Senin, April 19, 2010

Supermarket alam




Pasca kepulangan saya dari batavia ibukota negara ini yang konon katanya lebih kejam dari ibu tiri, ternyata keadaan @ my village ga jauh berubah juga. Mungkin hanya dalam sektor bangunan fisiknya aja yang tampak berbeda. Jika dulu jalan dusun kecil dan becek bahkan ga ada ojek sekarang terlihat lebar dan telah di aspal meskipun tetap aja gaada ojek. Apalagi dalam hal fisik pemukiman. Pasca gempa 2006 justru terlihat pemukiman masyarakat tambah baik dengan bermunculnya rumah-rumah bergaya minimalis yang tahan gempa dan musnahnya rumah jaman dulu yang berbentuk limasan atau joglo dengan dapurnya yang bisa untuk bermain gobaksodor. Akan tetapi dalam hal perekonomian peningkatannya tidak terlalu exstrem. Jika dari titik nol di tarik garis lurus ke atas dari sumbu X menuju sumbu Y tidak terjadi kenaikan yang signifikan dengan hasil sebuah kurfa yang berbentuk gunung kecil, sangat kecil.
Fakta yang ada seperti pak anu yang 10 tahun yang lalu bekerja jadi buruh tani sekarang tetap jadi buruh tani dengan tak punya sepetak sawahpun walaupun hanya selebar tikar pandan. Seperti kang Paimo yang dulu hanya jadi kuli bangunan tetap jadi kuli bangunan hanya naik pangkat yang tadinya tukang aduk semen sekarang sudah jadi tukang batu. Simbok-simbok tua yang tiap pagi mengangkat kayu bakar untuk di jual ke pasar dengan jarak hampir 5 KM itupun harus naik gunung turun gunung menelusuru punggung lembah hingga sekarang tetap ditekuninya. Kakek tua yang dulu setiap sore aku liat mengangkat arang kayu sebagor penuh saat ini pun masih tetap mengerjakan hal yang sama. Lalu ada apa dengan dusun ku ini kenapa perubahan ekonomi sangat lambat.
Akan tetapi dibalik semua itu ternyata ada pelajaran yang sangat berharga yang aku rasakan. Seperti si parjo teman kecilku dulu. Dia tidak tamat SMP bukan karena ekonomi keluarga yang tak mampu tapi karena pas-pasan. Hanya pas untuk makan sehari saja.
Kini dia telah berkeluarga dangan anak satu. Jangan kau tanya pekerjaannya apa kawan. Serabutan…!
Ya, itulah pekerjaannya.
Tetapi menurutku si parjo adalah orang yang multi talent.
Kenapa tidak…demi mencukupi kebutuhan keluargannya dia bisa melakukan pekerjaan apa saja yang penting halal dari tukang batu sampai mbabat padi. Bahkan ketika kami bercakap-cakap, saat ini Parjo jika tidak ada orang yang memerlukan tenaganya dia mencari belalang untuk di jual. Bayangkan belalang sebotol penuh air mineral yang berukuran 500 ml hanya dijual 15 ribu rupiah itupun sudah dibeteti.
Udah mbayanginya… ok next…!
Ketika aku tanya kalau musim belalang sudah selesai lalu kau akan kerja apalagi jo..?
Maka dengan enteng dia menjawab, “Gusti Alloh selalu membuat musim yang berbeda dalam setiap tahunnya pras. kalau musim belalang habis sebentar lagi musim panen pastinya tenagaku dibutuhkan untuk membabat padi atau menanam padi. Kadang upahnya dikasih uang atau diberi gabah.”
“Pokoknya aku ga khawatir, alam ini memberikan rejeki padaku. Aku bisa cari telur nyangkrang (kroto) di bukit belakang rumah atau di kebonnya orang dan bisa dijual. Terus aku juga bisa cari buruan binatang seperti ayam hutan, landak bahkan bulan kemaren ada orang yang pesen sama aku kepengin makan daging landak dan itu merupakan rejeki dari Alloh SWT dan alam ini menyediakannya.
Bagiku alam ini adalah supermarket.
Alam menyediakan semua apa yang kita butuhkan asal mau mencari dan mengolah dan jangan sekali-keli merusaknya..!”
Deeggg…..! ternyata apa yang dikatakan parjo 1000% benar. Sungguh aku tak mengira parjo yang hanya tamat SD saja punya pemikiran seperti itu. Bahkan banyak temanku yang sarjana bahkan sudah master hanya mementingkan perutnya saja tanpa mempedulikan oranglain apalagi alam sekitar. Kalau perlu dilakukan exploitasi besar-besaran demi keuntungan perusahaan tanpa memikirkan anak cucu.

Beda parjo beda lagi dengan mbah Karyo. Dia yang ketika aku sekolah dulu menjual arang kayu saat ini pun masih menjual arang kayu. Ketika aku tanya kenapa mbah karyo dari dulu buat arang kayu dan menjualnya ga mau mencoba usaha lain? Maka dia pun menjawab sambil menghembuskan asap cigarete cap sex.
“Aku iki wong ga iso moco tulis isoku yo cuma buat arang terus tak dol.” (aku ini orang yang tidak bisa baca-tulis. Bisa ku hanya buat arang terus aku jual)
“yang penting ora ngrugekke’ tanggane. Kayu yang aku buat arang kayu seko kebonku dewe ga nyolong seko kebone tonggone.” (yang penting tidak merugikan tetangga. Kayu yang aku buat arang kayu dari kebunku sendiri bukan dari mencuri dari kebon tetangga.)
Terus kalau kayu kebon simbah karyo habis lalu anak-cucu disisain apa mbah..?
”Ndhisik jaman aku cilik bapakku sing nandur wit-witan sing ono kebon. Bareng aku udah gede sing nggunakke aku. Lha saiki aku juga nandur dienggo anak-putuku mbesok supoyone kayu ning kebonku ora entek.” (dulu waktu aku kecil bapakku yang menanam kayu-kayu yang ada di kebon. Sekarang aku udah gede yang menggunakan aku sendiri. Terus sekarang aku juga menanam untuk anak-cucuku besok agar kayu yang di kebon tidak habis.
Seorang mbah karyo yang sudah tua renta saja punya prinsip yang penting ora ngrugekke tanggane. (yang penting tidak merugikan tetangga.) sebuah kata-kata yang mudah diucapkan akan tetapi sangat sulit untuk diterapkan dalam hidup bermasyarakat. Kadang kita merasa terganggu jika tetangga sedikit-sedikit sering minta pertolongan tetapi kita juga sering ga nyadar diri klo udah kelewatan ngerepotin tetangga juga.
Apa yang dilakukan mbah Karyo ini pun diaminin oleh bokap saya. Ketika bokap membuat rumah kayu yang digunakan adalah hasil dari tanaman engkong ane yang udah wassalam. Dan kini bokap tinggal membayar hutang dengan menanam kembali pohon-pohon yang kelak dihadiahkan untuk saya dan saya pun juga harus melakukan apa yang dilakukan mbah karyo dan bokap demi anak-cucu. Sekali lagi alam telah memberikan banyak untuk kita. Dia (alam) supermarket yang menyediakan berbagai macam kebutuhan tanpa bandrol harga. Hanya dengan merawat dan tidak merusaknya maka dia (alam) pun juga tak akan murka.
Kalau Parjo dengan cara food gethering-nya mbah Karyo dengan membayar hutang anak cucu beda lagi dengan mas Slamet. Dia lebih memilih mengambil apa yang diberikan alam melalui aliran sungai. Kerjaannya mencari ikan dengan cara menjaring, memancing bahkan menggunakan strum. Ketika kami becakap-cakap di angkringan lor ndeso saya sempat menanyakan, “lho kalau cari ikannya dengan di strum kan ga boleh mas.? Lagi pula ikan yang kecil-kecil ikut mati terus nanti habis dong ikan yang ada di sungai gawe.” (sungai gawe nama sebuah sungai)
“Mas Pras, klo ikannya habis sudah dari dulu saya berhenti mencari ikan. Ikan akan ada terus entah datangnya dari mana pokoke’ percaya bae karo Gusti Alloh.”
“Kalau pemerintah melarang cari ikan dengan strum kenapa cuma yang masalah sepele yang di pikirkan pemerintah. Mbokyao koruptor kae yang di hukum strum biar mati ga hanya dipenjara cuma sebentar. Klo dipenjara Cuma sebentar tapi isih sugih aku juga mau mas Pras..!”
Huufffff… DILEMAAA…!
Ternyata jawaban mas Slamet ga terduga. Sekejap aku terdiam ga bisa menjawabnya. Memang benar alangkah naifnya negeri ini kalau hanya ngurusin orang yang nyetrum ikan di kali dilarang, sedangkan koruptor uang pajak pada berkeliaran bahkan sempat bertamu ke istana dengan red carpet lagi.
Tapi nyetrum ikan kan merusak lingkungan juga dan itu ada undang-undangnya lho…!
Sekali lagi alam memberikan kebutuhan yang kita perlukan. Ketika usaha penggemukan lele saya beranjak besar maka kendala pakan lele sangat terasa. satu sak pelet lele tidak cukup 1 minggu. Lagi-lagi alam ini memberikan kemurahannya. Saat ini banyak sawah yang sedang di tanami padi dengan air melimpah dan tak luput dari hama yang bernama keong. Alam telah memberikan isyaratnya. Keong adalah solusinya. Maka sayapun setiap 2 hari sekali mencari sebanyak mungkin hama ini untuk saya berikan ke ikan lele saya sebagai makan tambahan sekaligus makan pengganti pelet yang mahalnya ga ketulungan. Cara saya ini pun di ikuti oleh teman saya si Tole yang juga sama-sama usaha dalam penggemukan ikan lele. Klo saya berfokus pada hama padi kalau si Tole mencari kepik di bibir sungai Opak. Kepik ini juga tujuannya sama untuk makanan tambahan dan pengganti pelet.
Sungguh jika kita pikirkan lagi alam ini terlalu baik untuk kelangsungan hidup ini. Justru kita sendiri yang kurang ajar dengan alam ini. Ibarat pepatah air susu dibalas air tuba itulah kita manusia. Maunya mengambil kalau perlu merampas dan mengexsploitasi sebanyak mungkin demi kepentingan sendiri. Ekosistim flora dan fauna dirusaknya. Berapa hektar hutan di kalimantan dan sumatera yang ditebang hingga orang utan kehilangan rumahnya. Tidak hanya itu saja, setelah mereka (orang utan) kehilangan rimbanya mereka pun di bunuh, dijual bahkan diterlantarkan hingga kelak menjadi binatang langka. Apakah kita tega hanya bisa mendongengkan anak-cucu kita dengan cerita orang utan, elang jawa, harimau jawa, badak sumatra, tanpa mengajaknya untuk melihat.
Ya… itu semua mungkin karena saat ini pun mereka hanya tinggal legenda saja dan sangat sulit ditemui.
Alam hanya menginginkan untuk dirawat, dihijaukan kembali, dikelola dengan benar setelah itu kita boleh mengambil secukupnya untuk kepentingan kita. Alam ini adalah supermarket kehidupan manusia yang didalamnya tak ada satu pun bandrol harganya. Hanya kita manusia harus mau merawat dan mengelolanya. Ingat alam dan seisinya ini bukan milik kita kita hanya dipinjami. Alam ini milik generasi penerus kita dan saat ini kita berhutang dan orang berhutang hukumnya wajib membayar.
S A V E O U R E A R T H


Cerita ini benar adanya bukan fiktif belaka. Hanya nama narasumbernya saja yang saya ganti demi privacy mereka.

By boim prasetyo

Jumat, Februari 19, 2010


Izinkan ku kembalikan cinta ini kepaNYA.

Telah sekian lama aku tersiksa oleh perasaan ini.
Hatiku dibuatnya terombang – ambing tak menentu,
Bagai bahtera yang sedang di amuk gelombang di tengah samudra.
Ku coba belokkan perasaan ini kearahmu tapi kau membuang muka.
Lalu kucuba mendekatkan hati ini kepadanya akan tetapi sebuah kegetiran yang aku dapatkan.
Kucoba dan terus kucoba kemana perasaan ini akan berlabuh,
Tapi justru kecamuk dihati yang aku rasakan.

Dermaga kasih-sayang itu ternyata sebuah impian semu yang tak kunjung datang.
Bahtera cinta yang kau janjikan hanya sebuah fatamorgana,
bagi kafilah yang tersesat di gurun sahara.
Oase madu kasihmu tak kunjung tercurah untukku.
Aku udah capek dengan semua ini..!
Kini ku coba tambatkan hati ini di sabana gersang.
Mungkin sudilah seseorang untuk mau mereguknya sebagai penghilang dahaga.
Aku sudah capek dengan semua ini …!

Kupasrahkan semua ini kepadaNYA.
Dialah Sang Maha Cinta.
Diapula lah yang membuat racun cinta sekaligus dialah yang punya penawarnya.
Terserah padaMU akan kau tambatkan kemana sepenggal hati ini.
Terserah padaMU akan kau apakan sisa-sisa rasa cinta ku ini.

Aku percaya KAUlah Sang Maha Cinta.
KAUlah yang punya busurnya , KAU jugalah sang pemanahnya.
Kini yang kupunya hanyalah anak panah yang telah rapuh.
Engkaulah pemilik cinta yang adil.
Engkau yang tau ke mana anak panah ini harus ditancapkan.
Entah kehati siapa akupun tak tau.
Aku sudah letih dangan semua ini .

Cupid pun tak akan pernah mampu untuk mengobati sepenggal hatiku,
yang telah hilang entah kemana.
Biarkan aku kembalikan fitrah ini kepadaMU.
Karena aku tau Engkaulah sang maha bijaksana diatas segala-galanya.
Dan aku mohon kepadaMU,
berikan jawaban atas segala mantra-mantra cintaku selama ini.
Dan izinkan ku kembalikan cinta ini kepaNYA.

by boimprasetyo

Minggu, Februari 14, 2010

Secangkir Kopi




Setiap hari setelah bangun tidur dan sebelum memulai kegiatan sehari, aku pasti
menyiapkan secangkir kopi. Secangkir kopi yang kental dan pahit. Ketika
kerongkonganku dibangkitkan oleh pahitnya kopi kental, isi kepalakupun seakan
terlonjat bangun. Tanpa kopi hidupku serasa mati.
Ketika minum kopi aku berpikir; 'Hidupku pun kadang butuh secangkir kopi. 'Ia butuh
pengalaman pahit. Ia harus melewati kegetiran hidup, agar aku bisa
mempertimbangkannya secara lebih matang dan mendalam, agar aku bisa mengambil
langkah baru dan memberi nilai baru. Hanya dengan itu aku bisa menjadi lebih gigih
dan kuat.
Karena itu temanku... janganlah mengeluh saat menghadapi berbagai jenis kepahitan.
Jadikanlah itu tepung kopi unggul, yang dimasak oleh pikiran yang matang untuk
menghasilkan secangkir kopi kental. Pahit tapi ahh.... enaknya...
---------------
Hemmm....sambil menikmati kopiku, kunikmati pula hidup ini.

Skandal Hastinapura





Suhu politik di Negara Hastinapura sedang memanas. Para kurawa saling mencurigai satu sama lain. Jumlah kurawa yang 100 wayang bersaudara bila bertemu saling menatap curiga (podo saling mecicil). Hal ini dikarenakan ketika sang Raja Duryudana sewaktu menggelar rapat kerja di paseban Agung Bale Manguntur sempat berucap bahwa Kas Negara kebobolan sebesar 6,7 Trilyun. Terang aja semua yang hadir di rapat kerja itu saling membelalakkan mata dan saling bertandatanya, gerangan kunyuk siapakah yang berani nyolong duit Negara itu. Durmogati tokoh kurawa yang paling mbeling ini sempat mengumpat dalam hati,”iblis laknat siapa malingnya kok ga mau mbagi-mbagi ga tau apa kalau cicilan mobilku belum lunas.”

Lain halnya durmogati lain pula dengan sikap sang maha patih Haryo Sengkuni yang dari tadi diam aja bahkan pura-pura tidur.
Sebenarnya 100 wayang kurawa ini sudah tau siapakah gerangan otak dari semua ini. Yang jelas adalah orang yang dekat dengan raja yang punya kuasa bisa keluar-masuk istana dari bilik pribadi Duryudana sampai kamar jablay simpanan sang raja. Tidak lain dan tidak bukan Haryo Suman sang maha patih Sengkuni. Akan tetapi anak-anak kurawa ini takut untuk ngomong karena memang mereka beraninya kroyok’an ga berani bicara terang-terangan apalagi sosok Dursasana hanya gede badannya doang tapi otaknya sebesar otak burung dara, bisanya Cuma makan sama madon.

Tapi ada sosok kurawa yang sebenarnya sangat dendam sekali sama sang paman yang sekaligus menjadi wakil raja ini. Kenapa dia begitu dendam kapada Sengkuni..?
Hal ini dikarenakan karena sang paman mikirnya sering ga tepat dan selalu meleset dalam target. Hampir 90% strategi politiknya selalu ga tepat sasaran tapi jika diajak ngomongin masalah penertipan mucikari dan jablay-jablay yang mangkal dijalanan protokol Hastinapura dia sangat tanggap ing sasmito lantip ing panggraito yang ujung-ujungnya sampah masyarakat itu ga dibrantas hanya ditertibkan saja. Kan semuanya sama-sama butuh, mereka butuh duit dan pejabat butuh pelayanan public itulah dalih terkuat yang selalu dikemukakan oleh sang patih Hastina ini. Ialah sosok Durmogati yang punya pikiran sudah saatnya sang paman ini dibuka skandal korupsinya yang menilep uang negara, “pantes aja selama 6 bulan ini gajiku disunatnya banyak banget alasannya bahwa pajak penghasilan naik ini semua merupakan kebijakan fiscal yang dibuat oleh kakang Duryudana”, gerutunya dalam hati.

Rasa benci Durmogati kepada sang paman memuncak karena baru-baru aja sang paman menugaskan dia digaris depan dalam secret operation untuk menumpas anak-anak pendawa. Ceritanya bila operasi ini berhasil Durmogati akan diangkat menjadi salah satu anggota watimja (dewan pertimbangan penasehat raja) dengan fasilitas rumah mewah, mobil mewah seharga 1,3 M, gaji naik dan diberi kelonggaran untuk nikah lagi. Karena mental durmogati adalah mental tempe dan tergiur oleh kemewahan maka terang saja dia menyaguhi tawaran pamannya tanpa memikir-mikir lagi. Ketika itu jabatan Durmogati hanyalah Danramil yang membawahi keamanan satu kecamatan di Hastinapura. Dalam secret operation ini Durmogati diberikan tanggung jawab membawahi 3 SSK (Satuan Setingkat Kompi) untuk menumpas anak-anak pandawa. Bukannya mendapat hasil tapi malah apes. Ternyata 3 SSK yang dipimpin oleh durmogati disikat habis oleh 2 orang anak pandawa dan 1 orang yang masih ada saudara dengan para pandawa. Raden gatotkaca, Raden Antasena dan Raden Sencaki dengan mudah menggilas anak buah Durmogati. Dan sang komandannya sendiri akhirnya harus rela dihajar habis oleh Gatotkaca. Bukan anak Pandawa namanya kalau ga mau bagi-bagi, melihat saudaranya Antasena hanya nganggur ngeliat mereka bertempur maka diberikannya Durmogati yang nyawanya tinggal 50% kepada Antasena. Dikasih mainan orang kurawa tanpa diberi aba-aba lagi langsung saja si Durmogati dihajar oleh Antasena sampai deyek-deyek. Kalau ga inget adanya hajatan besar perang Bharatayuda Binangun yang udah tertulis dalam Kitab Jitabsara mungkin Durmogati sudah dibuat game over oleh Antasena.

Hasil dari secret operation ini akhirnya dilaporkan ke Sengkuni. Bukanya merasa kasihan dengan keadaan durmogati, sengkuni malah menyalahkan keponakannya kenapa ga minta bantuan sama Dursasana yang menjabat sebagai pangkopkamtib. Dasar watak Sengkuni metu glanggang nyolong playu Durmogati malah diajukan ke mahmilub dengan dakwaan menyalahi wewenang dan code etik kemiliteran Negara Hastinapura. Finally-nya sang pahlawan kesiangan ini malah dijatuhi hukuman dicopot dari jabatannya sebagai Danramil dan dikembalikan ke mabes sebagai perwira nganggur dan ditunda kenaikan pangkatnya selama 2 tahun.

Nah.. akibat kejadian ini lah durmogati merasa dendam kepada pamannya dan perlu membalas agar Haryo Suman kena batunya tidak semena-mena mumpung berkuasa. Maka dengan tabungan yang masih tersisa Durmogati menyuap saudar-saudaranya agar mau membentuk pansus menyelidiki uang negara yang raib. Dasar watak para kurawa yang bejat walaupun Durmagati masih saudara mereka tapi mereka menggunakan posisi tawar, artinya Durmogati berani membayar tinggi enggak kalau dia ingin didukung. Durmogati pun ga kurang akal dia berani menyuap dengan harga tinggi jika mereka mendukung dia menjadi ketua pansus. Direwangi hutang ke bank punya pamanya Widura yang notabennya pinjaman lunak tanpa agunan maka durmagati pun melenggang menjadi ketua pansus. Yang jelas uang Durmogati keluar banyak untuk menyuap orang nomer satu di Hastinapura agar mau menyetujui dibentuknya pansus untuk menyelidiki uang Negara yang raib sebesar 6,7 trilyun.

Maka rapat pansus pun digelar tanpa penyelidikan dan penyidikan sang maha patih Haryo Sengkuni dihadapkan dalam rapat pansus yang dipimpin oleh Durmogati. Dalam rapat itu sengkuni dicecar pertanyaan-pertanyaan yang memojokkan seolah dia bagaikan terdakwa yang harus dijebloskan dalam penjara. Tapi bukannya Sengkuni kalau dia tidak cerdik bahkan kancil pun bisa kalah kecerdikannya dengan dia. Dalam menjawabnya bahkan sengkuni sempat membuat rapat pansus deathlock dan beberapa anggota pansus pun ada yang sempat walk out karena merasa dilecehkan oleh pimpinan rapat yang mengumpat dengan kata-kata kasar. Kiranya Sengkuni ga mau salah sendirian maka dia pun membeberkan nama-nama yang terlibat dalam penggelapan uang Negara ini. Beberapa nama seperti guru durna, guru Kripa, Aswatama dan Karna sempat disebutnya bahkan nama Baladewa juga ga ketinggalan ikut diabsen padahal ga ada sangkut pautnya. Maka rapat pansus pun jadi ruwet, bundet dan mumet. Semua ini ga terpikir sebelumnya oleh si Durmogati, sekarang dia baru sadar bahwa yang dihadapai adalah suhunya maling. Hampir 15 hari rapat pansus digelar ga ada titik temu. Orang-orang yang disebut oleh sengkuni telah dipanggil tapi mereka juga ga kalah cerdik menjawabnya, bahkan Baladewa sempat mencak-mencak diruang rapat karena dia sama sekali ga tau apa-apa kok ikut disidik. Baladewa sempat mengancam akan membunuh semua anggota pansus kalau namanya tidak segera dibersihkan dari skandal ini dan dia sempat juga ngambeg ngancam bila dalam perang Bharatayuda nanti memilih membela pandawa kalau Sengkuni tidak meminta maaf padanya dalam tempo 2 kali 24 jam karena telah mencatut namanya.

Makin lama bukanya makin terang tapi makin gelap saja kemana aliran uang sebesar 6,7 trilyun itu dan siapa saja orang-orang yang menikmatinya. Disinilah integritas seorang Durmogati diuji, bila dia tak berhasil menemukan siapa maling uang negara ini maka tak ayal hukumanya tambah berat bisa jadi dia turun jabatan dari perwira dijadiin COB (Chief Office Boy) istana. Kalau hukumanya ga diikutsertakan dalam perang Bharatayuda dia malah bersyukur artinya dia ga bakalan mati, tapi jika dia dijadiin panglima perang Bharatayuda maka dia orang nomer satu yang akan mati duluan apalagi kalau harus berhadapan denga si Bima sama aja pertempuran antara Daud vs Goliath sudah dipastikan dia yang game over duluan.

Agar jabatanya jadi ketua pansus bisa bertahan maka durmogati meminta izin kepada Duryudana untuk melakukan panggilan saksi ahli dari pihak Pandawa yang terkenal ksatria dan jujur. Untuk semua itu Durmogati meminta tambahan dana operasional. Jika si Durmogati bukan adiknya mungkin sudah dipecat oleh Duryudana karena gawenya ga beres, ga memberikan hasil malah mengurangi pendapatan Negara Hastinapura saja.

Akhirnya pemanggilan saksi ahli pun dilakukan. Yudistira yang terkenal jujur dan belum pernah bohong dipanggil sebagai ahli dalam Peace Political Science. Tidak hanya itu saja pakar komunikasi politik Prabu Kresna dari Dwarawati pun diikutsertakan. Ekonom muda Nakula dan Sadewa, kabareskrim amarta Harjuna dan guru besar Ilmu Hukum Tata Negara semar juga ga ketinggalan ikut memberikan sumbangsih untuk mengusut siapa maling dalam Negara Hastinapura. Hanya Bima saja yang ga ikut dipanggil karena oleh Duryudana dan Dursasana tidak diizinkan yang nantinya malah bisa ngobrak-abrik rapat pansus karena sifat emosional bima yang ga bisa dikendalikan apalagi jika melihat actor utamanya adalah Sengkuni. Padahal sosok Bima merupakan Pakar Forensik Telematikanya amarta. Bima punya metode dan alat yang bisa menguji kejujuran Sengkuni dan para skandalnya.

Inilah perseteruan antara cicak dan buaya, tapi sayang di ending ceritanya nanti sang cicak harus kalah dengan buaya tidak seperti dinegara tetangga buaya yang diobrak-abrik sama para cicak. Melihat kerja pansus yang lama dan ga menghasilkan keputusan rupanya Duryudana sudah muak dengan ulah si Durmagati. Tidak hanya waktu yang terbuang tapi Keuangan Negara Hastinapura morat-marit untuk mbiyayai kinerja pansus yang dipimpin Durmogati padahal keuangan yang ada sudah dialokasikan untuk biaya hajatan besar perang Bharatayuda. Akhirnya dengan meminta petunjuk watimja (Dewan Pertimbangan Penasehat Raja) yang diketuai oleh eyang Bisma, Duryudana membuat kebijakan yang tentunya kebijakan tak populer yaitu memberhentikan kinerja pansus sekaligus membubarkan pansus dengan alasan merugikan uang negara dan tak membuahkan hasil sedikit pun. Tentunya kebijakan ini tidak diterima oleh Durmogati. Dia sudah berkorban habis-habisan untuk terbentuknya pansus guna menjegal karir politik sang paman Sengkuni. Hingga dibela-belain ikut program pinjaman tanpa agunan di widura bank untuk menyuap saudar-saudaranya agar mau mendukung dia menjadi ketua pansus. Tapi apa daya kekuasaan duryudana lebih kuat dibanding Durmogati yang hanya perwira pertama di hastina pura. Sebenarnya Duryudana sendiri sudah tau siapa maling uang negara itu, dan sudah bisa membaca peta politik adiknya Durmogati.

Inilah susahnya kalau sebuah Negara para pejabatnya masih sanak-kadangnya sendiri. Jika duryudana ingin menegakkan hukum maka dia harus memenjarakan pamanya Sengkuni yang masih menjabat sebagai patih dan beberapa adiknya sendiri yang ikut makan uang yang ditilep oleh Haryo Suman. Disisi lain dia Duryudana masih membutuhkan pamanya dan saudara-saudaranya untuk memperkuat batalyon kurawa dalam perang Bharatayuda nanti. Sedangkan dalam KUHP Hastinapura wayang yang menjadi narapidana dan masih hidup didalam lembaga pemasyarakatan dibebaskan untuk tidak ikut serta dalam perang besar Bharatayuda. Sehingga Duryudana pun ga mau rugi , dari pada ngumpanin orang yang dipenjara dan bebas ga ikut perang Bharatayuda mendingan ga usah ada yang dipenjara dan mereka bisa ikut perang Bharatayuda sekaligus bisa cari makan sendiri-sendiri. Masalah uang negara sebesar 6,7 trilyun yang hilang dianggap selesai dan sudah dikeluarkan SP3 (Surat perintah Pemberhentian Penyidikan). Dan untuk mengembalikan uang Negara yang hilang serta kas Negara yang berkurang akibat ide gilanya Durmogati maka Duryudana memerintahkan agar pungutan pajak dari negara-negara sekutunya dinaikkan 30%.

Akan tetapi ceritanya tidak hanya sampai disini aja. Ga rame kalau ga ada korbanya. Maka korbanyapun sudah bisa ditebak. Akibat ide gilanya Durmogati yang membentuk pansus untuk menjegal karir politik maha patih Sengkuni Negara Hastinapura dirugikan sebesar 2,5 M. untuk itu Durmogati harus diajukan ke mahmilub Hastinapura. Akan tetapi lagi-lagi Duryudana ga mau rugi, demi menyambut perang besar Bharatayuda Binangun semua saudaranya 100 wayang harus ikut ga boleh satu pun yang absen. Berkat kebijakan Duryudana maka Durmogati dibebaskan bersyarat. Durmogati tetap dianggap salah karena membuat tekor keuangan Negara Hastinapura. Sebagai hukumanya Durmogati dimutasi ke daerah terpencil dan tertinggal. Dia diangkat menjadi lurah di daerah Pengklik-Wonolelo dan diberi target untuk meningkatkan perekonomian daerah tertinggal tersebut sebelum perang Bharatayuda digelar. Jika sebelum perang Bharatayuda digelar daerah Pengklik-Wonolelo belum membaik perekonomian wayangnya maka Durmogati harus bertanggung jawab sebagai lurahnya. Mau tak mau dia harus mau dijadikan wadal agar perang Bharatayuda dapat dimenangkan pihak kurawa.

Tancep kayon



Created by
Ki Dalang Boimprasetyo
(dalang ndugal)