Senin, Maret 26, 2012

BELAJAR DARI DIRI SENDIRI

Sebenarnya diri sendiri adalah guru bagi kehidupan kita. Kalau kita mau merenungi lagi siapakah sebenarnya diri kita ini. Banyak sekali pelajaran yang dapat diambil dari kehidupan kita sejak dari kandungan bunda hingga saat ini. Marilah kita bersama-sama belajar dari diri kita sendiri:



1.Kita mahkluk yang sangat lemah. Ketika kita dalam kehidupan di rahim bunda, kita ga akan pernah bisa hidup sendiri. Maka dari itu manusia ini dikatakan mahkluk social karena dari diciptakan hingga keliang kubur manusia perlu pertolongan orang lain. Dalam kehidupan di rahim bunda, apa yang kita terima tergantung dari apa yang bunda kita makan. Seandainya bunda tidak berkenan kita melihat dunia ini maka tiada daya upaya apa pun yang bisa kita lakukan di dalam rahim bunda untuk melarangnya. Coba kita perhatikan mahkluk Tuhan si Kura-Kura. Ketika dia keluar dari cangkang telurnya, dia langsung bisa berjalan sendiri untuk mencapai perairan dimana habitatnya untuk mempertahankan hidup. Walaupun penuh dengan bahaya predator lain yang akan mengancam keselamatan hidupnya si kura-kura kecil ini tak memperdulikannya, dan hanya satu tujuannya bagaimana bisa mencapai perairan terdekat. Dan bandingkan dengan kita sebagai manusia. Ketika kita melihat dunia pertama kali yang bisa kita lakukan hanya menangis sekeras mungkin agar orang sekeliling kita segera menolong datangnya manusia baru dibumi ini. Maka itulah sebenarnya manusia ini adalah mahkluk yang paling lemah dibanding lainnya. Dan bilamana saat ini ada keturunan Adam yang sombong alangkah bodoh dan malangnya ia. Ketika nyawa sudah tak ada saja dia masih butuh bantuan orang lain untuk menguburkan jasad yang sudah tak bernyawa.


  2.Kita adalah mahkluk yang tangguh. Sebenarnya jika kita mau merenungi lebih dalam lagi kita ini adalah mahkluk Tuhan yang tangguh.Coba mari kita ingat lagi ketika kita belajar berjalan. Dengan sangat susah payah kita berdiri untuk menggerakkan satu kaki kedepan, belum juga kaki ini bergerak kita sudah jatuh. Lalu mencoba lagi berdiri dengan merambat pada benda yang ada didekatnya, dan mulai lagi berusaha untuk menggerakkan kaki ke depan. Baru setengah kaki ini bergerak kita jatuh lagi. Tapi apakah sampai disitu perjalanan manusia kecil ini untuk berusaha berjalan.Tidak…Tidak sama sekali.! Walaupun kita terjatuh berulang-ulang kali bahkan hingga beribu-ribu kali kita tak akan menyerah sampai disitu. Seandainya kita menyerah pada waktu itu maka disaat ini banyak manusia yang tidak berjalan akan tetapi ngesot. Manusia akan tetap mencoba hingga berhasil untuk berjalan bahkan, bila bisa berjalan kita belajar lagi untuk bisa berlari. Maka dari itu janganlah terlampau mudah kita untuk berputus asa untuk menjangkau sesuatu yang kita cita-citakan. Segalanya akan terwujud bilamana kita mau berusaha, karena Tuhan akan tetap membalas setetes keringat yang kita keluarkan untuk sesuatu yang hal yang baik. Percayalah..! Kita boleh bangga dengan diri sendiri akan tetapi jangan terlampau besar kepala, karena diatas langit masih ada langit.  


3.Tuhan menciptakan manusia sebagai mahkluk yang sempurna. Manusia diciptakan Tuhan YME sebagai mahkluk yang peling sempurna dibanding dengan mahkluk Tuhan lainnya. Kita dikarunia akal pikiran dan budi pekerti. Lain halnya dengan mahkluk Tuhan yang namanya binatang. Mereka dikasih akal untuk mempertahankan hidup akan tetapi tak diberi budi pekerti. Jadi jika ada manusia yang tidak menggunakan budi pekerti dalam kehidupannya maka tak jauh beda dengan binatang. Menurut aku tak ada manusia yang “kekurangan” dalam segi fisiknya. Jika ada manusia dianugerahi Tuhan kekurangan dalam segi fisik pastilah Tuhan akan memberi beberapa kelebihan kepadanya yang mungkin manusia normal tak memilikinya. Coba mari kita perhatika teman-teman kita penyandang cacat fisik. Pastilah mereka mempunyai ketrampilan khusus atau kelebihan khusus yang orang normal belum tentu bisa menguasainnya. Kenapa bisa begitu, jawabanya adalah karena Tuhan maha adil dan Tuhan tak pernah membeda-bedakan hambanya. Dan sudah selayaknya jika kita bersyukur atas segala karunia pemberian Tuhan untuk kita. Dan janganlah sekali-kali mengingkari atas pemberiaNYA karena sungguh sangat pedih azabNYA.

by boimprasetyo 2012

Sabtu, Maret 10, 2012

SING NANDHUR BAKALE NGUNDUH

“Sing Nandhur Bakale Ngunduh” sebuah pepatah jawa yang sarat artinya. Yang menanam pastinya akan menuai. Disini bukanlah menanam padi ataupun palawija atau sejenis tumbuhan lainnya akan tetapi menanam sebuah perbuatan. Menanam artinya melakukan, dan menuai artinya merasakan. Merasakan apa yang telah kita perbuat selama ini. Siapa yang melakukan perbuatan baik maka suatu saat pasti akan merasakan buah hasil dari perbuatan baik itu. Begitu juga sebaliknya, siapa yang melakukan perbuatan buruk maka cepat atau lambat pasti akan menuai hasilnya pula. Ibarat petani yang menanam padi dalam satu petak sawah tak semuanya akan tumbuh padi. Kelak akan tumbuh rumput, alang-alang bahkan gulma. Begitu juga perbuatan kita di muka bumi ini. Niat hati melakukan perbuatan baik belum tentu semua orang setuju akan perbuatan kita. Belum tentu semua orang akan mendukung, bahkan jangan heran jika ada beberapa orang justru tidak setuju yang berujung jadi sebuah perseteruan. Coba marilah kita belajar bersama dengan petani yang mengelola ladangnya. Ketika seorang petani menanam padi yang akan tumbuh tidak hanya padi bahkan tumbuhan pengganggu lainnya. Tidak hanya sampe disitu, keadaan ini akan dimanfaatkan juga binatang pengganggu seperti burung, belalang, tikus , wereng bahkan binatang melata yang berbisa seperti ular. Begitulah gambaran kehidupan manusia. Ketika kita melakukan perbuatan baik jangan berharap banyak, jika semua mendukung kita. Mungkin ada type orang seperti tumbuhan penggangu yang tidak berkenan perbuatan baik kita berbuah hasil untuk kemaslahatan orang banyak. Ada pula type orang seperti binatang parasit seperti burung dan teman-temannya yang tadi saya utarakan diatas. Type orang seperti itu adalah type manusia yang memancing di air keruh sekaligus parasit yang lebih populernya mengambil kesempatan dalam kesempitan. Yang saya utarakan ini baru orang yang menanam kebaikan belum orang yang menanam keangkaramurkaan. Saya tidak bisa membayangkan akibatnya jika ada orang yang berniat untuk melakukan perbuatan jahat. Perbuatan baik saja belum tentu berbuah kebaikan apalagi keangkaramurkaan, silahkan anda tela’ah sendiri. Sing nandhur bakal ngunduh. Nandhur kebecik’an urung mesthi ngunduhe apek, opo maneh nandhur sing ora becik tangeh lamun bakal ngunduh apek. ( Yang menanam pasti menuai. Menanam kebaikan belum pasti menuai kebaikan, apalagi yang menanam kejelekan tidak akan mungkin menuai kebaikan )