia. Kalau engkau masih tak percaya negeri ini tak kaya coba tengoklah kebelakang kenapa itu orang-orang Portugis, Inggris, Belanda dan Jepang ingin sekali menguasai nusantara ini.
Saranku, tuntutlah ilmu sampai negeri china. Ketika engkau telah mendapatkannya segera pulang dan mari kita bangun negeri ini. Setidaknya bangunlah kampung halamanmu. Hujan emas dinegeri orang lebih baik hujan batu di negeri sendiri…! Tapi akan jauh-jauh lebih baik hujan berlian dikampuang sendiri..!
Percayalah friend… negeri ini kaya raya, dan alam Indonesia ini sanggup memberikan segalanya.

By boimprasetyo

APA KABAR PETANI INDONESIA



Apa kabarmu petani indonesia…!
Telah lama nian tak terdengar kabarmu di media elektronik negri ini. Semua berita yang berbau politik, konspirasi busuk, scandal hingga korupsi cukup menutup keadaamu yang kian lama kian mengenaskan. Banyak sudah ladang produktif yang tumbuh menjadi perumahan rakyat hingga perumahan konglomerat. Proyek mega mall hingga shopping square yang mengalihkan fungsi sawah-ladang. Kemanakah proyek yang dahulu pernah dibanggakan penguasa Orba dengan judul “pemanfaatan seribu lahan gambut”. Terakhir ku dengar kabarmu tahun 2008 ketika incambent penguasa negeri ini mendengung-dengungkan keberhasilan swasembada pangan sebagai modal menjual retorikanya agar beliau terpilih kembali. Aku tak tau ini sebuah fakta atau hanya sebuah konspirasi atau bahkan mendekati sebuah pembohongan publik belaka..!
Yang jelas nasib petani Indonesia bahagia dalam kemiskinan sebuah fakta adanya..!

Yang ku tau kian hari nasib temen-temanku ini kian mendekati sekarat.
Heran…..seribu heran…! Katanya negeri ini punya pabrik pupuk lebih dari 5 unit tetapi kenapa dikala petani kita sedang membutuhkan, pupuk-pupuk itu lenyap seperti ditelan bumi.
Lalu dibawa kemana hasil produksi pupuk itu apakah diexspor semuanya atau ditimbun semuanya…?
Ketika saya bertanya pada kakak saya yang saat ini masih bekerja di pabrik pembuatan pupuk, katanya tiap hari memproduksi. Bahkan jika sehari saja mesin rusak tidak bisa memproduksi pupuk, katanya kerugiannya jika ditotal bisa buat beli mobil Nissan X-Trail yang baru…!Tapi kenapa saat ini pupuk begitu menjadi barang yang sangat langka untuk dijumpai…?
Huh… pabrik pupuk yang aneh..!
Tapi aku salut dengan kawan-kawan petani indonesia. Ketika pupuk sulit dicari maka mereka tak patah semangat. Dengan menggunakan pupuk kandang maka bertani tetap berjalan. Bahkan beberapa kelompok tani di Desa Srihardono, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sudah bisa menciptakan obat hama organik yang terbuat dari bahan umbi-umbian yang diambil airnya melalui proses pressing.

Seharusnya pemerintah kita memberikan perhatian yang lebih untuk petani kita. Dahulu negeri ini dikenal sebagai negara agraris dengan 75% dari penduduknya bertani, hingga ketika Orba kita sanggup melakukan swasembada pangan bahkan sebagai negara percontohan dalam bertani padi di Asia Tenggara. Tidak hanya itu PBB pun mengakuinya dengan mengundang penguasa Orba untuk sudi membual retorika di sidang dewan keamanan PBB yang hadiahnya mendapat penghargaan dari FAO.
Akan tetapi kini keadaannya sungguh berbeda..! kenyataannya terbalik..! negeri ini justru mengimpor beras dari Thailand, India, Vietnam untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya. Dan tidak hanya beras saja bahkan gula, kedelai, bawang putih kita pun impor dari sana begitu juga dengan buah-buah yang ada di meja makan anda.
Ya….betul karena lahan produktif kini tumbuh menjadi perumahan, mall, apartement, jalan tol, ruko dan sebagainya. Yang menjadi pertanyaan “BESAR”, kenapa harus lahan produktif yang dijadikan korbanya. Bukankah tanah rawa masih luas, bukankah lahan tandus masih banyak, dan bukankah tanah lapang masih terhampar lebar.
Tanyakan saja pada batang padi yang bergoyang…!

Coba lihatlah buah pencuci mulut yang ada di meja makan anda? Apakah itu buah yang tumbuh dari bumi nusantara ini? Saya ras tidak..! padahal petani indonesia dapat menghasilkan buah- buahan tropis terbagus dan termanis, tapi kenapa buah yang terpajang di meja makan kita berstempel shanghai dan washington.? Lalu kemanakah duku palembang, jeruk pontianak, mangga harum sari, apel malang, durian parung, semangka kulon progo, rambutan aceh dan teman-temannya..?

Sebenarnya kita perlu sekali angkat topi untuk para petani indonesia. Walaupun harga pupuk naik dan langka pula, harga gabah turun yang jelas-jelas merugikan petani tapi spirit survival mereka tidak padam. Mereka tetap saja menggarap sawah dengan penuh suka cita walaupun persentase hasil panen setiap tahunnya menurun. Dan ini terjadi tidak hanya kepada petani padi saja namun semua petani baik itu petani buah, sayuran, tembakau, cengkeh, bawang merah, dan sebagainya. Dikala panen raya yang seharusnya merupakan waktu-waktu yang menguntungkan bagi petani kita untuk meraup hasil yang sebanyak-banyaknya, akan tetapi karena sebuah kebijakan yang tak populer dan menguntungkan beberapa golongan akhirnya terjadi penurunan harga jual produk petani. Belum lagi faktor cuaca yang sering tak menguntungkan bagi mereka.
Tapi lihatlah, apakah mereka kapok menjadi petani..?
Jawabanya, tidak sama sekali. Show must go on man…! Petani indonesia merupakan the fighter farmer. Mereka petarung-petarung handal yang semestinya dberi perhatian lebih dan bukannya dicuekin.
Mari kita lihat lagi betapa para petani indonesia merasa hidup bahagia dalam kungkungan sebuah kemiskinan. Dari hasil surfei HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) dari 5 petani indonesia yang tiga adalah petani gurem. Petani gurem adalah petani yang hanya mempunyai sedikit sekali sawah / ladang bahkan hanya menjadi petani penggarap atau petani buruh. Akan tetapi semangat mereka untuk bercocok tanam memenuhi kebutuhan pangan negeri ini tidak perlu kita ragukan lagi.
Entah sebuah panggilan hidup atau tuntutan perut..?
Dan rata-rata satu petani kita hanya mempunyai lahan 0.3 Ha saja untuk digarapnya, sedangkan 49 % penduduk indonesia adalah petani.

Seharusnya pemerintah memberikan perlindungan yang lebih terhadap hasil pertanian kita dengan membatasi komoditi impor yang masuk ke Indonesia. Bagaimana produk pertanian kita akan membumi jika produk impor pertanian bangsa lain begitu bebasnya masuk ke market indonesia apalagi dengan harga yang sangat murah. Negara china yang begitu besar jumlah penduduknya hampir 1 milyar lebih hanya membuka 2 pelabuhan impor, begitu juga dengan Amerika negara adidaya ini hanya membuka 3 pelabuhan impor. Akan tetapi indonesia justru membuka 70 unit pelabuhan impor itupun dengan control yang sangat kecil, dan riskan sekali dengan penyelundupan produk yang tak berkualitas. Jadi wajarlah jika produksi petani indonesia seolah tak bisa bersaing dinegeri sendiri karena juga korban dari sebuah sistim dan kebijakan yang tak populer pula. Hal ini diperparah lagi dengan live style orang kita yang sok westernisasi. Kita justru merasa bangga bila mana bisa mengkonsumsi makanan dari luar negeri. Padahal belum tentu juga buah atau daging yang diimpor itu sehat. Sering kita lihat dinas bea cukai menyita daging atau ikan impor yang sudah tak layak lagi dikonsumsi atau yang telah mengandung penyakit. Seperti buah merek shanghai atau washington. Kita tau buah itu sudah diproses sterilisasi dan pengawetan pula dengan X ray agar tidak terjadi pembusukan dalam proses pengiriman. Sedangkan dalam proses pengiriman itu sendiri buah-buah tersebut tersimpan dalam fresher dan memakan waktu sampai berbulan-bulan terapung-apung ditengah laut. Jadi ketika kita konsumsi pastilah kadar vitamin dan nutrisinya sudah berkurang bahkan bisa jadi sudah hilang. Sudah saatnya kita beralih ke produk lokal yang tak kalah bagus dengan produk impor.

Sekali lagi saya berani bertaruh bahwa petani kita mampu memenuhi kebutuhan pangan bangsa ini jika pemerintah juga mau memberikan perhatian dan proteksi lebih kepada petani dan produk pangan Indonesia. Kembalikan lagi lahan-lahan produktif yang telah menjadi bangunan dan perketat lagi ijin mendirikan perumahan atau bangunan dengan mengalih fungsikan lahan yang masih produktif.
Pesan saya terakhir, “makanlah apa yang ditanam petani indonesia. Itu juga kalau dibagi, kalau enggak ya… beli dong…..!”


By boim prasetyo

Senin, April 19, 2010

Supermarket alam




Pasca kepulangan saya dari batavia ibukota negara ini yang konon katanya lebih kejam dari ibu tiri, ternyata keadaan @ my village ga jauh berubah juga. Mungkin hanya dalam sektor bangunan fisiknya aja yang tampak berbeda. Jika dulu jalan dusun kecil dan becek bahkan ga ada ojek sekarang terlihat lebar dan telah di aspal meskipun tetap aja gaada ojek. Apalagi dalam hal fisik pemukiman. Pasca gempa 2006 justru terlihat pemukiman masyarakat tambah baik dengan bermunculnya rumah-rumah bergaya minimalis yang tahan gempa dan musnahnya rumah jaman dulu yang berbentuk limasan atau joglo dengan dapurnya yang bisa untuk bermain gobaksodor. Akan tetapi dalam hal perekonomian peningkatannya tidak terlalu exstrem. Jika dari titik nol di tarik garis lurus ke atas dari sumbu X menuju sumbu Y tidak terjadi kenaikan yang signifikan dengan hasil sebuah kurfa yang berbentuk gunung kecil, sangat kecil.
Fakta yang ada seperti pak anu yang 10 tahun yang lalu bekerja jadi buruh tani sekarang tetap jadi buruh tani dengan tak punya sepetak sawahpun walaupun hanya selebar tikar pandan. Seperti kang Paimo yang dulu hanya jadi kuli bangunan tetap jadi kuli bangunan hanya naik pangkat yang tadinya tukang aduk semen sekarang sudah jadi tukang batu. Simbok-simbok tua yang tiap pagi mengangkat kayu bakar untuk di jual ke pasar dengan jarak hampir 5 KM itupun harus naik gunung turun gunung menelusuru punggung lembah hingga sekarang tetap ditekuninya. Kakek tua yang dulu setiap sore aku liat mengangkat arang kayu sebagor penuh saat ini pun masih tetap mengerjakan hal yang sama. Lalu ada apa dengan dusun ku ini kenapa perubahan ekonomi sangat lambat.
Akan tetapi dibalik semua itu ternyata ada pelajaran yang sangat berharga yang aku rasakan. Seperti si parjo teman kecilku dulu. Dia tidak tamat SMP bukan karena ekonomi keluarga yang tak mampu tapi karena pas-pasan. Hanya pas untuk makan sehari saja.
Kini dia telah berkeluarga dangan anak satu. Jangan kau tanya pekerjaannya apa kawan. Serabutan…!
Ya, itulah pekerjaannya.
Tetapi menurutku si parjo adalah orang yang multi talent.
Kenapa tidak…demi mencukupi kebutuhan keluargannya dia bisa melakukan pekerjaan apa saja yang penting halal dari tukang batu sampai mbabat padi. Bahkan ketika kami bercakap-cakap, saat ini Parjo jika tidak ada orang yang memerlukan tenaganya dia mencari belalang untuk di jual. Bayangkan belalang sebotol penuh air mineral yang berukuran 500 ml hanya dijual 15 ribu rupiah itupun sudah dibeteti.
Udah mbayanginya… ok next…!
Ketika aku tanya kalau musim belalang sudah selesai lalu kau akan kerja apalagi jo..?
Maka dengan enteng dia menjawab, “Gusti Alloh selalu membuat musim yang berbeda dalam setiap tahunnya pras. kalau musim belalang habis sebentar lagi musim panen pastinya tenagaku dibutuhkan untuk membabat padi atau menanam padi. Kadang upahnya dikasih uang atau diberi gabah.”
“Pokoknya aku ga khawatir, alam ini memberikan rejeki padaku. Aku bisa cari telur nyangkrang (kroto) di bukit belakang rumah atau di kebonnya orang dan bisa dijual. Terus aku juga bisa cari buruan binatang seperti ayam hutan, landak bahkan bulan kemaren ada orang yang pesen sama aku kepengin makan daging landak dan itu merupakan rejeki dari Alloh SWT dan alam ini menyediakannya.
Bagiku alam ini adalah supermarket.
Alam menyediakan semua apa yang kita butuhkan asal mau mencari dan mengolah dan jangan sekali-keli merusaknya..!”
Deeggg…..! ternyata apa yang dikatakan parjo 1000% benar. Sungguh aku tak mengira parjo yang hanya tamat SD saja punya pemikiran seperti itu. Bahkan banyak temanku yang sarjana bahkan sudah master hanya mementingkan perutnya saja tanpa mempedulikan oranglain apalagi alam sekitar. Kalau perlu dilakukan exploitasi besar-besaran demi keuntungan perusahaan tanpa memikirkan anak cucu.

Beda parjo beda lagi dengan mbah Karyo. Dia yang ketika aku sekolah dulu menjual arang kayu saat ini pun masih menjual arang kayu. Ketika aku tanya kenapa mbah karyo dari dulu buat arang kayu dan menjualnya ga mau mencoba usaha lain? Maka dia pun menjawab sambil menghembuskan asap cigarete cap sex.
“Aku iki wong ga iso moco tulis isoku yo cuma buat arang terus tak dol.” (aku ini orang yang tidak bisa baca-tulis. Bisa ku hanya buat arang terus aku jual)
“yang penting ora ngrugekke’ tanggane. Kayu yang aku buat arang kayu seko kebonku dewe ga nyolong seko kebone tonggone.” (yang penting tidak merugikan tetangga. Kayu yang aku buat arang kayu dari kebunku sendiri bukan dari mencuri dari kebon tetangga.)
Terus kalau kayu kebon simbah karyo habis lalu anak-cucu disisain apa mbah..?
”Ndhisik jaman aku cilik bapakku sing nandur wit-witan sing ono kebon. Bareng aku udah gede sing nggunakke aku. Lha saiki aku juga nandur dienggo anak-putuku mbesok supoyone kayu ning kebonku ora entek.” (dulu waktu aku kecil bapakku yang menanam kayu-kayu yang ada di kebon. Sekarang aku udah gede yang menggunakan aku sendiri. Terus sekarang aku juga menanam untuk anak-cucuku besok agar kayu yang di kebon tidak habis.
Seorang mbah karyo yang sudah tua renta saja punya prinsip yang penting ora ngrugekke tanggane. (yang penting tidak merugikan tetangga.) sebuah kata-kata yang mudah diucapkan akan tetapi sangat sulit untuk diterapkan dalam hidup bermasyarakat. Kadang kita merasa terganggu jika tetangga sedikit-sedikit sering minta pertolongan tetapi kita juga sering ga nyadar diri klo udah kelewatan ngerepotin tetangga juga.
Apa yang dilakukan mbah Karyo ini pun diaminin oleh bokap saya. Ketika bokap membuat rumah kayu yang digunakan adalah hasil dari tanaman engkong ane yang udah wassalam. Dan kini bokap tinggal membayar hutang dengan menanam kembali pohon-pohon yang kelak dihadiahkan untuk saya dan saya pun juga harus melakukan apa yang dilakukan mbah karyo dan bokap demi anak-cucu. Sekali lagi alam telah memberikan banyak untuk kita. Dia (alam) supermarket yang menyediakan berbagai macam kebutuhan tanpa bandrol harga. Hanya dengan merawat dan tidak merusaknya maka dia (alam) pun juga tak akan murka.
Kalau Parjo dengan cara food gethering-nya mbah Karyo dengan membayar hutang anak cucu beda lagi dengan mas Slamet. Dia lebih memilih mengambil apa yang diberikan alam melalui aliran sungai. Kerjaannya mencari ikan dengan cara menjaring, memancing bahkan menggunakan strum. Ketika kami becakap-cakap di angkringan lor ndeso saya sempat menanyakan, “lho kalau cari ikannya dengan di strum kan ga boleh mas.? Lagi pula ikan yang kecil-kecil ikut mati terus nanti habis dong ikan yang ada di sungai gawe.” (sungai gawe nama sebuah sungai)
“Mas Pras, klo ikannya habis sudah dari dulu saya berhenti mencari ikan. Ikan akan ada terus entah datangnya dari mana pokoke’ percaya bae karo Gusti Alloh.”
“Kalau pemerintah melarang cari ikan dengan strum kenapa cuma yang masalah sepele yang di pikirkan pemerintah. Mbokyao koruptor kae yang di hukum strum biar mati ga hanya dipenjara cuma sebentar. Klo dipenjara Cuma sebentar tapi isih sugih aku juga mau mas Pras..!”
Huufffff… DILEMAAA…!
Ternyata jawaban mas Slamet ga terduga. Sekejap aku terdiam ga bisa menjawabnya. Memang benar alangkah naifnya negeri ini kalau hanya ngurusin orang yang nyetrum ikan di kali dilarang, sedangkan koruptor uang pajak pada berkeliaran bahkan sempat bertamu ke istana dengan red carpet lagi.
Tapi nyetrum ikan kan merusak lingkungan juga dan itu ada undang-undangnya lho…!
Sekali lagi alam memberikan kebutuhan yang kita perlukan. Ketika usaha penggemukan lele saya beranjak besar maka kendala pakan lele sangat terasa. satu sak pelet lele tidak cukup 1 minggu. Lagi-lagi alam ini memberikan kemurahannya. Saat ini banyak sawah yang sedang di tanami padi dengan air melimpah dan tak luput dari hama yang bernama keong. Alam telah memberikan isyaratnya. Keong adalah solusinya. Maka sayapun setiap 2 hari sekali mencari sebanyak mungkin hama ini untuk saya berikan ke ikan lele saya sebagai makan tambahan sekaligus makan pengganti pelet yang mahalnya ga ketulungan. Cara saya ini pun di ikuti oleh teman saya si Tole yang juga sama-sama usaha dalam penggemukan ikan lele. Klo saya berfokus pada hama padi kalau si Tole mencari kepik di bibir sungai Opak. Kepik ini juga tujuannya sama untuk makanan tambahan dan pengganti pelet.
Sungguh jika kita pikirkan lagi alam ini terlalu baik untuk kelangsungan hidup ini. Justru kita sendiri yang kurang ajar dengan alam ini. Ibarat pepatah air susu dibalas air tuba itulah kita manusia. Maunya mengambil kalau perlu merampas dan mengexsploitasi sebanyak mungkin demi kepentingan sendiri. Ekosistim flora dan fauna dirusaknya. Berapa hektar hutan di kalimantan dan sumatera yang ditebang hingga orang utan kehilangan rumahnya. Tidak hanya itu saja, setelah mereka (orang utan) kehilangan rimbanya mereka pun di bunuh, dijual bahkan diterlantarkan hingga kelak menjadi binatang langka. Apakah kita tega hanya bisa mendongengkan anak-cucu kita dengan cerita orang utan, elang jawa, harimau jawa, badak sumatra, tanpa mengajaknya untuk melihat.
Ya… itu semua mungkin karena saat ini pun mereka hanya tinggal legenda saja dan sangat sulit ditemui.
Alam hanya menginginkan untuk dirawat, dihijaukan kembali, dikelola dengan benar setelah itu kita boleh mengambil secukupnya untuk kepentingan kita. Alam ini adalah supermarket kehidupan manusia yang didalamnya tak ada satu pun bandrol harganya. Hanya kita manusia harus mau merawat dan mengelolanya. Ingat alam dan seisinya ini bukan milik kita kita hanya dipinjami. Alam ini milik generasi penerus kita dan saat ini kita berhutang dan orang berhutang hukumnya wajib membayar.
S A V E O U R E A R T H


Cerita ini benar adanya bukan fiktif belaka. Hanya nama narasumbernya saja yang saya ganti demi privacy mereka.

By boim prasetyo

Jumat, Februari 19, 2010


Izinkan ku kembalikan cinta ini kepaNYA.

Telah sekian lama aku tersiksa oleh perasaan ini.
Hatiku dibuatnya terombang – ambing tak menentu,
Bagai bahtera yang sedang di amuk gelombang di tengah samudra.
Ku coba belokkan perasaan ini kearahmu tapi kau membuang muka.
Lalu kucuba mendekatkan hati ini kepadanya akan tetapi sebuah kegetiran yang aku dapatkan.
Kucoba dan terus kucoba kemana perasaan ini akan berlabuh,
Tapi justru kecamuk dihati yang aku rasakan.

Dermaga kasih-sayang itu ternyata sebuah impian semu yang tak kunjung datang.
Bahtera cinta yang kau janjikan hanya sebuah fatamorgana,
bagi kafilah yang tersesat di gurun sahara.
Oase madu kasihmu tak kunjung tercurah untukku.
Aku udah capek dengan semua ini..!
Kini ku coba tambatkan hati ini di sabana gersang.
Mungkin sudilah seseorang untuk mau mereguknya sebagai penghilang dahaga.
Aku sudah capek dengan semua ini …!

Kupasrahkan semua ini kepadaNYA.
Dialah Sang Maha Cinta.
Diapula lah yang membuat racun cinta sekaligus dialah yang punya penawarnya.
Terserah padaMU akan kau tambatkan kemana sepenggal hati ini.
Terserah padaMU akan kau apakan sisa-sisa rasa cinta ku ini.

Aku percaya KAUlah Sang Maha Cinta.
KAUlah yang punya busurnya , KAU jugalah sang pemanahnya.
Kini yang kupunya hanyalah anak panah yang telah rapuh.
Engkaulah pemilik cinta yang adil.
Engkau yang tau ke mana anak panah ini harus ditancapkan.
Entah kehati siapa akupun tak tau.
Aku sudah letih dangan semua ini .

Cupid pun tak akan pernah mampu untuk mengobati sepenggal hatiku,
yang telah hilang entah kemana.
Biarkan aku kembalikan fitrah ini kepadaMU.
Karena aku tau Engkaulah sang maha bijaksana diatas segala-galanya.
Dan aku mohon kepadaMU,
berikan jawaban atas segala mantra-mantra cintaku selama ini.
Dan izinkan ku kembalikan cinta ini kepaNYA.

by boimprasetyo

Minggu, Februari 14, 2010

Secangkir Kopi




Setiap hari setelah bangun tidur dan sebelum memulai kegiatan sehari, aku pasti
menyiapkan secangkir kopi. Secangkir kopi yang kental dan pahit. Ketika
kerongkonganku dibangkitkan oleh pahitnya kopi kental, isi kepalakupun seakan
terlonjat bangun. Tanpa kopi hidupku serasa mati.
Ketika minum kopi aku berpikir; 'Hidupku pun kadang butuh secangkir kopi. 'Ia butuh
pengalaman pahit. Ia harus melewati kegetiran hidup, agar aku bisa
mempertimbangkannya secara lebih matang dan mendalam, agar aku bisa mengambil
langkah baru dan memberi nilai baru. Hanya dengan itu aku bisa menjadi lebih gigih
dan kuat.
Karena itu temanku... janganlah mengeluh saat menghadapi berbagai jenis kepahitan.
Jadikanlah itu tepung kopi unggul, yang dimasak oleh pikiran yang matang untuk
menghasilkan secangkir kopi kental. Pahit tapi ahh.... enaknya...
---------------
Hemmm....sambil menikmati kopiku, kunikmati pula hidup ini.

Skandal Hastinapura





Suhu politik di Negara Hastinapura sedang memanas. Para kurawa saling mencurigai satu sama lain. Jumlah kurawa yang 100 wayang bersaudara bila bertemu saling menatap curiga (podo saling mecicil). Hal ini dikarenakan ketika sang Raja Duryudana sewaktu menggelar rapat kerja di paseban Agung Bale Manguntur sempat berucap bahwa Kas Negara kebobolan sebesar 6,7 Trilyun. Terang aja semua yang hadir di rapat kerja itu saling membelalakkan mata dan saling bertandatanya, gerangan kunyuk siapakah yang berani nyolong duit Negara itu. Durmogati tokoh kurawa yang paling mbeling ini sempat mengumpat dalam hati,”iblis laknat siapa malingnya kok ga mau mbagi-mbagi ga tau apa kalau cicilan mobilku belum lunas.”

Lain halnya durmogati lain pula dengan sikap sang maha patih Haryo Sengkuni yang dari tadi diam aja bahkan pura-pura tidur.
Sebenarnya 100 wayang kurawa ini sudah tau siapakah gerangan otak dari semua ini. Yang jelas adalah orang yang dekat dengan raja yang punya kuasa bisa keluar-masuk istana dari bilik pribadi Duryudana sampai kamar jablay simpanan sang raja. Tidak lain dan tidak bukan Haryo Suman sang maha patih Sengkuni. Akan tetapi anak-anak kurawa ini takut untuk ngomong karena memang mereka beraninya kroyok’an ga berani bicara terang-terangan apalagi sosok Dursasana hanya gede badannya doang tapi otaknya sebesar otak burung dara, bisanya Cuma makan sama madon.

Tapi ada sosok kurawa yang sebenarnya sangat dendam sekali sama sang paman yang sekaligus menjadi wakil raja ini. Kenapa dia begitu dendam kapada Sengkuni..?
Hal ini dikarenakan karena sang paman mikirnya sering ga tepat dan selalu meleset dalam target. Hampir 90% strategi politiknya selalu ga tepat sasaran tapi jika diajak ngomongin masalah penertipan mucikari dan jablay-jablay yang mangkal dijalanan protokol Hastinapura dia sangat tanggap ing sasmito lantip ing panggraito yang ujung-ujungnya sampah masyarakat itu ga dibrantas hanya ditertibkan saja. Kan semuanya sama-sama butuh, mereka butuh duit dan pejabat butuh pelayanan public itulah dalih terkuat yang selalu dikemukakan oleh sang patih Hastina ini. Ialah sosok Durmogati yang punya pikiran sudah saatnya sang paman ini dibuka skandal korupsinya yang menilep uang negara, “pantes aja selama 6 bulan ini gajiku disunatnya banyak banget alasannya bahwa pajak penghasilan naik ini semua merupakan kebijakan fiscal yang dibuat oleh kakang Duryudana”, gerutunya dalam hati.

Rasa benci Durmogati kepada sang paman memuncak karena baru-baru aja sang paman menugaskan dia digaris depan dalam secret operation untuk menumpas anak-anak pendawa. Ceritanya bila operasi ini berhasil Durmogati akan diangkat menjadi salah satu anggota watimja (dewan pertimbangan penasehat raja) dengan fasilitas rumah mewah, mobil mewah seharga 1,3 M, gaji naik dan diberi kelonggaran untuk nikah lagi. Karena mental durmogati adalah mental tempe dan tergiur oleh kemewahan maka terang saja dia menyaguhi tawaran pamannya tanpa memikir-mikir lagi. Ketika itu jabatan Durmogati hanyalah Danramil yang membawahi keamanan satu kecamatan di Hastinapura. Dalam secret operation ini Durmogati diberikan tanggung jawab membawahi 3 SSK (Satuan Setingkat Kompi) untuk menumpas anak-anak pandawa. Bukannya mendapat hasil tapi malah apes. Ternyata 3 SSK yang dipimpin oleh durmogati disikat habis oleh 2 orang anak pandawa dan 1 orang yang masih ada saudara dengan para pandawa. Raden gatotkaca, Raden Antasena dan Raden Sencaki dengan mudah menggilas anak buah Durmogati. Dan sang komandannya sendiri akhirnya harus rela dihajar habis oleh Gatotkaca. Bukan anak Pandawa namanya kalau ga mau bagi-bagi, melihat saudaranya Antasena hanya nganggur ngeliat mereka bertempur maka diberikannya Durmogati yang nyawanya tinggal 50% kepada Antasena. Dikasih mainan orang kurawa tanpa diberi aba-aba lagi langsung saja si Durmogati dihajar oleh Antasena sampai deyek-deyek. Kalau ga inget adanya hajatan besar perang Bharatayuda Binangun yang udah tertulis dalam Kitab Jitabsara mungkin Durmogati sudah dibuat game over oleh Antasena.

Hasil dari secret operation ini akhirnya dilaporkan ke Sengkuni. Bukanya merasa kasihan dengan keadaan durmogati, sengkuni malah menyalahkan keponakannya kenapa ga minta bantuan sama Dursasana yang menjabat sebagai pangkopkamtib. Dasar watak Sengkuni metu glanggang nyolong playu Durmogati malah diajukan ke mahmilub dengan dakwaan menyalahi wewenang dan code etik kemiliteran Negara Hastinapura. Finally-nya sang pahlawan kesiangan ini malah dijatuhi hukuman dicopot dari jabatannya sebagai Danramil dan dikembalikan ke mabes sebagai perwira nganggur dan ditunda kenaikan pangkatnya selama 2 tahun.

Nah.. akibat kejadian ini lah durmogati merasa dendam kepada pamannya dan perlu membalas agar Haryo Suman kena batunya tidak semena-mena mumpung berkuasa. Maka dengan tabungan yang masih tersisa Durmogati menyuap saudar-saudaranya agar mau membentuk pansus menyelidiki uang negara yang raib. Dasar watak para kurawa yang bejat walaupun Durmagati masih saudara mereka tapi mereka menggunakan posisi tawar, artinya Durmogati berani membayar tinggi enggak kalau dia ingin didukung. Durmogati pun ga kurang akal dia berani menyuap dengan harga tinggi jika mereka mendukung dia menjadi ketua pansus. Direwangi hutang ke bank punya pamanya Widura yang notabennya pinjaman lunak tanpa agunan maka durmagati pun melenggang menjadi ketua pansus. Yang jelas uang Durmogati keluar banyak untuk menyuap orang nomer satu di Hastinapura agar mau menyetujui dibentuknya pansus untuk menyelidiki uang Negara yang raib sebesar 6,7 trilyun.

Maka rapat pansus pun digelar tanpa penyelidikan dan penyidikan sang maha patih Haryo Sengkuni dihadapkan dalam rapat pansus yang dipimpin oleh Durmogati. Dalam rapat itu sengkuni dicecar pertanyaan-pertanyaan yang memojokkan seolah dia bagaikan terdakwa yang harus dijebloskan dalam penjara. Tapi bukannya Sengkuni kalau dia tidak cerdik bahkan kancil pun bisa kalah kecerdikannya dengan dia. Dalam menjawabnya bahkan sengkuni sempat membuat rapat pansus deathlock dan beberapa anggota pansus pun ada yang sempat walk out karena merasa dilecehkan oleh pimpinan rapat yang mengumpat dengan kata-kata kasar. Kiranya Sengkuni ga mau salah sendirian maka dia pun membeberkan nama-nama yang terlibat dalam penggelapan uang Negara ini. Beberapa nama seperti guru durna, guru Kripa, Aswatama dan Karna sempat disebutnya bahkan nama Baladewa juga ga ketinggalan ikut diabsen padahal ga ada sangkut pautnya. Maka rapat pansus pun jadi ruwet, bundet dan mumet. Semua ini ga terpikir sebelumnya oleh si Durmogati, sekarang dia baru sadar bahwa yang dihadapai adalah suhunya maling. Hampir 15 hari rapat pansus digelar ga ada titik temu. Orang-orang yang disebut oleh sengkuni telah dipanggil tapi mereka juga ga kalah cerdik menjawabnya, bahkan Baladewa sempat mencak-mencak diruang rapat karena dia sama sekali ga tau apa-apa kok ikut disidik. Baladewa sempat mengancam akan membunuh semua anggota pansus kalau namanya tidak segera dibersihkan dari skandal ini dan dia sempat juga ngambeg ngancam bila dalam perang Bharatayuda nanti memilih membela pandawa kalau Sengkuni tidak meminta maaf padanya dalam tempo 2 kali 24 jam karena telah mencatut namanya.

Makin lama bukanya makin terang tapi makin gelap saja kemana aliran uang sebesar 6,7 trilyun itu dan siapa saja orang-orang yang menikmatinya. Disinilah integritas seorang Durmogati diuji, bila dia tak berhasil menemukan siapa maling uang negara ini maka tak ayal hukumanya tambah berat bisa jadi dia turun jabatan dari perwira dijadiin COB (Chief Office Boy) istana. Kalau hukumanya ga diikutsertakan dalam perang Bharatayuda dia malah bersyukur artinya dia ga bakalan mati, tapi jika dia dijadiin panglima perang Bharatayuda maka dia orang nomer satu yang akan mati duluan apalagi kalau harus berhadapan denga si Bima sama aja pertempuran antara Daud vs Goliath sudah dipastikan dia yang game over duluan.

Agar jabatanya jadi ketua pansus bisa bertahan maka durmogati meminta izin kepada Duryudana untuk melakukan panggilan saksi ahli dari pihak Pandawa yang terkenal ksatria dan jujur. Untuk semua itu Durmogati meminta tambahan dana operasional. Jika si Durmogati bukan adiknya mungkin sudah dipecat oleh Duryudana karena gawenya ga beres, ga memberikan hasil malah mengurangi pendapatan Negara Hastinapura saja.

Akhirnya pemanggilan saksi ahli pun dilakukan. Yudistira yang terkenal jujur dan belum pernah bohong dipanggil sebagai ahli dalam Peace Political Science. Tidak hanya itu saja pakar komunikasi politik Prabu Kresna dari Dwarawati pun diikutsertakan. Ekonom muda Nakula dan Sadewa, kabareskrim amarta Harjuna dan guru besar Ilmu Hukum Tata Negara semar juga ga ketinggalan ikut memberikan sumbangsih untuk mengusut siapa maling dalam Negara Hastinapura. Hanya Bima saja yang ga ikut dipanggil karena oleh Duryudana dan Dursasana tidak diizinkan yang nantinya malah bisa ngobrak-abrik rapat pansus karena sifat emosional bima yang ga bisa dikendalikan apalagi jika melihat actor utamanya adalah Sengkuni. Padahal sosok Bima merupakan Pakar Forensik Telematikanya amarta. Bima punya metode dan alat yang bisa menguji kejujuran Sengkuni dan para skandalnya.

Inilah perseteruan antara cicak dan buaya, tapi sayang di ending ceritanya nanti sang cicak harus kalah dengan buaya tidak seperti dinegara tetangga buaya yang diobrak-abrik sama para cicak. Melihat kerja pansus yang lama dan ga menghasilkan keputusan rupanya Duryudana sudah muak dengan ulah si Durmagati. Tidak hanya waktu yang terbuang tapi Keuangan Negara Hastinapura morat-marit untuk mbiyayai kinerja pansus yang dipimpin Durmogati padahal keuangan yang ada sudah dialokasikan untuk biaya hajatan besar perang Bharatayuda. Akhirnya dengan meminta petunjuk watimja (Dewan Pertimbangan Penasehat Raja) yang diketuai oleh eyang Bisma, Duryudana membuat kebijakan yang tentunya kebijakan tak populer yaitu memberhentikan kinerja pansus sekaligus membubarkan pansus dengan alasan merugikan uang negara dan tak membuahkan hasil sedikit pun. Tentunya kebijakan ini tidak diterima oleh Durmogati. Dia sudah berkorban habis-habisan untuk terbentuknya pansus guna menjegal karir politik sang paman Sengkuni. Hingga dibela-belain ikut program pinjaman tanpa agunan di widura bank untuk menyuap saudar-saudaranya agar mau mendukung dia menjadi ketua pansus. Tapi apa daya kekuasaan duryudana lebih kuat dibanding Durmogati yang hanya perwira pertama di hastina pura. Sebenarnya Duryudana sendiri sudah tau siapa maling uang negara itu, dan sudah bisa membaca peta politik adiknya Durmogati.

Inilah susahnya kalau sebuah Negara para pejabatnya masih sanak-kadangnya sendiri. Jika duryudana ingin menegakkan hukum maka dia harus memenjarakan pamanya Sengkuni yang masih menjabat sebagai patih dan beberapa adiknya sendiri yang ikut makan uang yang ditilep oleh Haryo Suman. Disisi lain dia Duryudana masih membutuhkan pamanya dan saudara-saudaranya untuk memperkuat batalyon kurawa dalam perang Bharatayuda nanti. Sedangkan dalam KUHP Hastinapura wayang yang menjadi narapidana dan masih hidup didalam lembaga pemasyarakatan dibebaskan untuk tidak ikut serta dalam perang besar Bharatayuda. Sehingga Duryudana pun ga mau rugi , dari pada ngumpanin orang yang dipenjara dan bebas ga ikut perang Bharatayuda mendingan ga usah ada yang dipenjara dan mereka bisa ikut perang Bharatayuda sekaligus bisa cari makan sendiri-sendiri. Masalah uang negara sebesar 6,7 trilyun yang hilang dianggap selesai dan sudah dikeluarkan SP3 (Surat perintah Pemberhentian Penyidikan). Dan untuk mengembalikan uang Negara yang hilang serta kas Negara yang berkurang akibat ide gilanya Durmogati maka Duryudana memerintahkan agar pungutan pajak dari negara-negara sekutunya dinaikkan 30%.

Akan tetapi ceritanya tidak hanya sampai disini aja. Ga rame kalau ga ada korbanya. Maka korbanyapun sudah bisa ditebak. Akibat ide gilanya Durmogati yang membentuk pansus untuk menjegal karir politik maha patih Sengkuni Negara Hastinapura dirugikan sebesar 2,5 M. untuk itu Durmogati harus diajukan ke mahmilub Hastinapura. Akan tetapi lagi-lagi Duryudana ga mau rugi, demi menyambut perang besar Bharatayuda Binangun semua saudaranya 100 wayang harus ikut ga boleh satu pun yang absen. Berkat kebijakan Duryudana maka Durmogati dibebaskan bersyarat. Durmogati tetap dianggap salah karena membuat tekor keuangan Negara Hastinapura. Sebagai hukumanya Durmogati dimutasi ke daerah terpencil dan tertinggal. Dia diangkat menjadi lurah di daerah Pengklik-Wonolelo dan diberi target untuk meningkatkan perekonomian daerah tertinggal tersebut sebelum perang Bharatayuda digelar. Jika sebelum perang Bharatayuda digelar daerah Pengklik-Wonolelo belum membaik perekonomian wayangnya maka Durmogati harus bertanggung jawab sebagai lurahnya. Mau tak mau dia harus mau dijadikan wadal agar perang Bharatayuda dapat dimenangkan pihak kurawa.

Tancep kayon



Created by
Ki Dalang Boimprasetyo
(dalang ndugal)

Selasa, Januari 26, 2010

G E L A R P A H L A W A N ( Beliau yang terlupakan )


G E L A R P A H L A W A N
( Beliau yang terlupakan )

Ketika seorang Gus Dur wafat, ada kasak-kusuk sebuah wacana untuk menjadikan beliau sebagai Pahlawan Nasional. Setelah beberapa hari dikebumikan wacana itu kian booming dikalangan warga Nahdiyin, ABG (Anak Buah Gusdur) atau bisa juga kita sebut sebagai pengikut Gus Dur, maupun kalangan elite politik yang ada di parlement yaitu Fraksi PKB. Mereka berkoar-koar bahwa Gus Dur layak untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional karena jasa-jasa beliau cukup besar untuk tumbuhnya demokrasi di negeri ini. Tidak hanya itu, bagi kaum minoritas pun juga tidak mau kalah membela sang guru bangsa ini. Mereka beranggapan Gus Dur lah sosok yang berani membela nasib mereka dari keterpasungan yang dilakukan oleh penguasa Orde Baru. Gus Dur lah tempat mereka mengadukan nasib dari segala perbuatan deskriminasi yang dilakukan pemerintah. Tidak hanya itu saja, bahkan orang nomer satu di negeri ini pun tak mau ketinggalan. SBY memberikan gelar kepada Gus Dur sebagai Bapak Pluralis. Tapi yang dilakukan SBY ini masih kalah dengan aksi beberapa warga Jawa Timur. Bahkan mereka dari daerah Pasuruhan sampai mbela-mbelain longmarch sejauh kurang lebih 150 KM dari Pasuruhan ke Jombang. Demi mengantarkan dukungannya agar Gus Dur bisa dijadikan Pahlawan Nasional. Segala macam cara pun ditempuh oleh kaum Nahdiyin ini. Dari pengumpulan tandatangan, longmarch hingga sowan ke kyai sepuhnya NU untuk mengumpulkan dukungan agar Alm. Gus Dur bisa dijadikan Pahlawan Nasional seperti ayah dan kakeknya. Melalui jalur hukum pun telah dilakukan. Sekjen PKB secara resmi telah mengajukan Gus Dur ke DEPSOS agar dapat diberi gelar Pahlawan Nasional.
Langkah ini sebenarnya sudah didahului oleh sekelompok Ormas dan sebuah Partai besar yang ada di Indonesia. Partai berlambang Beringin ini telah mengajukan juga sang maestronya untuk mendapat gelar Pahlawan Nasional. Tidak lain dan tidak bukan adalah sang penguasa Orde Baru siapa lagi jika bukan eyang sepuh H. Muhammad Soeharto. Bahkan Gubernur jawa Tengah sendiri bapak Bibit Waluyo telah mengajukan agar sang eyang ini diberi gelar pahlawan nasional sudah sejak setahun yang lalu ke DEPSOS. Akan tetapi DEPSOS sendiri belum mengesahkan hingga saat ini untuk eyang Soeharto mendapatkan gelar pahlawan Nasional. Issue ini mendadak naik ke permukaan ketika para warga Nahdiyin dan Fraksi PKB yang ada di parlement berencana untuk mengajukan Gus Dur untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Partai Golkar pun layaknya nenek-nenek ikut-ikutan latah. Para anggota dewan yang duduk di parlemen juga dengan kekeh dan didasari semangat 45 memperjuangkan Soeharto yang juga dianggap layak untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Nah, sampai disini terjadilah pro dan kontra. Ada beberapa aktivis yang mengatakan bahwa Soeharto tak layak untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional. Kenapa? Walaupun pak Harto selama 32 tahun memimpin negeri ini dengan mengisi pembangunan infrastruktur yang hebat akan tetapi , konon katanya dosa Soeharto lebih banyak. Pak Harto bolehlah mendapat gelar Bapak Pembangunan, akan tetapi untuk mendapat gelar pahlawan nasional bagaikan api jauh dari panggangan. Mengutip apa yang dikatakan mantan aktivis yang pernah dipenjarakan pada pemerintahan Soeharto, yaitu Fajroel Racman bahwa pak Harto sama sekali tak pantas menjadi pahlawan nasional. Dia beralibi bahwa pak Harto lah pemimpin yang memasung demorasi, memasung kebebasan berpendapat dan berekspresi, bahkan kaum Tionghoa selama beliau memimpin dipasung kebebasan untuk berpolitik dan hanya diberi kebebasan berniaga. Pada masa Orde baru banyak sekali para aktivis-aktivis yang diculik, yang hingga kini tak tau nasibnya apakah sudah mati atau masih hidup. Bahkan Fajroel Rachman mengatakan Soeharto tak ubahnya seperti diktator Negara Chile Agusto Pinoche ataupun Pol pot dalang pembantaian rakyat Kamboja. Akan tetapi argumentasi ketua KOMPAK dan Sosiolog UI ini dibantah mentah-mentah oleh anggota dewan (maaf saya lupa namanya) dari partai Golkar. Yang jelas para kader partai Golkar akan membela mati-matian sang maestronya. Jelas saja karena ketika pak Harto memimpin negeri ini partai Golkar tumbuh subur bagaikan pohon Beringin yang menjadi lambangnya.
Akan tetapi yang akan saya paparkan sebenarnya bukanlah Gus Dur ataupun eyang Soeharto. Saya akan mengajak anda untuk flashback bahwa sebenarnya ada sosok tokoh nasional yang jasanya lebih dari pada Gus Dur dan Soeharto akan tetapi kita melupakannya dan hingga kini beliau ini belum menjadi pahlawan nasional. Yah.., beliau adalah GRM. Dorojatun atau orang yogya lebih mengenalnya denga Ngarso Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Akan tetapi sebelum membahas lebih lanjut sepak terjang beliau dalam masa perjuangan akan lebih baiknya jika kita tau dulu apa definisi pahlawan nasional itu. Menurut
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG
GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN Pasal 1 ayat 4 Definisi pahlawan nasional.adalah ;
Pahlawan Nasional adalah gelar yang diberikan kepada
warga negara Indonesia atau seseorang yang berjuang
melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gugur
atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara,
atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan
kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang
luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan
negara Republik Indonesia
Bila kita mau melihat disemua buku perjuangan bangsa ini, saya yakin pasti ada yang menceritakan tentang sumbangsing Sri Sultan HB IX. Sumbangsih atau darma bakti beliau tidaklah sedikit bahkan saya katakan sangat besar. Beliau adalah seorang priyayi jawa sekaligus seorang raja jawa yang satu-satunya mengenyam pendidikan Eropa. Yang namanya raja pastilah kaya. Dan perlu anda tau bahwa dalam masa perjuangan kekayaan keraton Kasultanan Yogyakarta banyak sekali dihibahkan untuk perjuangan bangsa Indonesia khususnya di daerah Yogyakarta. Bila anda ingin tau sepak terjang Sri Sultan HB IX ini bacalah buku Tahta Untuk Rakyat. Di buku ini akan dikupas habis tentang perjalan beliau dari lahir, masa remaja ketika sekolah di Leiden Universitiet Holland , masa perjuangan dan ketika baliau menjadi Wapres . juga tentang tanggapan kiprah beliau untuk negeri ini dari teman-temannya semasa perjuangan seperti Muhammad Roem, Prof. Moestopo, Sjafruddin Prawiranegara, Moh. Natsir, S.K. Trimurti, A.H. Nasution, dan masih banyak lagi.
Didalam tulisan ini bukannya saya sebagai seorang yang berasal dari yogya ingin membela mendiang rajanya sama sekali tidak. Akan tetapi saya ingin mengungkapkan sebuah fakta bahwa beliau Alm. Ngarso Dalem Sri Sultan HB IX yang jasanya melebihi seorang Gus Dur dan pak Harto kenapa hingga saat ini belum mendapat gelar pahlawan nasional. Jangankan gelar pahlawan nasional, namanya pun tak diabadikan untuk nama jalan bahkan di kota yogya sendiri. Nah, marilah kitu urut bersama-sama kenapa hal ini bisa terjadi.
Didalam undang-undangnya tertulis bahwa gelar pahlawan dapat diberikan kepada seseorang dengan catatan harus memenuhi beberapa persyaratan. Salah satunya adalah, bahwa gelar pahlawan Nasional diajukan oleh Kepala Daerah dalam hal ini Gubernur dimana orang yang diajukan untuk mendapatkan gelar tersebut sudah meninggal dan dikebumikan ditempat itu.
Orang yang diajukan untuk mendapat gelar pahlawan nasional adalah orang yang benar-benar memberikan sumbangsih besar untuk bangsa Indonesia baik dalam masa perjuangan maupun dalam mengisi kemerdekaan. Lalu kenapa hingga sekarang ini Sri Sultan HB IX tak mendapat gelar Pahlawan Nasional? Seperti yang telah saya kemukakan diatas tadi bahwa gelar pahlawan nasional itu harus diajukan oleh kepala daerah c/q Gubernur dimana dia dimakamkan. Nah…, masalahnya taukah anda bahwa Yogyakarta adalah Daerah Istimewa. Artinya bahwa kepala daerah adalah raja atau sultan c/q ialah Sri Sultan HB X. mengapa hal ini berlaku? Marilah kita tengok kebelakang di masa perjuangan kemerdekaan. Ketika Ir.Soekarno memproklamirkan kemerdekaan RI melalui pembacaan teks Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945, maka pada tanggal 5 September 1945 raja kasultanan Yogyakarta mengeluarkan maklumat yang terkenal dengan “AMANAT SERIPADUKA INGKANG SINUWUN KANGDJENG SULTAN YOGYAKARTA.” I
si maklumat itu garis besarnya adalah ;
1. Bahwa Negeri Ngajogjokarto Hadiningrat yang bersifat kerajaan adalah daerah istimewa dari Negara Republik Indonesia.
2. Bahwa segala kekuasaan penuh segala urusan pemerintahan dipegang penuh oleh kepala daerah yaitu raja / sultan.
3. Bahwa hubungan Negeri Yogyakarta Hadiningrat dengan pemerintah pusat Negara Republik Indonesia bersifat langsung dan kami (dalam hal ini sultan) bertanggung jawab atas yogyakarta langsung kepada presiden Republik Indonesia.
Sebenarnya jika Sinuhun Ngarso Dalem HB IX ingin memisahkan diri dari NKRI pada waktu itu bisa-bisa saja. Karena Belanda pun memandang Yoyakarta adalah sebuah kerajaan yang terpisah dan bukan bagian dari RI. Akan tetapi seorang GRM. Dorojatun bukanlah sosok yang egoistis dan ingin bekerja sama dengan Belanda. Beliau adalah seorang yang memiliki jiwa satria yang nasionalis dan cinta tanah airnya. Hal ini terbukti dengan dikeluarkanya maklumat diatas. Setelah dikeluarkanya maklumat diatas maka pada tanggal 19 Agustus 1945, sebenarnya piagam ini telah lama dipersiapkan sehari setelah HB IX memberikan ucapan selamat atas kemerdekaan RI kepada Presiden Soekarno akan tetapi baru diserahkan oleh menteri Negara Mr. Sartono dan Mr. A.A. Maramis kepada HB IX tanggal 6 September 1945. Isi piagam itu adalah;

Kami Presiden Republik Indonesia, menetapkan :
Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Ngalaga Abdurrakhman Sayidin Panatagama Kalifatullah ingkang kaping IX ing Ngayogyakarta Hadiningrat, pada kedudukannya, dengan kepercayaan bahwa Sri Paduka Kanjeng Sultan akan mencurahkan segala pikiran, tenaga, jiwa dan raga untuk keselamatan daerah Yogyakarta sebagai bagian Republik Indonesia.



Jakarta, 19 Agustus 1945
Presiden Republik Indonesia
Ttd
Soekarno

Maka jelaslah kenapa Yogyakarta adalah daerah istimewa yang kepala daerahnya adalah raja atau sultan dan hal ini akan terus-menerus berlangsung. Sistem inipun sangat didukung oleh segenap warga Yogyakarta hingga saat ini. Maka dari itu walaupun akan digagas undang-undang tentang Daerah Istimewa Yogyakarta tetap saja Yogyakarta tak akan pernah lepas dari status daerah istimewa karena hal ini rakyat yang menginginkan bukan semata-mata kehendak raja.
Baiklah kita kembali lagi tentang pengajuan gelar pahlawan nasional. Dikarenakan sultan yang saat ini adalah putra dari HB IX karena Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat bersisitem monarki maka yang berhak mengajukan adalah Gubernur DIY yaitu Sri Sultan HB X sendiri. Akan tetapi pihak dari keluarga Keraton sendiri tidak akan pernah mau mengajukan gelar pahlawan nasional untuk HB IX. Hal ini sempat terucap dikala Sri Sultan HB X diundang dalam acara Kick Andy. Ketika itu ditanya kenapa HB IX tidak mendapat gelar Pahlawan. Maka dijawab saja dengan tenang dan mantap oleh sultan, “jadi begini pak andy, dalam undang-undangnya gelar pahlawan itu harus diajukan oleh pihak kepala daerah dimana beliau dikebumikan dan pihak keluarga. Dalam hal ini saya sebagai Gubernur DIY sekaligus pihak keluarga. Tetapi kami, pihak keluarga tak akan pernah mau mengajukan beliau (HB IX) untuk mendapat gelar pahlawan nasional. Biarlah rakyat sendiri yang mencari tau sumbangsih beliau untuk negeri ini, dan biar rakyat sendiri juga yang mengajukan beliau untuk mendapat gelar pahlawan nasional. Karena kami orang jawa berprinsip, “sepi ing pamrih rame ing gawe.” Wow..pasti anda akan terperangah mendengar jawaban dari Sultan Yogya ini. Betapa pihak keraton sendiri tak mau menonjol-nonjolkan jasa-jasa dari HB IX. Mereka justru menutup rapat-rapat hal itu karena sebuah jasa tak layak untuk dipamerkan apalagi diobral murah karena sudah selayaknya bagi orang Indonesia baik itu raja ataupun rakyat jelata untuk ikut bela negara memberikan darma bakti yang terbaik untuk ibu pertiwi begitu juga seorang GRM. Dorojatun. Bahkan ketika beliau Sri Sultan HB IX masih hidup ada sebuah penyelewengan fakta sejarah bahwa penggagas Serangan Umum 1 Maret adalah Letkol Soeharto. Tapi bagaimana sikap beliau? Diam saja..! karena beliau berprinsip menutup serapat mungkin semua sumbangsih dan darma bakti yang telah diberikan untuk Bangsa dan Negara ini. Biarlah Allah SWT yang tau dan sekali lagi biarlah rakyat sendiri yang mencari tau fakta yang benar. Dan ternyata semua itu terbukti. Bahwa penggagas SO 1 maret adalah Sri Sultan HB IX dan Letkol Soeharto hanyalah sebagai pelaksananya saja. Memang diam adalah emas itu sebagai prinsip beliau akan tetapi ketika ditahun-tahun terakhirnya beliau pernah berkata, “bahwa tak selamanya diam itu emas.”
“Ternyata diam saya itu sebuah kesalahan dan dimanfaatkan untuk kepentingan golongan tertentu.”
Bahkan pesan beliau kepada penerus tahtanya BRM. Arjuna Darpita yaitu Sri Sultan HB X agar harus lebih berani dari pada beliau (sultan HB IX) dalam mengambil sikap. (kick andy)
Marilah kita mengambil pelajaran dari kisah hidup seorang priyayi agung dari yogya ini. Tidak pantaslah jika saat ini kita ribut-ribut apalagi sampai gontok-gontokkan dikalangan elite politik hanya memperjuangkan seseorang untuk mendapatkan gelar pahlawan. Biarlah rakyat banyak yang memberi gelar pahlawan itu. Bukankah sudah sebuah kewajiban memberikan darma bakti yang terbaik untuk ibu pertiwi, dan tak patut jika jasa-jasa yang telah kita perbuat untuk diobral demi sebuah gelar pahlawan nasional.

S e l e s a i

Created by
Boim Prasetyo

Jumat, Januari 01, 2010

G U S D U R



“ G U S D U R ”
BY boimprasetyo

Tepatnya tanggal 30 Desember 2009 hari Rabu sore negeri ini kehilangan putra bangsa yang sangat besar jasanya dalam kemajuan berdemokrasi. KH. Abdurrahman Wahid yang sering kita panggil Gus Dur mangkat pada usia 69 tahun. Dipenghujung tahun 2009 ini kita rakyat Indonesia menundukkan kapala mengheningkan cipta sejenak untuk mengenang pribadi yang teguh , humoris dan pahlawan demokrasi ini. Sosok Gus Dur yang kita kenal controversial dalam setiap statment-nya ternyata pribadi yang unik yang perlu di contoh.
Beliau seorang yang pemaaf dan tidak dendam walaupun banyak lawan politiknya yang menjegal hingga harus legowo lengser dari Istana Negara. Bahkan di era Orba beliau pernah menyatakan akan diancam dibunuh oleh Pak Harto, dan statement yang mencengangkan bahwa di Indonesia ini musuh Gus Dur hanya 1 orang yaitu penguasa Orde Baru, siapa lagi jika bukan alm. Eyang Soeharto. Walaupun begitu, pada Idul Fitri 2007 Gus Dur malah menyambangi ke kediaman Soeharto di cendana untuk silaturahmi.
Ketika ditanya dalam acara kick andy September 2008 siapa orang yang bertanggung jawab atas lengsernya Gus Dur dari kursi kepresidenan. Dengan santai Gus Dur menjawab, “ada 2 orang pak andy , yaitu amien Rais dan Megawati.”
“Apakah Gus Dur dendam?”
“Engga… justru sudah saya maafkan, tapi kalau lupa sih enggak bakalan lupa.”

Sisi lain seorang Gus Dur adalah keberaniannya untuk menegakkan keadilan bahkan melawan arus walaupun didepanya lawan-lawan politik akan menghadang, tapi bukan Gus Dur namanya jika ia gentar. Di awal pemerintahannya dengan pede-nya beliau menghapuskan DEPSOS dan DEPPEN. Alibi beliau bahwa DEPSOS merupakan markasnya para koruptor dan kerjanya selalu terlambat. Bila terjadi bencana DEPSOS bagaikan polisi India yang datang setelah penjahatnya mati. Sedangkan alasan beliau membubarkan DEPPEN, karena Departemen Penerangan terlalu memasung kebebasan pers dan kreativitas yang sedikit-sedikit membredel sebuah surat kabar jika tidak pro dengan penguasa. Dan bukan hanya itu saja gebrakan seorang Gus Dur, beliaulah presiden pertama di Indonesia yang mengangkat menteri HAM dalam kabinetnya yang sebelumnya belum ada di kabinet-kabinet presiden terdahulu.
Beliau seorang yang benar-benar ingin menegakkan keadilan di bumi Indonesia ini. Tidak segan-segan memerintahkan kejaksaan Agung untuk memindahkan para koruptor kelas kakap ke pulau Nusa Kambangan. Tak ayal koruptor sekelas Bob Hasan dan Tomy Suharto putra mantan penguasa orde baru ini harus rela meringkuk di penjara bersama para pembunuh-pembunuh berdarah dingin. Tidak hanya itu saja. Gus Dur membebaskan TAPOL & NAPOL yang ditahan di masa orde baru dengan tuduhan melakukan supersif serta dakwaan yang tak jelas. Gus Dur pula-lah yang menghapuskan diskriminatif terhadap keluarga bekas pelaku Gerakan 30 S/PKI. Gus Dur pun menghapuskan diskriminatif terhadap Etnic Tionghoa yang selama orde baru dipasung kebebasannya. Dimasa pemerintahan Gus Dur tahun baru Imlek dijadikan sebagai hari libur nasional yang perlu diperingati dan dihormati. Etnic Tionghoa diberikan kebebasan untuk mengekspresikan budaya nenek moyangnya secara terang-terangan dan tidak lagi sembunyi-sembunyi. Ini terbukti makin maraknya pertunjukan barongsai jika mendekati tahun baru Imlek.

Sikap pluralis Gus Dur yang banyak di tentang para umat islam makin membuat citra Gus Dur sebagai seorang pemimpin yang controversial semakin tenar. Gus Dur beranggapan bahwa semua agama yang ada di Indonesia semuanya benar karena tujuan akhirnya adalah untuk menyembah kepada Tuhan YME. Jelas-jelas statment ini ditolak mentah-mentah oleh muslim militant. Tapi lagi-lagi bukan Gus Dur namanya jika tidak bisa berkelit. Beliau pun menjawab bahwa sayapun dibesarkan dalam lingkungan muslim tradisional bisa menerima tapi kenapa mereka tidak, gitu aja kok repot. Sebenarnya pemikiran Gus Dur lebih jauh modern sehingga pluralisme dalam umat beragama dianggap wajar agar terciptanya kerukunan antar umat beragama di Indonesia. Akan tetapi bagi muslim militan yang kolot hal ini dianggap nyleneh dan sangat controversial karena bertentangan dengan Kitabulloh dan Sunnatulloh.

Sisilain dari pribadi Gus Dur yang tidak bisa dipisahkan darinya adalah, beliau adalah sosok yang humoris yang mempunyai joke-joke segar yang dapat membuat orang tertawa lepas. Gusdur tidak segan-segan memberikan joke-jokenya meskipun sedang berpidato dalam sidang taunan di gedung MPR/DPR, sehingga para dewan terhormat pun tertawa ngekek dibuatnya. Dalam acara formal maupun non formal Gus Dur sering diminta untuk memberikan joke-nya agar suasana lebih cair dan beliau pun tak segan dan jarang menolaknya. Bahkan joke-joke Gus Dur sudah dibuat buku dan lumayan banyak peminatnya.

Gusdur juga seorang pribadi yang unik. Beliau teguh pendirian walaupun kadang statmentnya salah dan membahayakan dirinya. Masih kita ingat bahwa di akhir jabatanya menjadi presiden beliau mengeluarkan Dekrit Presiden sebagai pengganti UU dan akan membubarkan DPR. Dalam hal ini pula gus dur menginstruksikan SBY pada waktu itu menjabat sebagai MENKOPOLKAM untuk menyatakan bahwa Negara dalam keadaan darurat. Akan tetapi SBY menolaknya. Sebelum mengeluarkan Dekrit Gus Dur pun telah diperingatkan oleh Mahfud MD MENHANKAM pada waktu itu bahwa Dekrit yang akan Gus Dur keluarkan itu inconstitusional. Tapi bukan gus Dur namanya jika ga ada ngeyel. Beliau pun menjawab ,”kata Harun Al Rasyid (pakar ilmu tata Negara) constitusional.” Lalu Mahfud pun menjawab, “Gus.., dekrit Presiden yang dikeluarkan pada masa presiden Soekarno itu juga inconstitusional. Tapi menjadi constitusional karena di dukung oleh militer, mahasiswa dan parlemen. Sedangkan Dekrit yang akan Gus Dur keluarkan ini sama sekali tidak di dukung oleh militer dan mahasiswa bahkan Gus Dur mau membubarkan DPR, ini sangat lemah Gus..!” tapi sekali lagi bukan Gus Dur namanya jika ga pake ngeyel dan akhirnya justru sehari setelah Gus Dur mengeluarkan Dekrit Gus Dur dilengser untuk mundur dan digantikan oleh Megawati. Di akhir-akhir kekuasaanya pun tetap saja Gus Dur ngeyel ga mau keluar dari istana justru menemui para wartawan dan rakyat yang ada di luar pagar istana dangan hanya menggunakan celana pendek dan kaos oblong. Bagi pengamat hal ini benar-benar tidak pantas dilakukan oleh presiden tapi bagi Gus Dur ini merupakan cara untuk mengajari rakyat Indonesia bahwa hukum dan undang-undang telah dilecehkan dan tak lagi dijunjung tinggi.
Banyak juga para pengamat politik mengatakan bahwa Gus Dur memimpin Negara ini seperti memimpin pondok pesantren jika ada menteri yang ga dia suka langsung direshufle. Tapi apa tanggapan Gus Dur, “lha ga becus kerja ya diganti, gitu aja kok repot.”
Kata-kata seorang Abbdurahman Wahid terkadang bagaikan sebuah ramalan. Pernah Gus Dur menyindir para anggota dewan itu seperti Taman kanak-kanak. Hal ini merupakan sebuah pelecehan bagi mereka anggota dewan, tapi selang beberapa bulan benar-benar terjadi. Didalam sidang ada beberapa anggota dewan yang berkelahi saling adu jotos. Tidak hanya sampai disini saja, selang beberapa bulan lagi justru lebih parah ketua DPR dikeroyok oleh beberapa anggota fraksi yang ada di DPR. Hal semacam ini masih terjadi hingga sekarang. Ternyata kutukan atau ramalan Gus Dur benar adanya..!
Dalam memilih menteri untuk duduk dalam kabinetnya pun kadang gusdur hanya mengandalkan instingnya. Ada sebuah cerita lucu dari Mahfud MD mantan MENHANKAM pada masa pemerintahan Gus Dur. Ketika beliau diangkat menjadi MENHANKAM, pak Mahfud menangkapnya adalah akan dijadikan menteri pertanahan. Lalu beliau (pak Mahfud) mengkonfirmasi ke Gus Dur, “Gus..,kan departemen pertanahan sudah dibubarkan sekarang menjadi Dirjen Pertanahan dibawah DEPDAGRI.”
“Bukan menteri pertanahan tapi pertahanan.” Jawab Gus Dur.
“Tapi saya kan ga punya latar belakang ilmu kemiliteran Gus, saya ahli ilmu Tata Negara.” Kata pak Mahfud MD. Lalu apa jawaban Gus Dur.
“Emangnya saya jadi presiden punya latar belaka apa…., udahlah jalanin aja dulu.”
Bayangkan dengan enaknya Gus Dur menjawab tanpa didasari teori ilmiah sedikit pun.
Gus dur adalah pribadi yang teguh dan konsisten. Beliau pantang untuk menjilat ludahnya sendiri, atinya apapun statmentnya walaupun itu kontroversi beliau akan tetap teguh dan tak berubah sedikitpun. Mungkin ini adalah hasil didikan dari kakek dan ayahandanya para pendiri NU. “Samikna wa atokna”, apa yang saya dengar itulah yang saya laksanakan. Kata-kata ini sangatlah familiar sekali bagi kaum Nahdiyin, begitu juga bagi seorang Gus Dur. Ketika ditanya dalam acara Kick Andy kenapa Gus Dur mau dicalonkan menjadi presiden, dengan mantap beliau menjawab.
“Saya disuruh oleh 5 orang kiyai sepuh. Saya ini anak pesantren Pak Andy, ya harus nurut apa yang dikatakan orang tua, meskipun harus nyebur laut sekalipun.”

Selamat jalan Gus Dur semua cita-cita mu akan kami lanjutkan demi Indonesia yang adil dan tak ada lagi diskriminasi. Kami kehilangan sosok sepertimu seorang pemimpin yang religious, berani, tegas, nyleneh, dan humoris. Tak aka nada lagi joke-joke segarmu yang bisa membuat kami tertawa lepas.

Created by
Boim prasetyo

P E N J A R A Y A N G T A K N A M P A K


“ P E N J A R A Y A N G T A K N A M P A K ”

Namaku Imam Prasetyo Nugroho, beberapa tahun terakhir ini teman-temanku memanggil “boim”. Sebuah panggilan yang cukup simple bagiku dan mudah diucapkan. Namun olek kakak-kakakku aku sering dipanggil “pras”, bahkan ada panggilanku yang lebih extrem dan tak enaklah di dengarnya. Mereka sering memanggil ku “…..” , ah…kiranya tak usahlah kalian tau kawan takutnya justru nama itu lebih popular. Aku dilahirkan di Jakarta 27 tahun yang lalu disebuah Rumah Sakit cukup terkenal dikalangan militer negeri ini. Masa kecilku dibesarkan dalam sebuah kompleks militer didaerah yang bernama “Berland”. Taukah kalian sobat, daerah ini daerah yang brengsek semenjak aku kecil hingga saat ini. Kehidupan anak mudanya yang songong dan selalu tawuran yang dijadikan ritual taunan. Asal kalian tau aja kawan kenapa anak mudanya begitu berani walaupun sebenarnya yang mereka lakukan adalah salah. Berland ini kompleks militer yang dari pangkat kroco hingga kolonel pun hidup berdampingan disini. Ah..kalian tentunya sudah paham maksud ku kawan.

Ketika umurku beranjak 5 tahun keluarga kami hijrah ke kota Newyorkkarto Hadiningratan dikarenakan nenekku hidup sendirian setelah kakekku mangkat. Nah…di kota inilah aku menghabiskan masa remajaku dan di kota ini pula carakter jiwaku mulai dibentuk menjadi manusia “pemberontak”. Namun aku beruntung bisa besar di kota yang cukup terhormat ini. Tentunya aku tak akan menjadi pemuda Jakarta yang lagaknya seperti koboi ataupun si brengsek John Wayne. Di kota ini aku dididik untuk bisa berempati terhadap kaum marginal dan wong cilik. Akupun merasa bangga bisa menyerap ilmu dikota yang notabennya kota pelajar. Aku bisa lulus dari sebuah sekolah kejuruan terhebat di kota dimana budaya jawa masih diuri-uri dengan baik dan dijunjung tinggi diatas segalanya. Tahun 2001 aku dapat menyelesaikan sekolahku dan mulai merantau ke ibu kota. Nah…inilah awal petualanganku kawan dimana aku dijebloskan dalam penjara yang tak tampak secara tidak langsung oleh almamaterku sendiri.

Juni 2001 penderitaanku sebagai tahanan PMA pun dimulai. Disini aku dijadikan sebagai kuli dengan upah standart UMP. Sebenarnya mulai pertama aku mengijakkan kaki di tahanan ini ada aroma yang tak beres yang mengusik insting intelektualku. Issue yang aku dengar ternyata di tahanan ini ada blog-blog yang saling perang urat syaraf dan bila tak tertahankan finally-nya adu jotos pun di halalkan dengan konsekuensi harus minggat dari perusahaan. Bayangkan sobat…baru 3 bulan aku jadi tahanan sudah disuguhi adu fisik yang cukup menarik. Ini sebuah pertempuran antar blog yang terpaksa dilakukan demi sebuah kehormatan dan integritas kedaerahan. Tidak hanya sampai disini saja boy…, selang beberapa bulan pun ada juga adu fisik yang dihalalkan dan ini justru sesama anggota dalam satu blog. Ternyata isuue yang berkembang gara-gara memperebutkan makhluk hidup yang bernama wanita. Ah… lagi-lagi tulang rusuk kiri yang dicuri itu yang menjadi permasalannya. Memang mahkluk hidup yang satu ini lemah tapi dibalik kelemahannya mempunyai kekuatan yang maha dahsyat. Sudah banyak para pemimpin dunia yang terkapar karena bujuk rayunya. Baiklah kawan aku lanjutkan petualangan menjadi tahanan dengan NIN (Nomor Induk Narapidana) 8003940601 ini. Tapi alangkah baiknya bila aku singkat saja. Karena kisahku ini kelak akan aku buat sebuah novel yang judulnya “pembunuhan Intelektual sang pemberontak” , judul yang sangat controversial bukan.

Sewindu lebih lamanya aku mendekam dalam sebuah penjara yang tak tampak ini. Disini tenagaku dirampok secara paksa, keringatku diperas hingga habis, dan dibayar dengan banyak potongan serta dibuat bodoh oleh kungkungan sebuah system yang lebih kejam dari feodal. Sungguh waktu yang menurutku lama untuk bisa keluar dari sell setan ini. Namun dalam penderitaanku menjadi narapidana ini aku masih sempat untuk menge-charge intelektualku dengan dunia luar walaupun secara sembunyi-sembunyi dan penuh resiko. Dunia luarlah yang menyadarkan diriku untuk segera melakukan pemberontakan secara single fighter. Layaknya sebuah penjara disini pun banyak berkeliaran sipir-sipir bengis dan kejam. Akan tetapi masih ada sipir yang baik hati tapi jumlahnya tak lebih dari 10 jari boy..! Sipir-sipir brengsek ini yang selalu mengawasi gerak-gerik kami selama dipekerjakan di dalam penjara Nippon kawan. Kadang mereka tak segan menindas, menekan, bahkan memerintah seenak udelnya sendiri. Apakah mereka tak sadar bahwa yang mereka perlakukan seperti itu adalah saudaranya sendiri, sama-sama anak negeri ini. Yah…inilah kenyataan boy, sekali lagi kenyataan yang pahit. Aku rasa tak ada lagi tempat dimana kami mengadu, dan melimpahkan semua masalah ini. Sikap dari perwakilan tahanan pun sama-sama brengseknya dengan para sipir. Jika dibawah mereka bersuara dengan lantang, “sampaikan aspirasi kalian kepada kami, kami sebagai wakil dari kalian akan sekuat tenaga menyampaikan dan memperjuangkan demi kesejahteraan kita semua……!” “Taiiiiii……!” umpatku kasar dalam hati.
Jika sudah berhadapan dengan kepala penjara mereka hanya bisa menunduk dan berkata ,“yes sir.”
“Masalah anak-anak dibawah itu gampang diatasi asalkan bapak memberikan kopensasi untuk saya pribadi. Tenang saja pak serahkan semuanya pada saya pasti beres.”
Dan yang ada para tahanan hanya membuat issue sehebat mungkin dibelakang barak sambil menikmati secangkir kopi boleh ngutang yang dikeroyok oleh mulut beberapa orang dan selinting marijuana cuba.

Miris hatiku melihat ini semua. Kejelekan mereka hanya bisa ngomong di belakang tapi jika disuruh membangun people power melawan sipir-sipir brengsek itu, jawabanya adalah .
“Aku masih banyak tanggungan boy, kamu aja yang masih muda apalagi kamu kan tau dunia di luar penjara ini.” Atau
“Aku di belakangmu anak muda, apapun yang terjadi aku ikut denganmu.” Dan yang lebih menjengkelkan adalah,
“bagaimana anak dan istriku diluar penjara ini jika hukuman ku bertambah berat atau bahkan aku dihukum gantung.”
“brengsek….setan….asu kabeh…!” Umpatku jika mendengar mereka berkilah. Maunya ingin enaknya aja, giliran ditempatkan di frontliner mereka ga ada yang berani. Jika aku sendirian melawan sipir-sipir setan itu sama saja aku menggali kuburanku sendiri.
Bayangkan kawan, penjara ini tak pernah ada grasi, amnesty bahkan abolisi yang ada hanya eksekusi bagi tahanan yang sudah tak betah hidup.
Akupun mulai berpikir untuk menyelamatkan diriku sendiri karena sudah tak ada lagi yang bisa aku ajak untuk melakukan perang terbuka dengan sipir-sipir brengsek ini. Dengan bermodalkan pengetahuan yang sempat aku dapat dari dunia luar aku pun mulai mengatur strategi diplomasi menghadapi kepala penjara.

Layaknya seorang tahanan politik akupun mengajukan PK (peninjauan kembali) kepada kepala penjara dengan alasan aku sudah cukup lama untuk ditahan di penjara Nippon ini. Ternyata kepala penjara meneken pengajuan PK ku. Entah karena selama di penjara perlakuanku yang baik atau dia sudah muak melihat tampangku, atau bahkan aku termasuk orang yang masuk dalam daftar buku hitam yang perlu disingkirkan, aku pun tak tau. Tapi bagiku itu semua whatever. Tepatnya di akhir taun 2009 bulan Desember masa tahanan ku berakhir dengan sukses dan akupun diberi kopensasi penggantian hak selama sewindu sebesar 2,5 dollar rupiah. Sungguh tak sesuai dengan pengabdian dan penderitaanku selama ini, tapi biarlah semoga semua ini barokah. Kepad teman-temanku yang masih menjalani tahanan di penjara Nippon, maafkan sobat mu ini yang tak bisa berbuat banyak untuk kesejahteraan kita. Aku tau mungkin dari kalian kecewa terhadap keputusanku tapi aku sudah merasa tak kuat lagi menjadi tahanan Nippon dengan sipir-sipir bermoral bejat seperti mereka. Smoga dunia luarku lebih menjanjikan dan kelak dapat menyeret keluar kalian dari penjara ini, dan bersama kita menciptakan menusia yang merdeka. Untuk kawan-kawan ku di penjara Nippon smoga Allah SWT menjaga kalian dan keluargamu amin.


boimprasetyo
ex. Narapidana
8003940601