Jumat, Februari 19, 2010


Izinkan ku kembalikan cinta ini kepaNYA.

Telah sekian lama aku tersiksa oleh perasaan ini.
Hatiku dibuatnya terombang – ambing tak menentu,
Bagai bahtera yang sedang di amuk gelombang di tengah samudra.
Ku coba belokkan perasaan ini kearahmu tapi kau membuang muka.
Lalu kucuba mendekatkan hati ini kepadanya akan tetapi sebuah kegetiran yang aku dapatkan.
Kucoba dan terus kucoba kemana perasaan ini akan berlabuh,
Tapi justru kecamuk dihati yang aku rasakan.

Dermaga kasih-sayang itu ternyata sebuah impian semu yang tak kunjung datang.
Bahtera cinta yang kau janjikan hanya sebuah fatamorgana,
bagi kafilah yang tersesat di gurun sahara.
Oase madu kasihmu tak kunjung tercurah untukku.
Aku udah capek dengan semua ini..!
Kini ku coba tambatkan hati ini di sabana gersang.
Mungkin sudilah seseorang untuk mau mereguknya sebagai penghilang dahaga.
Aku sudah capek dengan semua ini …!

Kupasrahkan semua ini kepadaNYA.
Dialah Sang Maha Cinta.
Diapula lah yang membuat racun cinta sekaligus dialah yang punya penawarnya.
Terserah padaMU akan kau tambatkan kemana sepenggal hati ini.
Terserah padaMU akan kau apakan sisa-sisa rasa cinta ku ini.

Aku percaya KAUlah Sang Maha Cinta.
KAUlah yang punya busurnya , KAU jugalah sang pemanahnya.
Kini yang kupunya hanyalah anak panah yang telah rapuh.
Engkaulah pemilik cinta yang adil.
Engkau yang tau ke mana anak panah ini harus ditancapkan.
Entah kehati siapa akupun tak tau.
Aku sudah letih dangan semua ini .

Cupid pun tak akan pernah mampu untuk mengobati sepenggal hatiku,
yang telah hilang entah kemana.
Biarkan aku kembalikan fitrah ini kepadaMU.
Karena aku tau Engkaulah sang maha bijaksana diatas segala-galanya.
Dan aku mohon kepadaMU,
berikan jawaban atas segala mantra-mantra cintaku selama ini.
Dan izinkan ku kembalikan cinta ini kepaNYA.

by boimprasetyo

Minggu, Februari 14, 2010

Secangkir Kopi




Setiap hari setelah bangun tidur dan sebelum memulai kegiatan sehari, aku pasti
menyiapkan secangkir kopi. Secangkir kopi yang kental dan pahit. Ketika
kerongkonganku dibangkitkan oleh pahitnya kopi kental, isi kepalakupun seakan
terlonjat bangun. Tanpa kopi hidupku serasa mati.
Ketika minum kopi aku berpikir; 'Hidupku pun kadang butuh secangkir kopi. 'Ia butuh
pengalaman pahit. Ia harus melewati kegetiran hidup, agar aku bisa
mempertimbangkannya secara lebih matang dan mendalam, agar aku bisa mengambil
langkah baru dan memberi nilai baru. Hanya dengan itu aku bisa menjadi lebih gigih
dan kuat.
Karena itu temanku... janganlah mengeluh saat menghadapi berbagai jenis kepahitan.
Jadikanlah itu tepung kopi unggul, yang dimasak oleh pikiran yang matang untuk
menghasilkan secangkir kopi kental. Pahit tapi ahh.... enaknya...
---------------
Hemmm....sambil menikmati kopiku, kunikmati pula hidup ini.

Skandal Hastinapura





Suhu politik di Negara Hastinapura sedang memanas. Para kurawa saling mencurigai satu sama lain. Jumlah kurawa yang 100 wayang bersaudara bila bertemu saling menatap curiga (podo saling mecicil). Hal ini dikarenakan ketika sang Raja Duryudana sewaktu menggelar rapat kerja di paseban Agung Bale Manguntur sempat berucap bahwa Kas Negara kebobolan sebesar 6,7 Trilyun. Terang aja semua yang hadir di rapat kerja itu saling membelalakkan mata dan saling bertandatanya, gerangan kunyuk siapakah yang berani nyolong duit Negara itu. Durmogati tokoh kurawa yang paling mbeling ini sempat mengumpat dalam hati,”iblis laknat siapa malingnya kok ga mau mbagi-mbagi ga tau apa kalau cicilan mobilku belum lunas.”

Lain halnya durmogati lain pula dengan sikap sang maha patih Haryo Sengkuni yang dari tadi diam aja bahkan pura-pura tidur.
Sebenarnya 100 wayang kurawa ini sudah tau siapakah gerangan otak dari semua ini. Yang jelas adalah orang yang dekat dengan raja yang punya kuasa bisa keluar-masuk istana dari bilik pribadi Duryudana sampai kamar jablay simpanan sang raja. Tidak lain dan tidak bukan Haryo Suman sang maha patih Sengkuni. Akan tetapi anak-anak kurawa ini takut untuk ngomong karena memang mereka beraninya kroyok’an ga berani bicara terang-terangan apalagi sosok Dursasana hanya gede badannya doang tapi otaknya sebesar otak burung dara, bisanya Cuma makan sama madon.

Tapi ada sosok kurawa yang sebenarnya sangat dendam sekali sama sang paman yang sekaligus menjadi wakil raja ini. Kenapa dia begitu dendam kapada Sengkuni..?
Hal ini dikarenakan karena sang paman mikirnya sering ga tepat dan selalu meleset dalam target. Hampir 90% strategi politiknya selalu ga tepat sasaran tapi jika diajak ngomongin masalah penertipan mucikari dan jablay-jablay yang mangkal dijalanan protokol Hastinapura dia sangat tanggap ing sasmito lantip ing panggraito yang ujung-ujungnya sampah masyarakat itu ga dibrantas hanya ditertibkan saja. Kan semuanya sama-sama butuh, mereka butuh duit dan pejabat butuh pelayanan public itulah dalih terkuat yang selalu dikemukakan oleh sang patih Hastina ini. Ialah sosok Durmogati yang punya pikiran sudah saatnya sang paman ini dibuka skandal korupsinya yang menilep uang negara, “pantes aja selama 6 bulan ini gajiku disunatnya banyak banget alasannya bahwa pajak penghasilan naik ini semua merupakan kebijakan fiscal yang dibuat oleh kakang Duryudana”, gerutunya dalam hati.

Rasa benci Durmogati kepada sang paman memuncak karena baru-baru aja sang paman menugaskan dia digaris depan dalam secret operation untuk menumpas anak-anak pendawa. Ceritanya bila operasi ini berhasil Durmogati akan diangkat menjadi salah satu anggota watimja (dewan pertimbangan penasehat raja) dengan fasilitas rumah mewah, mobil mewah seharga 1,3 M, gaji naik dan diberi kelonggaran untuk nikah lagi. Karena mental durmogati adalah mental tempe dan tergiur oleh kemewahan maka terang saja dia menyaguhi tawaran pamannya tanpa memikir-mikir lagi. Ketika itu jabatan Durmogati hanyalah Danramil yang membawahi keamanan satu kecamatan di Hastinapura. Dalam secret operation ini Durmogati diberikan tanggung jawab membawahi 3 SSK (Satuan Setingkat Kompi) untuk menumpas anak-anak pandawa. Bukannya mendapat hasil tapi malah apes. Ternyata 3 SSK yang dipimpin oleh durmogati disikat habis oleh 2 orang anak pandawa dan 1 orang yang masih ada saudara dengan para pandawa. Raden gatotkaca, Raden Antasena dan Raden Sencaki dengan mudah menggilas anak buah Durmogati. Dan sang komandannya sendiri akhirnya harus rela dihajar habis oleh Gatotkaca. Bukan anak Pandawa namanya kalau ga mau bagi-bagi, melihat saudaranya Antasena hanya nganggur ngeliat mereka bertempur maka diberikannya Durmogati yang nyawanya tinggal 50% kepada Antasena. Dikasih mainan orang kurawa tanpa diberi aba-aba lagi langsung saja si Durmogati dihajar oleh Antasena sampai deyek-deyek. Kalau ga inget adanya hajatan besar perang Bharatayuda Binangun yang udah tertulis dalam Kitab Jitabsara mungkin Durmogati sudah dibuat game over oleh Antasena.

Hasil dari secret operation ini akhirnya dilaporkan ke Sengkuni. Bukanya merasa kasihan dengan keadaan durmogati, sengkuni malah menyalahkan keponakannya kenapa ga minta bantuan sama Dursasana yang menjabat sebagai pangkopkamtib. Dasar watak Sengkuni metu glanggang nyolong playu Durmogati malah diajukan ke mahmilub dengan dakwaan menyalahi wewenang dan code etik kemiliteran Negara Hastinapura. Finally-nya sang pahlawan kesiangan ini malah dijatuhi hukuman dicopot dari jabatannya sebagai Danramil dan dikembalikan ke mabes sebagai perwira nganggur dan ditunda kenaikan pangkatnya selama 2 tahun.

Nah.. akibat kejadian ini lah durmogati merasa dendam kepada pamannya dan perlu membalas agar Haryo Suman kena batunya tidak semena-mena mumpung berkuasa. Maka dengan tabungan yang masih tersisa Durmogati menyuap saudar-saudaranya agar mau membentuk pansus menyelidiki uang negara yang raib. Dasar watak para kurawa yang bejat walaupun Durmagati masih saudara mereka tapi mereka menggunakan posisi tawar, artinya Durmogati berani membayar tinggi enggak kalau dia ingin didukung. Durmogati pun ga kurang akal dia berani menyuap dengan harga tinggi jika mereka mendukung dia menjadi ketua pansus. Direwangi hutang ke bank punya pamanya Widura yang notabennya pinjaman lunak tanpa agunan maka durmagati pun melenggang menjadi ketua pansus. Yang jelas uang Durmogati keluar banyak untuk menyuap orang nomer satu di Hastinapura agar mau menyetujui dibentuknya pansus untuk menyelidiki uang Negara yang raib sebesar 6,7 trilyun.

Maka rapat pansus pun digelar tanpa penyelidikan dan penyidikan sang maha patih Haryo Sengkuni dihadapkan dalam rapat pansus yang dipimpin oleh Durmogati. Dalam rapat itu sengkuni dicecar pertanyaan-pertanyaan yang memojokkan seolah dia bagaikan terdakwa yang harus dijebloskan dalam penjara. Tapi bukannya Sengkuni kalau dia tidak cerdik bahkan kancil pun bisa kalah kecerdikannya dengan dia. Dalam menjawabnya bahkan sengkuni sempat membuat rapat pansus deathlock dan beberapa anggota pansus pun ada yang sempat walk out karena merasa dilecehkan oleh pimpinan rapat yang mengumpat dengan kata-kata kasar. Kiranya Sengkuni ga mau salah sendirian maka dia pun membeberkan nama-nama yang terlibat dalam penggelapan uang Negara ini. Beberapa nama seperti guru durna, guru Kripa, Aswatama dan Karna sempat disebutnya bahkan nama Baladewa juga ga ketinggalan ikut diabsen padahal ga ada sangkut pautnya. Maka rapat pansus pun jadi ruwet, bundet dan mumet. Semua ini ga terpikir sebelumnya oleh si Durmogati, sekarang dia baru sadar bahwa yang dihadapai adalah suhunya maling. Hampir 15 hari rapat pansus digelar ga ada titik temu. Orang-orang yang disebut oleh sengkuni telah dipanggil tapi mereka juga ga kalah cerdik menjawabnya, bahkan Baladewa sempat mencak-mencak diruang rapat karena dia sama sekali ga tau apa-apa kok ikut disidik. Baladewa sempat mengancam akan membunuh semua anggota pansus kalau namanya tidak segera dibersihkan dari skandal ini dan dia sempat juga ngambeg ngancam bila dalam perang Bharatayuda nanti memilih membela pandawa kalau Sengkuni tidak meminta maaf padanya dalam tempo 2 kali 24 jam karena telah mencatut namanya.

Makin lama bukanya makin terang tapi makin gelap saja kemana aliran uang sebesar 6,7 trilyun itu dan siapa saja orang-orang yang menikmatinya. Disinilah integritas seorang Durmogati diuji, bila dia tak berhasil menemukan siapa maling uang negara ini maka tak ayal hukumanya tambah berat bisa jadi dia turun jabatan dari perwira dijadiin COB (Chief Office Boy) istana. Kalau hukumanya ga diikutsertakan dalam perang Bharatayuda dia malah bersyukur artinya dia ga bakalan mati, tapi jika dia dijadiin panglima perang Bharatayuda maka dia orang nomer satu yang akan mati duluan apalagi kalau harus berhadapan denga si Bima sama aja pertempuran antara Daud vs Goliath sudah dipastikan dia yang game over duluan.

Agar jabatanya jadi ketua pansus bisa bertahan maka durmogati meminta izin kepada Duryudana untuk melakukan panggilan saksi ahli dari pihak Pandawa yang terkenal ksatria dan jujur. Untuk semua itu Durmogati meminta tambahan dana operasional. Jika si Durmogati bukan adiknya mungkin sudah dipecat oleh Duryudana karena gawenya ga beres, ga memberikan hasil malah mengurangi pendapatan Negara Hastinapura saja.

Akhirnya pemanggilan saksi ahli pun dilakukan. Yudistira yang terkenal jujur dan belum pernah bohong dipanggil sebagai ahli dalam Peace Political Science. Tidak hanya itu saja pakar komunikasi politik Prabu Kresna dari Dwarawati pun diikutsertakan. Ekonom muda Nakula dan Sadewa, kabareskrim amarta Harjuna dan guru besar Ilmu Hukum Tata Negara semar juga ga ketinggalan ikut memberikan sumbangsih untuk mengusut siapa maling dalam Negara Hastinapura. Hanya Bima saja yang ga ikut dipanggil karena oleh Duryudana dan Dursasana tidak diizinkan yang nantinya malah bisa ngobrak-abrik rapat pansus karena sifat emosional bima yang ga bisa dikendalikan apalagi jika melihat actor utamanya adalah Sengkuni. Padahal sosok Bima merupakan Pakar Forensik Telematikanya amarta. Bima punya metode dan alat yang bisa menguji kejujuran Sengkuni dan para skandalnya.

Inilah perseteruan antara cicak dan buaya, tapi sayang di ending ceritanya nanti sang cicak harus kalah dengan buaya tidak seperti dinegara tetangga buaya yang diobrak-abrik sama para cicak. Melihat kerja pansus yang lama dan ga menghasilkan keputusan rupanya Duryudana sudah muak dengan ulah si Durmagati. Tidak hanya waktu yang terbuang tapi Keuangan Negara Hastinapura morat-marit untuk mbiyayai kinerja pansus yang dipimpin Durmogati padahal keuangan yang ada sudah dialokasikan untuk biaya hajatan besar perang Bharatayuda. Akhirnya dengan meminta petunjuk watimja (Dewan Pertimbangan Penasehat Raja) yang diketuai oleh eyang Bisma, Duryudana membuat kebijakan yang tentunya kebijakan tak populer yaitu memberhentikan kinerja pansus sekaligus membubarkan pansus dengan alasan merugikan uang negara dan tak membuahkan hasil sedikit pun. Tentunya kebijakan ini tidak diterima oleh Durmogati. Dia sudah berkorban habis-habisan untuk terbentuknya pansus guna menjegal karir politik sang paman Sengkuni. Hingga dibela-belain ikut program pinjaman tanpa agunan di widura bank untuk menyuap saudar-saudaranya agar mau mendukung dia menjadi ketua pansus. Tapi apa daya kekuasaan duryudana lebih kuat dibanding Durmogati yang hanya perwira pertama di hastina pura. Sebenarnya Duryudana sendiri sudah tau siapa maling uang negara itu, dan sudah bisa membaca peta politik adiknya Durmogati.

Inilah susahnya kalau sebuah Negara para pejabatnya masih sanak-kadangnya sendiri. Jika duryudana ingin menegakkan hukum maka dia harus memenjarakan pamanya Sengkuni yang masih menjabat sebagai patih dan beberapa adiknya sendiri yang ikut makan uang yang ditilep oleh Haryo Suman. Disisi lain dia Duryudana masih membutuhkan pamanya dan saudara-saudaranya untuk memperkuat batalyon kurawa dalam perang Bharatayuda nanti. Sedangkan dalam KUHP Hastinapura wayang yang menjadi narapidana dan masih hidup didalam lembaga pemasyarakatan dibebaskan untuk tidak ikut serta dalam perang besar Bharatayuda. Sehingga Duryudana pun ga mau rugi , dari pada ngumpanin orang yang dipenjara dan bebas ga ikut perang Bharatayuda mendingan ga usah ada yang dipenjara dan mereka bisa ikut perang Bharatayuda sekaligus bisa cari makan sendiri-sendiri. Masalah uang negara sebesar 6,7 trilyun yang hilang dianggap selesai dan sudah dikeluarkan SP3 (Surat perintah Pemberhentian Penyidikan). Dan untuk mengembalikan uang Negara yang hilang serta kas Negara yang berkurang akibat ide gilanya Durmogati maka Duryudana memerintahkan agar pungutan pajak dari negara-negara sekutunya dinaikkan 30%.

Akan tetapi ceritanya tidak hanya sampai disini aja. Ga rame kalau ga ada korbanya. Maka korbanyapun sudah bisa ditebak. Akibat ide gilanya Durmogati yang membentuk pansus untuk menjegal karir politik maha patih Sengkuni Negara Hastinapura dirugikan sebesar 2,5 M. untuk itu Durmogati harus diajukan ke mahmilub Hastinapura. Akan tetapi lagi-lagi Duryudana ga mau rugi, demi menyambut perang besar Bharatayuda Binangun semua saudaranya 100 wayang harus ikut ga boleh satu pun yang absen. Berkat kebijakan Duryudana maka Durmogati dibebaskan bersyarat. Durmogati tetap dianggap salah karena membuat tekor keuangan Negara Hastinapura. Sebagai hukumanya Durmogati dimutasi ke daerah terpencil dan tertinggal. Dia diangkat menjadi lurah di daerah Pengklik-Wonolelo dan diberi target untuk meningkatkan perekonomian daerah tertinggal tersebut sebelum perang Bharatayuda digelar. Jika sebelum perang Bharatayuda digelar daerah Pengklik-Wonolelo belum membaik perekonomian wayangnya maka Durmogati harus bertanggung jawab sebagai lurahnya. Mau tak mau dia harus mau dijadikan wadal agar perang Bharatayuda dapat dimenangkan pihak kurawa.

Tancep kayon



Created by
Ki Dalang Boimprasetyo
(dalang ndugal)

Selasa, Januari 26, 2010

G E L A R P A H L A W A N ( Beliau yang terlupakan )


G E L A R P A H L A W A N
( Beliau yang terlupakan )

Ketika seorang Gus Dur wafat, ada kasak-kusuk sebuah wacana untuk menjadikan beliau sebagai Pahlawan Nasional. Setelah beberapa hari dikebumikan wacana itu kian booming dikalangan warga Nahdiyin, ABG (Anak Buah Gusdur) atau bisa juga kita sebut sebagai pengikut Gus Dur, maupun kalangan elite politik yang ada di parlement yaitu Fraksi PKB. Mereka berkoar-koar bahwa Gus Dur layak untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional karena jasa-jasa beliau cukup besar untuk tumbuhnya demokrasi di negeri ini. Tidak hanya itu, bagi kaum minoritas pun juga tidak mau kalah membela sang guru bangsa ini. Mereka beranggapan Gus Dur lah sosok yang berani membela nasib mereka dari keterpasungan yang dilakukan oleh penguasa Orde Baru. Gus Dur lah tempat mereka mengadukan nasib dari segala perbuatan deskriminasi yang dilakukan pemerintah. Tidak hanya itu saja, bahkan orang nomer satu di negeri ini pun tak mau ketinggalan. SBY memberikan gelar kepada Gus Dur sebagai Bapak Pluralis. Tapi yang dilakukan SBY ini masih kalah dengan aksi beberapa warga Jawa Timur. Bahkan mereka dari daerah Pasuruhan sampai mbela-mbelain longmarch sejauh kurang lebih 150 KM dari Pasuruhan ke Jombang. Demi mengantarkan dukungannya agar Gus Dur bisa dijadikan Pahlawan Nasional. Segala macam cara pun ditempuh oleh kaum Nahdiyin ini. Dari pengumpulan tandatangan, longmarch hingga sowan ke kyai sepuhnya NU untuk mengumpulkan dukungan agar Alm. Gus Dur bisa dijadikan Pahlawan Nasional seperti ayah dan kakeknya. Melalui jalur hukum pun telah dilakukan. Sekjen PKB secara resmi telah mengajukan Gus Dur ke DEPSOS agar dapat diberi gelar Pahlawan Nasional.
Langkah ini sebenarnya sudah didahului oleh sekelompok Ormas dan sebuah Partai besar yang ada di Indonesia. Partai berlambang Beringin ini telah mengajukan juga sang maestronya untuk mendapat gelar Pahlawan Nasional. Tidak lain dan tidak bukan adalah sang penguasa Orde Baru siapa lagi jika bukan eyang sepuh H. Muhammad Soeharto. Bahkan Gubernur jawa Tengah sendiri bapak Bibit Waluyo telah mengajukan agar sang eyang ini diberi gelar pahlawan nasional sudah sejak setahun yang lalu ke DEPSOS. Akan tetapi DEPSOS sendiri belum mengesahkan hingga saat ini untuk eyang Soeharto mendapatkan gelar pahlawan Nasional. Issue ini mendadak naik ke permukaan ketika para warga Nahdiyin dan Fraksi PKB yang ada di parlement berencana untuk mengajukan Gus Dur untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Partai Golkar pun layaknya nenek-nenek ikut-ikutan latah. Para anggota dewan yang duduk di parlemen juga dengan kekeh dan didasari semangat 45 memperjuangkan Soeharto yang juga dianggap layak untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Nah, sampai disini terjadilah pro dan kontra. Ada beberapa aktivis yang mengatakan bahwa Soeharto tak layak untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional. Kenapa? Walaupun pak Harto selama 32 tahun memimpin negeri ini dengan mengisi pembangunan infrastruktur yang hebat akan tetapi , konon katanya dosa Soeharto lebih banyak. Pak Harto bolehlah mendapat gelar Bapak Pembangunan, akan tetapi untuk mendapat gelar pahlawan nasional bagaikan api jauh dari panggangan. Mengutip apa yang dikatakan mantan aktivis yang pernah dipenjarakan pada pemerintahan Soeharto, yaitu Fajroel Racman bahwa pak Harto sama sekali tak pantas menjadi pahlawan nasional. Dia beralibi bahwa pak Harto lah pemimpin yang memasung demorasi, memasung kebebasan berpendapat dan berekspresi, bahkan kaum Tionghoa selama beliau memimpin dipasung kebebasan untuk berpolitik dan hanya diberi kebebasan berniaga. Pada masa Orde baru banyak sekali para aktivis-aktivis yang diculik, yang hingga kini tak tau nasibnya apakah sudah mati atau masih hidup. Bahkan Fajroel Rachman mengatakan Soeharto tak ubahnya seperti diktator Negara Chile Agusto Pinoche ataupun Pol pot dalang pembantaian rakyat Kamboja. Akan tetapi argumentasi ketua KOMPAK dan Sosiolog UI ini dibantah mentah-mentah oleh anggota dewan (maaf saya lupa namanya) dari partai Golkar. Yang jelas para kader partai Golkar akan membela mati-matian sang maestronya. Jelas saja karena ketika pak Harto memimpin negeri ini partai Golkar tumbuh subur bagaikan pohon Beringin yang menjadi lambangnya.
Akan tetapi yang akan saya paparkan sebenarnya bukanlah Gus Dur ataupun eyang Soeharto. Saya akan mengajak anda untuk flashback bahwa sebenarnya ada sosok tokoh nasional yang jasanya lebih dari pada Gus Dur dan Soeharto akan tetapi kita melupakannya dan hingga kini beliau ini belum menjadi pahlawan nasional. Yah.., beliau adalah GRM. Dorojatun atau orang yogya lebih mengenalnya denga Ngarso Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Akan tetapi sebelum membahas lebih lanjut sepak terjang beliau dalam masa perjuangan akan lebih baiknya jika kita tau dulu apa definisi pahlawan nasional itu. Menurut
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG
GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN Pasal 1 ayat 4 Definisi pahlawan nasional.adalah ;
Pahlawan Nasional adalah gelar yang diberikan kepada
warga negara Indonesia atau seseorang yang berjuang
melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gugur
atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara,
atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan
kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang
luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan
negara Republik Indonesia
Bila kita mau melihat disemua buku perjuangan bangsa ini, saya yakin pasti ada yang menceritakan tentang sumbangsing Sri Sultan HB IX. Sumbangsih atau darma bakti beliau tidaklah sedikit bahkan saya katakan sangat besar. Beliau adalah seorang priyayi jawa sekaligus seorang raja jawa yang satu-satunya mengenyam pendidikan Eropa. Yang namanya raja pastilah kaya. Dan perlu anda tau bahwa dalam masa perjuangan kekayaan keraton Kasultanan Yogyakarta banyak sekali dihibahkan untuk perjuangan bangsa Indonesia khususnya di daerah Yogyakarta. Bila anda ingin tau sepak terjang Sri Sultan HB IX ini bacalah buku Tahta Untuk Rakyat. Di buku ini akan dikupas habis tentang perjalan beliau dari lahir, masa remaja ketika sekolah di Leiden Universitiet Holland , masa perjuangan dan ketika baliau menjadi Wapres . juga tentang tanggapan kiprah beliau untuk negeri ini dari teman-temannya semasa perjuangan seperti Muhammad Roem, Prof. Moestopo, Sjafruddin Prawiranegara, Moh. Natsir, S.K. Trimurti, A.H. Nasution, dan masih banyak lagi.
Didalam tulisan ini bukannya saya sebagai seorang yang berasal dari yogya ingin membela mendiang rajanya sama sekali tidak. Akan tetapi saya ingin mengungkapkan sebuah fakta bahwa beliau Alm. Ngarso Dalem Sri Sultan HB IX yang jasanya melebihi seorang Gus Dur dan pak Harto kenapa hingga saat ini belum mendapat gelar pahlawan nasional. Jangankan gelar pahlawan nasional, namanya pun tak diabadikan untuk nama jalan bahkan di kota yogya sendiri. Nah, marilah kitu urut bersama-sama kenapa hal ini bisa terjadi.
Didalam undang-undangnya tertulis bahwa gelar pahlawan dapat diberikan kepada seseorang dengan catatan harus memenuhi beberapa persyaratan. Salah satunya adalah, bahwa gelar pahlawan Nasional diajukan oleh Kepala Daerah dalam hal ini Gubernur dimana orang yang diajukan untuk mendapatkan gelar tersebut sudah meninggal dan dikebumikan ditempat itu.
Orang yang diajukan untuk mendapat gelar pahlawan nasional adalah orang yang benar-benar memberikan sumbangsih besar untuk bangsa Indonesia baik dalam masa perjuangan maupun dalam mengisi kemerdekaan. Lalu kenapa hingga sekarang ini Sri Sultan HB IX tak mendapat gelar Pahlawan Nasional? Seperti yang telah saya kemukakan diatas tadi bahwa gelar pahlawan nasional itu harus diajukan oleh kepala daerah c/q Gubernur dimana dia dimakamkan. Nah…, masalahnya taukah anda bahwa Yogyakarta adalah Daerah Istimewa. Artinya bahwa kepala daerah adalah raja atau sultan c/q ialah Sri Sultan HB X. mengapa hal ini berlaku? Marilah kita tengok kebelakang di masa perjuangan kemerdekaan. Ketika Ir.Soekarno memproklamirkan kemerdekaan RI melalui pembacaan teks Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945, maka pada tanggal 5 September 1945 raja kasultanan Yogyakarta mengeluarkan maklumat yang terkenal dengan “AMANAT SERIPADUKA INGKANG SINUWUN KANGDJENG SULTAN YOGYAKARTA.” I
si maklumat itu garis besarnya adalah ;
1. Bahwa Negeri Ngajogjokarto Hadiningrat yang bersifat kerajaan adalah daerah istimewa dari Negara Republik Indonesia.
2. Bahwa segala kekuasaan penuh segala urusan pemerintahan dipegang penuh oleh kepala daerah yaitu raja / sultan.
3. Bahwa hubungan Negeri Yogyakarta Hadiningrat dengan pemerintah pusat Negara Republik Indonesia bersifat langsung dan kami (dalam hal ini sultan) bertanggung jawab atas yogyakarta langsung kepada presiden Republik Indonesia.
Sebenarnya jika Sinuhun Ngarso Dalem HB IX ingin memisahkan diri dari NKRI pada waktu itu bisa-bisa saja. Karena Belanda pun memandang Yoyakarta adalah sebuah kerajaan yang terpisah dan bukan bagian dari RI. Akan tetapi seorang GRM. Dorojatun bukanlah sosok yang egoistis dan ingin bekerja sama dengan Belanda. Beliau adalah seorang yang memiliki jiwa satria yang nasionalis dan cinta tanah airnya. Hal ini terbukti dengan dikeluarkanya maklumat diatas. Setelah dikeluarkanya maklumat diatas maka pada tanggal 19 Agustus 1945, sebenarnya piagam ini telah lama dipersiapkan sehari setelah HB IX memberikan ucapan selamat atas kemerdekaan RI kepada Presiden Soekarno akan tetapi baru diserahkan oleh menteri Negara Mr. Sartono dan Mr. A.A. Maramis kepada HB IX tanggal 6 September 1945. Isi piagam itu adalah;

Kami Presiden Republik Indonesia, menetapkan :
Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Ngalaga Abdurrakhman Sayidin Panatagama Kalifatullah ingkang kaping IX ing Ngayogyakarta Hadiningrat, pada kedudukannya, dengan kepercayaan bahwa Sri Paduka Kanjeng Sultan akan mencurahkan segala pikiran, tenaga, jiwa dan raga untuk keselamatan daerah Yogyakarta sebagai bagian Republik Indonesia.



Jakarta, 19 Agustus 1945
Presiden Republik Indonesia
Ttd
Soekarno

Maka jelaslah kenapa Yogyakarta adalah daerah istimewa yang kepala daerahnya adalah raja atau sultan dan hal ini akan terus-menerus berlangsung. Sistem inipun sangat didukung oleh segenap warga Yogyakarta hingga saat ini. Maka dari itu walaupun akan digagas undang-undang tentang Daerah Istimewa Yogyakarta tetap saja Yogyakarta tak akan pernah lepas dari status daerah istimewa karena hal ini rakyat yang menginginkan bukan semata-mata kehendak raja.
Baiklah kita kembali lagi tentang pengajuan gelar pahlawan nasional. Dikarenakan sultan yang saat ini adalah putra dari HB IX karena Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat bersisitem monarki maka yang berhak mengajukan adalah Gubernur DIY yaitu Sri Sultan HB X sendiri. Akan tetapi pihak dari keluarga Keraton sendiri tidak akan pernah mau mengajukan gelar pahlawan nasional untuk HB IX. Hal ini sempat terucap dikala Sri Sultan HB X diundang dalam acara Kick Andy. Ketika itu ditanya kenapa HB IX tidak mendapat gelar Pahlawan. Maka dijawab saja dengan tenang dan mantap oleh sultan, “jadi begini pak andy, dalam undang-undangnya gelar pahlawan itu harus diajukan oleh pihak kepala daerah dimana beliau dikebumikan dan pihak keluarga. Dalam hal ini saya sebagai Gubernur DIY sekaligus pihak keluarga. Tetapi kami, pihak keluarga tak akan pernah mau mengajukan beliau (HB IX) untuk mendapat gelar pahlawan nasional. Biarlah rakyat sendiri yang mencari tau sumbangsih beliau untuk negeri ini, dan biar rakyat sendiri juga yang mengajukan beliau untuk mendapat gelar pahlawan nasional. Karena kami orang jawa berprinsip, “sepi ing pamrih rame ing gawe.” Wow..pasti anda akan terperangah mendengar jawaban dari Sultan Yogya ini. Betapa pihak keraton sendiri tak mau menonjol-nonjolkan jasa-jasa dari HB IX. Mereka justru menutup rapat-rapat hal itu karena sebuah jasa tak layak untuk dipamerkan apalagi diobral murah karena sudah selayaknya bagi orang Indonesia baik itu raja ataupun rakyat jelata untuk ikut bela negara memberikan darma bakti yang terbaik untuk ibu pertiwi begitu juga seorang GRM. Dorojatun. Bahkan ketika beliau Sri Sultan HB IX masih hidup ada sebuah penyelewengan fakta sejarah bahwa penggagas Serangan Umum 1 Maret adalah Letkol Soeharto. Tapi bagaimana sikap beliau? Diam saja..! karena beliau berprinsip menutup serapat mungkin semua sumbangsih dan darma bakti yang telah diberikan untuk Bangsa dan Negara ini. Biarlah Allah SWT yang tau dan sekali lagi biarlah rakyat sendiri yang mencari tau fakta yang benar. Dan ternyata semua itu terbukti. Bahwa penggagas SO 1 maret adalah Sri Sultan HB IX dan Letkol Soeharto hanyalah sebagai pelaksananya saja. Memang diam adalah emas itu sebagai prinsip beliau akan tetapi ketika ditahun-tahun terakhirnya beliau pernah berkata, “bahwa tak selamanya diam itu emas.”
“Ternyata diam saya itu sebuah kesalahan dan dimanfaatkan untuk kepentingan golongan tertentu.”
Bahkan pesan beliau kepada penerus tahtanya BRM. Arjuna Darpita yaitu Sri Sultan HB X agar harus lebih berani dari pada beliau (sultan HB IX) dalam mengambil sikap. (kick andy)
Marilah kita mengambil pelajaran dari kisah hidup seorang priyayi agung dari yogya ini. Tidak pantaslah jika saat ini kita ribut-ribut apalagi sampai gontok-gontokkan dikalangan elite politik hanya memperjuangkan seseorang untuk mendapatkan gelar pahlawan. Biarlah rakyat banyak yang memberi gelar pahlawan itu. Bukankah sudah sebuah kewajiban memberikan darma bakti yang terbaik untuk ibu pertiwi, dan tak patut jika jasa-jasa yang telah kita perbuat untuk diobral demi sebuah gelar pahlawan nasional.

S e l e s a i

Created by
Boim Prasetyo