Jumat, Februari 19, 2010


Izinkan ku kembalikan cinta ini kepaNYA.

Telah sekian lama aku tersiksa oleh perasaan ini.
Hatiku dibuatnya terombang – ambing tak menentu,
Bagai bahtera yang sedang di amuk gelombang di tengah samudra.
Ku coba belokkan perasaan ini kearahmu tapi kau membuang muka.
Lalu kucuba mendekatkan hati ini kepadanya akan tetapi sebuah kegetiran yang aku dapatkan.
Kucoba dan terus kucoba kemana perasaan ini akan berlabuh,
Tapi justru kecamuk dihati yang aku rasakan.

Dermaga kasih-sayang itu ternyata sebuah impian semu yang tak kunjung datang.
Bahtera cinta yang kau janjikan hanya sebuah fatamorgana,
bagi kafilah yang tersesat di gurun sahara.
Oase madu kasihmu tak kunjung tercurah untukku.
Aku udah capek dengan semua ini..!
Kini ku coba tambatkan hati ini di sabana gersang.
Mungkin sudilah seseorang untuk mau mereguknya sebagai penghilang dahaga.
Aku sudah capek dengan semua ini …!

Kupasrahkan semua ini kepadaNYA.
Dialah Sang Maha Cinta.
Diapula lah yang membuat racun cinta sekaligus dialah yang punya penawarnya.
Terserah padaMU akan kau tambatkan kemana sepenggal hati ini.
Terserah padaMU akan kau apakan sisa-sisa rasa cinta ku ini.

Aku percaya KAUlah Sang Maha Cinta.
KAUlah yang punya busurnya , KAU jugalah sang pemanahnya.
Kini yang kupunya hanyalah anak panah yang telah rapuh.
Engkaulah pemilik cinta yang adil.
Engkau yang tau ke mana anak panah ini harus ditancapkan.
Entah kehati siapa akupun tak tau.
Aku sudah letih dangan semua ini .

Cupid pun tak akan pernah mampu untuk mengobati sepenggal hatiku,
yang telah hilang entah kemana.
Biarkan aku kembalikan fitrah ini kepadaMU.
Karena aku tau Engkaulah sang maha bijaksana diatas segala-galanya.
Dan aku mohon kepadaMU,
berikan jawaban atas segala mantra-mantra cintaku selama ini.
Dan izinkan ku kembalikan cinta ini kepaNYA.

by boimprasetyo

Minggu, Februari 14, 2010

Secangkir Kopi




Setiap hari setelah bangun tidur dan sebelum memulai kegiatan sehari, aku pasti
menyiapkan secangkir kopi. Secangkir kopi yang kental dan pahit. Ketika
kerongkonganku dibangkitkan oleh pahitnya kopi kental, isi kepalakupun seakan
terlonjat bangun. Tanpa kopi hidupku serasa mati.
Ketika minum kopi aku berpikir; 'Hidupku pun kadang butuh secangkir kopi. 'Ia butuh
pengalaman pahit. Ia harus melewati kegetiran hidup, agar aku bisa
mempertimbangkannya secara lebih matang dan mendalam, agar aku bisa mengambil
langkah baru dan memberi nilai baru. Hanya dengan itu aku bisa menjadi lebih gigih
dan kuat.
Karena itu temanku... janganlah mengeluh saat menghadapi berbagai jenis kepahitan.
Jadikanlah itu tepung kopi unggul, yang dimasak oleh pikiran yang matang untuk
menghasilkan secangkir kopi kental. Pahit tapi ahh.... enaknya...
---------------
Hemmm....sambil menikmati kopiku, kunikmati pula hidup ini.

Skandal Hastinapura





Suhu politik di Negara Hastinapura sedang memanas. Para kurawa saling mencurigai satu sama lain. Jumlah kurawa yang 100 wayang bersaudara bila bertemu saling menatap curiga (podo saling mecicil). Hal ini dikarenakan ketika sang Raja Duryudana sewaktu menggelar rapat kerja di paseban Agung Bale Manguntur sempat berucap bahwa Kas Negara kebobolan sebesar 6,7 Trilyun. Terang aja semua yang hadir di rapat kerja itu saling membelalakkan mata dan saling bertandatanya, gerangan kunyuk siapakah yang berani nyolong duit Negara itu. Durmogati tokoh kurawa yang paling mbeling ini sempat mengumpat dalam hati,”iblis laknat siapa malingnya kok ga mau mbagi-mbagi ga tau apa kalau cicilan mobilku belum lunas.”

Lain halnya durmogati lain pula dengan sikap sang maha patih Haryo Sengkuni yang dari tadi diam aja bahkan pura-pura tidur.
Sebenarnya 100 wayang kurawa ini sudah tau siapakah gerangan otak dari semua ini. Yang jelas adalah orang yang dekat dengan raja yang punya kuasa bisa keluar-masuk istana dari bilik pribadi Duryudana sampai kamar jablay simpanan sang raja. Tidak lain dan tidak bukan Haryo Suman sang maha patih Sengkuni. Akan tetapi anak-anak kurawa ini takut untuk ngomong karena memang mereka beraninya kroyok’an ga berani bicara terang-terangan apalagi sosok Dursasana hanya gede badannya doang tapi otaknya sebesar otak burung dara, bisanya Cuma makan sama madon.

Tapi ada sosok kurawa yang sebenarnya sangat dendam sekali sama sang paman yang sekaligus menjadi wakil raja ini. Kenapa dia begitu dendam kapada Sengkuni..?
Hal ini dikarenakan karena sang paman mikirnya sering ga tepat dan selalu meleset dalam target. Hampir 90% strategi politiknya selalu ga tepat sasaran tapi jika diajak ngomongin masalah penertipan mucikari dan jablay-jablay yang mangkal dijalanan protokol Hastinapura dia sangat tanggap ing sasmito lantip ing panggraito yang ujung-ujungnya sampah masyarakat itu ga dibrantas hanya ditertibkan saja. Kan semuanya sama-sama butuh, mereka butuh duit dan pejabat butuh pelayanan public itulah dalih terkuat yang selalu dikemukakan oleh sang patih Hastina ini. Ialah sosok Durmogati yang punya pikiran sudah saatnya sang paman ini dibuka skandal korupsinya yang menilep uang negara, “pantes aja selama 6 bulan ini gajiku disunatnya banyak banget alasannya bahwa pajak penghasilan naik ini semua merupakan kebijakan fiscal yang dibuat oleh kakang Duryudana”, gerutunya dalam hati.

Rasa benci Durmogati kepada sang paman memuncak karena baru-baru aja sang paman menugaskan dia digaris depan dalam secret operation untuk menumpas anak-anak pendawa. Ceritanya bila operasi ini berhasil Durmogati akan diangkat menjadi salah satu anggota watimja (dewan pertimbangan penasehat raja) dengan fasilitas rumah mewah, mobil mewah seharga 1,3 M, gaji naik dan diberi kelonggaran untuk nikah lagi. Karena mental durmogati adalah mental tempe dan tergiur oleh kemewahan maka terang saja dia menyaguhi tawaran pamannya tanpa memikir-mikir lagi. Ketika itu jabatan Durmogati hanyalah Danramil yang membawahi keamanan satu kecamatan di Hastinapura. Dalam secret operation ini Durmogati diberikan tanggung jawab membawahi 3 SSK (Satuan Setingkat Kompi) untuk menumpas anak-anak pandawa. Bukannya mendapat hasil tapi malah apes. Ternyata 3 SSK yang dipimpin oleh durmogati disikat habis oleh 2 orang anak pandawa dan 1 orang yang masih ada saudara dengan para pandawa. Raden gatotkaca, Raden Antasena dan Raden Sencaki dengan mudah menggilas anak buah Durmogati. Dan sang komandannya sendiri akhirnya harus rela dihajar habis oleh Gatotkaca. Bukan anak Pandawa namanya kalau ga mau bagi-bagi, melihat saudaranya Antasena hanya nganggur ngeliat mereka bertempur maka diberikannya Durmogati yang nyawanya tinggal 50% kepada Antasena. Dikasih mainan orang kurawa tanpa diberi aba-aba lagi langsung saja si Durmogati dihajar oleh Antasena sampai deyek-deyek. Kalau ga inget adanya hajatan besar perang Bharatayuda Binangun yang udah tertulis dalam Kitab Jitabsara mungkin Durmogati sudah dibuat game over oleh Antasena.

Hasil dari secret operation ini akhirnya dilaporkan ke Sengkuni. Bukanya merasa kasihan dengan keadaan durmogati, sengkuni malah menyalahkan keponakannya kenapa ga minta bantuan sama Dursasana yang menjabat sebagai pangkopkamtib. Dasar watak Sengkuni metu glanggang nyolong playu Durmogati malah diajukan ke mahmilub dengan dakwaan menyalahi wewenang dan code etik kemiliteran Negara Hastinapura. Finally-nya sang pahlawan kesiangan ini malah dijatuhi hukuman dicopot dari jabatannya sebagai Danramil dan dikembalikan ke mabes sebagai perwira nganggur dan ditunda kenaikan pangkatnya selama 2 tahun.

Nah.. akibat kejadian ini lah durmogati merasa dendam kepada pamannya dan perlu membalas agar Haryo Suman kena batunya tidak semena-mena mumpung berkuasa. Maka dengan tabungan yang masih tersisa Durmogati menyuap saudar-saudaranya agar mau membentuk pansus menyelidiki uang negara yang raib. Dasar watak para kurawa yang bejat walaupun Durmagati masih saudara mereka tapi mereka menggunakan posisi tawar, artinya Durmogati berani membayar tinggi enggak kalau dia ingin didukung. Durmogati pun ga kurang akal dia berani menyuap dengan harga tinggi jika mereka mendukung dia menjadi ketua pansus. Direwangi hutang ke bank punya pamanya Widura yang notabennya pinjaman lunak tanpa agunan maka durmagati pun melenggang menjadi ketua pansus. Yang jelas uang Durmogati keluar banyak untuk menyuap orang nomer satu di Hastinapura agar mau menyetujui dibentuknya pansus untuk menyelidiki uang Negara yang raib sebesar 6,7 trilyun.

Maka rapat pansus pun digelar tanpa penyelidikan dan penyidikan sang maha patih Haryo Sengkuni dihadapkan dalam rapat pansus yang dipimpin oleh Durmogati. Dalam rapat itu sengkuni dicecar pertanyaan-pertanyaan yang memojokkan seolah dia bagaikan terdakwa yang harus dijebloskan dalam penjara. Tapi bukannya Sengkuni kalau dia tidak cerdik bahkan kancil pun bisa kalah kecerdikannya dengan dia. Dalam menjawabnya bahkan sengkuni sempat membuat rapat pansus deathlock dan beberapa anggota pansus pun ada yang sempat walk out karena merasa dilecehkan oleh pimpinan rapat yang mengumpat dengan kata-kata kasar. Kiranya Sengkuni ga mau salah sendirian maka dia pun membeberkan nama-nama yang terlibat dalam penggelapan uang Negara ini. Beberapa nama seperti guru durna, guru Kripa, Aswatama dan Karna sempat disebutnya bahkan nama Baladewa juga ga ketinggalan ikut diabsen padahal ga ada sangkut pautnya. Maka rapat pansus pun jadi ruwet, bundet dan mumet. Semua ini ga terpikir sebelumnya oleh si Durmogati, sekarang dia baru sadar bahwa yang dihadapai adalah suhunya maling. Hampir 15 hari rapat pansus digelar ga ada titik temu. Orang-orang yang disebut oleh sengkuni telah dipanggil tapi mereka juga ga kalah cerdik menjawabnya, bahkan Baladewa sempat mencak-mencak diruang rapat karena dia sama sekali ga tau apa-apa kok ikut disidik. Baladewa sempat mengancam akan membunuh semua anggota pansus kalau namanya tidak segera dibersihkan dari skandal ini dan dia sempat juga ngambeg ngancam bila dalam perang Bharatayuda nanti memilih membela pandawa kalau Sengkuni tidak meminta maaf padanya dalam tempo 2 kali 24 jam karena telah mencatut namanya.

Makin lama bukanya makin terang tapi makin gelap saja kemana aliran uang sebesar 6,7 trilyun itu dan siapa saja orang-orang yang menikmatinya. Disinilah integritas seorang Durmogati diuji, bila dia tak berhasil menemukan siapa maling uang negara ini maka tak ayal hukumanya tambah berat bisa jadi dia turun jabatan dari perwira dijadiin COB (Chief Office Boy) istana. Kalau hukumanya ga diikutsertakan dalam perang Bharatayuda dia malah bersyukur artinya dia ga bakalan mati, tapi jika dia dijadiin panglima perang Bharatayuda maka dia orang nomer satu yang akan mati duluan apalagi kalau harus berhadapan denga si Bima sama aja pertempuran antara Daud vs Goliath sudah dipastikan dia yang game over duluan.

Agar jabatanya jadi ketua pansus bisa bertahan maka durmogati meminta izin kepada Duryudana untuk melakukan panggilan saksi ahli dari pihak Pandawa yang terkenal ksatria dan jujur. Untuk semua itu Durmogati meminta tambahan dana operasional. Jika si Durmogati bukan adiknya mungkin sudah dipecat oleh Duryudana karena gawenya ga beres, ga memberikan hasil malah mengurangi pendapatan Negara Hastinapura saja.

Akhirnya pemanggilan saksi ahli pun dilakukan. Yudistira yang terkenal jujur dan belum pernah bohong dipanggil sebagai ahli dalam Peace Political Science. Tidak hanya itu saja pakar komunikasi politik Prabu Kresna dari Dwarawati pun diikutsertakan. Ekonom muda Nakula dan Sadewa, kabareskrim amarta Harjuna dan guru besar Ilmu Hukum Tata Negara semar juga ga ketinggalan ikut memberikan sumbangsih untuk mengusut siapa maling dalam Negara Hastinapura. Hanya Bima saja yang ga ikut dipanggil karena oleh Duryudana dan Dursasana tidak diizinkan yang nantinya malah bisa ngobrak-abrik rapat pansus karena sifat emosional bima yang ga bisa dikendalikan apalagi jika melihat actor utamanya adalah Sengkuni. Padahal sosok Bima merupakan Pakar Forensik Telematikanya amarta. Bima punya metode dan alat yang bisa menguji kejujuran Sengkuni dan para skandalnya.

Inilah perseteruan antara cicak dan buaya, tapi sayang di ending ceritanya nanti sang cicak harus kalah dengan buaya tidak seperti dinegara tetangga buaya yang diobrak-abrik sama para cicak. Melihat kerja pansus yang lama dan ga menghasilkan keputusan rupanya Duryudana sudah muak dengan ulah si Durmagati. Tidak hanya waktu yang terbuang tapi Keuangan Negara Hastinapura morat-marit untuk mbiyayai kinerja pansus yang dipimpin Durmogati padahal keuangan yang ada sudah dialokasikan untuk biaya hajatan besar perang Bharatayuda. Akhirnya dengan meminta petunjuk watimja (Dewan Pertimbangan Penasehat Raja) yang diketuai oleh eyang Bisma, Duryudana membuat kebijakan yang tentunya kebijakan tak populer yaitu memberhentikan kinerja pansus sekaligus membubarkan pansus dengan alasan merugikan uang negara dan tak membuahkan hasil sedikit pun. Tentunya kebijakan ini tidak diterima oleh Durmogati. Dia sudah berkorban habis-habisan untuk terbentuknya pansus guna menjegal karir politik sang paman Sengkuni. Hingga dibela-belain ikut program pinjaman tanpa agunan di widura bank untuk menyuap saudar-saudaranya agar mau mendukung dia menjadi ketua pansus. Tapi apa daya kekuasaan duryudana lebih kuat dibanding Durmogati yang hanya perwira pertama di hastina pura. Sebenarnya Duryudana sendiri sudah tau siapa maling uang negara itu, dan sudah bisa membaca peta politik adiknya Durmogati.

Inilah susahnya kalau sebuah Negara para pejabatnya masih sanak-kadangnya sendiri. Jika duryudana ingin menegakkan hukum maka dia harus memenjarakan pamanya Sengkuni yang masih menjabat sebagai patih dan beberapa adiknya sendiri yang ikut makan uang yang ditilep oleh Haryo Suman. Disisi lain dia Duryudana masih membutuhkan pamanya dan saudara-saudaranya untuk memperkuat batalyon kurawa dalam perang Bharatayuda nanti. Sedangkan dalam KUHP Hastinapura wayang yang menjadi narapidana dan masih hidup didalam lembaga pemasyarakatan dibebaskan untuk tidak ikut serta dalam perang besar Bharatayuda. Sehingga Duryudana pun ga mau rugi , dari pada ngumpanin orang yang dipenjara dan bebas ga ikut perang Bharatayuda mendingan ga usah ada yang dipenjara dan mereka bisa ikut perang Bharatayuda sekaligus bisa cari makan sendiri-sendiri. Masalah uang negara sebesar 6,7 trilyun yang hilang dianggap selesai dan sudah dikeluarkan SP3 (Surat perintah Pemberhentian Penyidikan). Dan untuk mengembalikan uang Negara yang hilang serta kas Negara yang berkurang akibat ide gilanya Durmogati maka Duryudana memerintahkan agar pungutan pajak dari negara-negara sekutunya dinaikkan 30%.

Akan tetapi ceritanya tidak hanya sampai disini aja. Ga rame kalau ga ada korbanya. Maka korbanyapun sudah bisa ditebak. Akibat ide gilanya Durmogati yang membentuk pansus untuk menjegal karir politik maha patih Sengkuni Negara Hastinapura dirugikan sebesar 2,5 M. untuk itu Durmogati harus diajukan ke mahmilub Hastinapura. Akan tetapi lagi-lagi Duryudana ga mau rugi, demi menyambut perang besar Bharatayuda Binangun semua saudaranya 100 wayang harus ikut ga boleh satu pun yang absen. Berkat kebijakan Duryudana maka Durmogati dibebaskan bersyarat. Durmogati tetap dianggap salah karena membuat tekor keuangan Negara Hastinapura. Sebagai hukumanya Durmogati dimutasi ke daerah terpencil dan tertinggal. Dia diangkat menjadi lurah di daerah Pengklik-Wonolelo dan diberi target untuk meningkatkan perekonomian daerah tertinggal tersebut sebelum perang Bharatayuda digelar. Jika sebelum perang Bharatayuda digelar daerah Pengklik-Wonolelo belum membaik perekonomian wayangnya maka Durmogati harus bertanggung jawab sebagai lurahnya. Mau tak mau dia harus mau dijadikan wadal agar perang Bharatayuda dapat dimenangkan pihak kurawa.

Tancep kayon



Created by
Ki Dalang Boimprasetyo
(dalang ndugal)