Sabtu, Februari 21, 2009

PENDIDIKAN YANG JADI BOOMERANG

PENDIDIKAN YANG JADI BOOMERANG

Pada saat saya sedang duduk2 santai di tempat kerja saya ga sengaja lihat print out email teman saya yg ngegeletak di meja kerjanya. Karena emang hoby saya yang senang baca-baca maka saya bacalah print out teman saya itu. 10 menit kmudian setelah saya baca, saya resapi ternyata miris juga. Apa yang telah terjadi selama ini baru saya ketahui bahwa ada yang ga beres dari pelajaran berhitung kita selama ini. Dan saya merasa perlu untuk menyebar-luaskan informasi ini. Silahkan anda membaca dengan cermat dan klo perlu diulangi berkali-kali setelah itu lakukan suatu tindakan yang menurut anda perlu.
INILAH CERITANYA…

@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

PENDIDIKAN YANG JADI BOOMERANG
Seorang teman saya yang bekerja pd sebuah perusahaan asing, di PHK akhir tahhun lalu. Penyebabnya adalah kesalahan menerapkan dosisi pengolahan limbah, yang telah berlangsung bertahun-tahun. Kesalahan ini terkuak ketika seorang pakar limbah dari suatu Negara Eropa mengawasi secara langsung proses pengolahan limbah yang selama itu dianggap selalu gagal.
Pasalnya adalah, takaran limbah yang dipakai dalam buku petunjuknya menggunakan satuan pound dan ounce. Kesalahan fatal yang muncul karena yang bersangkutan mengartikan 1 pound = 0,5 kg dan 1 ounce (ons) = 100 gram, sesuai pelajaran yang ia terima dari sekolah. Sebelum PHK dijatuhkan, teman saya diberi tenggang waktu 7 hari untuk membela diri dengan cara menunjukkan acuan ilmiah yang menyatakan 1 ounce (ons) = 100 g.
Usaha maksimum yang dilakukannya hanya bisa menunjukkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mengartikan ons (bukan ditulis ounce) adalah satuan berat senilai 1/10 kilogram. Acuan lain termasuk table-tabel konversi yang berlaku sah atau dikenal secara internasional tidak bisa ditemukan.
SALAH KAPRAH YANG TURUN-TEMURUN.
Prihatin dan penasaran atas kasusu yang terjadi diatas, saya mencoba menanyakan hal ini kepada lembaga yang paling berwenang atas system takar-timbang dan ukur di Indonesia, yaitu Direktorat Metrologi. Ternyata, pihak Dir. Metrologi-pun telah lama melarang pemakaian satuan ons untuk ekivalen 100 gram.
Mereka justru mengharuskan pemakaian satuan yang termasuk dalam Sistim Internasional (metrik) yang telah diberlakukan resmi di Indonesia. Untuk ukuran berat, satuannya adalah gram dan kelipatannya. Satuan ons bukanlah bagian dari sistim metric ini dan menghilangkan kebiasaan memakai satuan ons ini, Direktorat Metrologi sejak lama telah memusnahkan semua anak timbangan (bandul/timbale) yang bertuliskan “ons” dan “pound”.
Lepas dari kebiasaan kita mengatakan 1 ons = 100 gram dan 1 pound = 500 gram, ternyata tidak pernah ada acuan sisitim takar-timbang legal / pengakuan internasional atas pengakuan satuan ons yang nilainya setara dengan 100 gram. Dan dalam sisitim timbangan legal yang diakui dunia internasional, tidak pernah dikenal adanya satuan ONS dan hanya ada di khusus Indonesia. Jadi, hal ini adalah satu kesalahan yang diwariskan turun-temurun. Sampai kapan mau dipertahankan??
BAGAIMANA KESALAHAN DIAJARKAN SECARA RESMI?
Saya sendiri pernah menerima pelajaran yang salah ini ketika masih duduk di bangku sekolah dasar. Namun, ketika saya memasuki dunia kerja nyata, kebiasaan salah yang nyata-nyata diajarkan itu harus dibuang jauh karena akan menyesatkan. Beberapa sekolah telah saya datangi untuk melihat sejauh mana penyadaran akan penggunaan system takar-timbang yang benar dan sah dikemas dalam materi pelajaran secara benar, dan bagaimana para murid (anak2 kita) menerapkandalam kehidupan sehari-hari. Sungguh memprehatinkan. Semua sekolah mengajarkan bahwa 1 ons = 100 gram dan 1 pound = 500 gram, dan anak2 kitapun menggunakannya dalam kegiatan sehari-hari. “Racun” ini sudah tertanam dalam otak anak kita sejak usia dini.
Dari para guru saya mendapatkan penjelasan bahwa semua buku pegangan yang diwajibkan / disarankan oleh Departemen Pendidikan Nasioanal mengajarkan seperti itu. Karena itu, tidaklah mungkin bagi para guru melakukan koreksi selama Dep. Pendidikan belum berubah / memberikan petunjuk resmi.
TANGGUNG JAWAB SIAPA?
Maka bila terjadi kasusu seperti diatas, Departemen Pendidikan kita jangan lepas tangan. Tunjukkanlah kepada masyarakat kita terutama kepada para guru yang mengajarkan kesalahan ini, salah satu alasannya agar tidak menjadi beban physicologyst bagi mereka ;
“acuan sisitim timbang legal yang mana yang pernah diakui/diberlakukan secara international, yang menyatakan bahwa : 1 ons adalah 100 gram, 1 pound adalah 500 gram.”?
Kalau Dep. Pendidikan tidak bisa membuktikan acuannya, mengapa hal ini diajarkan secara resmi di sekolah sampai sekarang?
Pernahkah Dep. Pendidikan menelusuri, dinegara mana saja selain Indonesia berlaku konversi 1 ons = 100 gram dan 1 pound = 500 gram?
Patut dipertanyakan pula, bagaimana tanggung jawab para penerbit buku pegangan sekolah yang melestarikan kesalahan ini?
Kalau Dep. Pendidikan tetap kekeh mempertahankan satuan ons yang keliru ini, sementara pemerintah sendiri melalui Direktorat Metrologi melarang pemakaian “ons” dalam transaksi legal, maka konsekwensinya ialah harus dibuat sisitem baru timbangan Indonesia (versi Depdinas). System baru inipun harus diakui lebih dulu oleh dunia international sebelum diajarkan kepada anak-anak. Perlukah adanya system timbangan Indonesia yang konversinya adalah 1 ons(Depdiknas) = 100 gram dan 1 pound (depdinas) = 500 gram.? Bagaimana “ons dan Pound (Depdiknas)” ini dimasukkan dalam system metric yang sudah baku diseluruh dunia? Lalau Siapa yang mau pakai?
HENTIKAN SEGERA KESALAHAN INI..!
Contoh kasus diatas hanyalah satu dari sekian banyak problema yang merupakan akibat / korban ksalahan pendidikan. Saya yakin masih banyak kasus2 snada yang terjadi, tetapi tidak kita dengar. Karena ini ksalahan pendidikan, masalah ini sbenarnya merupakan problem nasional pendidikan kita yang mau tak mau harus segera diselesaikan.
Departemen Pendidikan tidak perlu malu dan basa-basi diplomatis mengenai masalah ini. Mari kita pikirkan dampaknya bagi masa depan anak2 indonesia.berikan tauladan kepada bangsa ini untuk tidak malu memperbaiki ksalahan yang telah terjadi. Sekalipun hanya pelajaran di sekolah, dalam hal takar-timbang-ukur, Dep. Pendidikan tidak memiliki supremasi sedikitpun terhadap Direktorat metrology sebagai lembaga yang paling berwenang di Indonesia. Mari kita ikuti satu acuan saja, yaitu apa yang telah ditetapkan oleh Direktorat Metrologi dan yang telah digunakan dalam system internasional.
Era globalisasi tidak mungkin kita hindari, dan karena itu anak2 kita harus dipersiapkan dengan benar. Benar dalam arti landasannya, materinya maupun arah pendidikannya. Mengejar ketertinggalan dalam hal kualitas SDM Negara tetangga saja sudah merupakan upaya yang sangat berat. Janganlah malah diperberat dengan pelajaran sampah yang justru bakal menyesatkan. Didiklah anak-anak kita untuk mengenal dan mengikuti aturan standart yang berlaku SAH dan DIAKUI secara international, bukan hanya yang rekayasa local saja. Jangan ada lagi korban pendidikan yang salah-kaprah. Kita bisa lihat fakta yang nyata, berapa banyak TKI kita diluar negeri yang harus mengikuti acuan yang berlaku secara international.
Anak-anak kita memiliki HAK untuk mendapatkan pendidikan yang benar sebagai upaya mempersiapkan diri menyongsong masa depannya yang akan datang penuh dengan tantangan berat.
ACUAN MANA YANG BEBAR ?
Banyak sekali literature khususnya yang digunakan dalam dunia teknik, dan juga ensiklopedi ternama seperti Britanica, Oxford,dll. Yang menyajikan table-tabel konversi yang tidak perlu diragukan lagi. Selain buku-buku literature, table-tabel konversi dapat juga dijumpai dengan mudah di dalam buku harian/diary/agenda yang biasanya disajikan oleh produsen suatu produk sebagai sarana promosi.
Salah satu konversi satuan berat yang umum dipakai SAH secara international adalah system avoirdupois / avdp.
1 ounce/ons/onza = 28,35 gram (bukan 100 g )
1 pound = 453 gram (bukan 500 g)
1 pound = 16 ounce (bukan 5 ons)
Bayangkan saja bagaimana bila seorang apoteker meracik resep obat yang seharusnya hanya diberi 28 gram, namun diberi 100 gram. Apakah kesalahan semacam ini dapat dikatakan sebagai malpraktek? Pelajarnya memang begitu, kalau murid tidak mengerti, dihukum!!!!
Jadi, kalau malpraktik, logikanya adalah tanggung jawab yang mengajarkannya.
(ini hanya gambaran / ilustrasi salah satu akibat yang bisa ditimbulkan, bukan kjadian yang sebenarnya, tetapi dalam bidang lainnya banyak terjadi)
DAN MUNGKIN BISA TERJADI PADA ANDA ATAUPUN SIAPA SAJA!!!
KALAU BUKAN KITA YANG MENYELAMATKAN-LALU SIAPA ?
Melalui tulisan ini saya ingin mengajak smua kialangan, baik pemerintah, akademisi, pebisnis / pedagang, sekolah dan orang tua maupun siapa saja untuk mendukung penghapusan satuan “ons dan pound yang keliru” dari kgiatan kita sehari-hari. Pengajaran sistim timbangan dengan satuan ounce dan pound seharusnya diberikan pengetahuan disertai kejelasan asal-usul sekaligus rumus konversi yang benar. Hal ini untuk membuang kebiasaan salah yang telah melekat dalam kebiasaan kita, yang bisa menyesatkan anak-anak kita generasi penerus bangsa.


Tulisan ini dipersilahkan untuk dipublikasikan kemana saja melalui media elektronik maupun cetak dan diperbolehkan untuk mengubah format sesuai dengan ketentuan masing-masing. Dan bilamana anda sependapat dengan saya untuk segera menghentikan kesalahan ini demi masa depan anak bangsa, silahkan dicopy dan disebarluaskan sendiri.
Bila anda ragu-ragu akan kbenaran tulisan ini silahkan untuk menanyakan langsung ke Direktorat Metrologi / balai metrology setempat di kota anda. Terima kasih saya ucapkan atas kepedulian anda untuk mau berpartisipasi menyelamatkan masa depan anak-anak Indonesia dengan tulus-ikhlas, smoga Tuhan memudahkan langkah kita bersama.

BY NN
www.boim-prass.blogspot.com