Sabtu, Maret 28, 2009

WE WILL NOT GO DOWN


WE WILL NOT GO DOWN
WE WILL NOT GO DOWN (Song for Gaza)
(Composed by Michael Heart)
Copyright 2009

A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they're dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who's wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Terjemahannya ...

Cahaya putih yang membutakan mata
Menyala terang di langit Gaza malam ini
Orang-orang berlarian untuk berlindung
Tanpa tahu apakah mereka masih hidup atau sudah mati

Mereka datang dengan tank dan pesawat
Dengan berkobaran api yang merusak
Dan tak ada yang tersisa
Hanya suara yang terdengar di tengah asap tebal

Kami tidak akan menyerah
Di malam hari, tanpa perlawanan
Kalian bisa membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerah
Di Gaza malam ini

Wanita dan anak-anak
Dibunuh dan dibantai tiap malam
Sementara para pemimpin nun jauh di sana
Berdebat tentang siapa yg salah & benar

Tapi kata-kata mereka sedang dalam kesakitan
Dan bom-bom pun berjatuhan seperti hujam asam
Tapi melalui tetes air mata dan darah serta rasa sakit
Anda masih bisa mendengar suara itu di tengah asap tebal

Kami tidak akan menyerah
Di malam hari, tanpa perlawanan
Kalian bisa membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerah
Di Gaza malam ini

Sabtu, Februari 21, 2009

PENDIDIKAN YANG JADI BOOMERANG

PENDIDIKAN YANG JADI BOOMERANG

Pada saat saya sedang duduk2 santai di tempat kerja saya ga sengaja lihat print out email teman saya yg ngegeletak di meja kerjanya. Karena emang hoby saya yang senang baca-baca maka saya bacalah print out teman saya itu. 10 menit kmudian setelah saya baca, saya resapi ternyata miris juga. Apa yang telah terjadi selama ini baru saya ketahui bahwa ada yang ga beres dari pelajaran berhitung kita selama ini. Dan saya merasa perlu untuk menyebar-luaskan informasi ini. Silahkan anda membaca dengan cermat dan klo perlu diulangi berkali-kali setelah itu lakukan suatu tindakan yang menurut anda perlu.
INILAH CERITANYA…

@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

PENDIDIKAN YANG JADI BOOMERANG
Seorang teman saya yang bekerja pd sebuah perusahaan asing, di PHK akhir tahhun lalu. Penyebabnya adalah kesalahan menerapkan dosisi pengolahan limbah, yang telah berlangsung bertahun-tahun. Kesalahan ini terkuak ketika seorang pakar limbah dari suatu Negara Eropa mengawasi secara langsung proses pengolahan limbah yang selama itu dianggap selalu gagal.
Pasalnya adalah, takaran limbah yang dipakai dalam buku petunjuknya menggunakan satuan pound dan ounce. Kesalahan fatal yang muncul karena yang bersangkutan mengartikan 1 pound = 0,5 kg dan 1 ounce (ons) = 100 gram, sesuai pelajaran yang ia terima dari sekolah. Sebelum PHK dijatuhkan, teman saya diberi tenggang waktu 7 hari untuk membela diri dengan cara menunjukkan acuan ilmiah yang menyatakan 1 ounce (ons) = 100 g.
Usaha maksimum yang dilakukannya hanya bisa menunjukkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mengartikan ons (bukan ditulis ounce) adalah satuan berat senilai 1/10 kilogram. Acuan lain termasuk table-tabel konversi yang berlaku sah atau dikenal secara internasional tidak bisa ditemukan.
SALAH KAPRAH YANG TURUN-TEMURUN.
Prihatin dan penasaran atas kasusu yang terjadi diatas, saya mencoba menanyakan hal ini kepada lembaga yang paling berwenang atas system takar-timbang dan ukur di Indonesia, yaitu Direktorat Metrologi. Ternyata, pihak Dir. Metrologi-pun telah lama melarang pemakaian satuan ons untuk ekivalen 100 gram.
Mereka justru mengharuskan pemakaian satuan yang termasuk dalam Sistim Internasional (metrik) yang telah diberlakukan resmi di Indonesia. Untuk ukuran berat, satuannya adalah gram dan kelipatannya. Satuan ons bukanlah bagian dari sistim metric ini dan menghilangkan kebiasaan memakai satuan ons ini, Direktorat Metrologi sejak lama telah memusnahkan semua anak timbangan (bandul/timbale) yang bertuliskan “ons” dan “pound”.
Lepas dari kebiasaan kita mengatakan 1 ons = 100 gram dan 1 pound = 500 gram, ternyata tidak pernah ada acuan sisitim takar-timbang legal / pengakuan internasional atas pengakuan satuan ons yang nilainya setara dengan 100 gram. Dan dalam sisitim timbangan legal yang diakui dunia internasional, tidak pernah dikenal adanya satuan ONS dan hanya ada di khusus Indonesia. Jadi, hal ini adalah satu kesalahan yang diwariskan turun-temurun. Sampai kapan mau dipertahankan??
BAGAIMANA KESALAHAN DIAJARKAN SECARA RESMI?
Saya sendiri pernah menerima pelajaran yang salah ini ketika masih duduk di bangku sekolah dasar. Namun, ketika saya memasuki dunia kerja nyata, kebiasaan salah yang nyata-nyata diajarkan itu harus dibuang jauh karena akan menyesatkan. Beberapa sekolah telah saya datangi untuk melihat sejauh mana penyadaran akan penggunaan system takar-timbang yang benar dan sah dikemas dalam materi pelajaran secara benar, dan bagaimana para murid (anak2 kita) menerapkandalam kehidupan sehari-hari. Sungguh memprehatinkan. Semua sekolah mengajarkan bahwa 1 ons = 100 gram dan 1 pound = 500 gram, dan anak2 kitapun menggunakannya dalam kegiatan sehari-hari. “Racun” ini sudah tertanam dalam otak anak kita sejak usia dini.
Dari para guru saya mendapatkan penjelasan bahwa semua buku pegangan yang diwajibkan / disarankan oleh Departemen Pendidikan Nasioanal mengajarkan seperti itu. Karena itu, tidaklah mungkin bagi para guru melakukan koreksi selama Dep. Pendidikan belum berubah / memberikan petunjuk resmi.
TANGGUNG JAWAB SIAPA?
Maka bila terjadi kasusu seperti diatas, Departemen Pendidikan kita jangan lepas tangan. Tunjukkanlah kepada masyarakat kita terutama kepada para guru yang mengajarkan kesalahan ini, salah satu alasannya agar tidak menjadi beban physicologyst bagi mereka ;
“acuan sisitim timbang legal yang mana yang pernah diakui/diberlakukan secara international, yang menyatakan bahwa : 1 ons adalah 100 gram, 1 pound adalah 500 gram.”?
Kalau Dep. Pendidikan tidak bisa membuktikan acuannya, mengapa hal ini diajarkan secara resmi di sekolah sampai sekarang?
Pernahkah Dep. Pendidikan menelusuri, dinegara mana saja selain Indonesia berlaku konversi 1 ons = 100 gram dan 1 pound = 500 gram?
Patut dipertanyakan pula, bagaimana tanggung jawab para penerbit buku pegangan sekolah yang melestarikan kesalahan ini?
Kalau Dep. Pendidikan tetap kekeh mempertahankan satuan ons yang keliru ini, sementara pemerintah sendiri melalui Direktorat Metrologi melarang pemakaian “ons” dalam transaksi legal, maka konsekwensinya ialah harus dibuat sisitem baru timbangan Indonesia (versi Depdinas). System baru inipun harus diakui lebih dulu oleh dunia international sebelum diajarkan kepada anak-anak. Perlukah adanya system timbangan Indonesia yang konversinya adalah 1 ons(Depdiknas) = 100 gram dan 1 pound (depdinas) = 500 gram.? Bagaimana “ons dan Pound (Depdiknas)” ini dimasukkan dalam system metric yang sudah baku diseluruh dunia? Lalau Siapa yang mau pakai?
HENTIKAN SEGERA KESALAHAN INI..!
Contoh kasus diatas hanyalah satu dari sekian banyak problema yang merupakan akibat / korban ksalahan pendidikan. Saya yakin masih banyak kasus2 snada yang terjadi, tetapi tidak kita dengar. Karena ini ksalahan pendidikan, masalah ini sbenarnya merupakan problem nasional pendidikan kita yang mau tak mau harus segera diselesaikan.
Departemen Pendidikan tidak perlu malu dan basa-basi diplomatis mengenai masalah ini. Mari kita pikirkan dampaknya bagi masa depan anak2 indonesia.berikan tauladan kepada bangsa ini untuk tidak malu memperbaiki ksalahan yang telah terjadi. Sekalipun hanya pelajaran di sekolah, dalam hal takar-timbang-ukur, Dep. Pendidikan tidak memiliki supremasi sedikitpun terhadap Direktorat metrology sebagai lembaga yang paling berwenang di Indonesia. Mari kita ikuti satu acuan saja, yaitu apa yang telah ditetapkan oleh Direktorat Metrologi dan yang telah digunakan dalam system internasional.
Era globalisasi tidak mungkin kita hindari, dan karena itu anak2 kita harus dipersiapkan dengan benar. Benar dalam arti landasannya, materinya maupun arah pendidikannya. Mengejar ketertinggalan dalam hal kualitas SDM Negara tetangga saja sudah merupakan upaya yang sangat berat. Janganlah malah diperberat dengan pelajaran sampah yang justru bakal menyesatkan. Didiklah anak-anak kita untuk mengenal dan mengikuti aturan standart yang berlaku SAH dan DIAKUI secara international, bukan hanya yang rekayasa local saja. Jangan ada lagi korban pendidikan yang salah-kaprah. Kita bisa lihat fakta yang nyata, berapa banyak TKI kita diluar negeri yang harus mengikuti acuan yang berlaku secara international.
Anak-anak kita memiliki HAK untuk mendapatkan pendidikan yang benar sebagai upaya mempersiapkan diri menyongsong masa depannya yang akan datang penuh dengan tantangan berat.
ACUAN MANA YANG BEBAR ?
Banyak sekali literature khususnya yang digunakan dalam dunia teknik, dan juga ensiklopedi ternama seperti Britanica, Oxford,dll. Yang menyajikan table-tabel konversi yang tidak perlu diragukan lagi. Selain buku-buku literature, table-tabel konversi dapat juga dijumpai dengan mudah di dalam buku harian/diary/agenda yang biasanya disajikan oleh produsen suatu produk sebagai sarana promosi.
Salah satu konversi satuan berat yang umum dipakai SAH secara international adalah system avoirdupois / avdp.
1 ounce/ons/onza = 28,35 gram (bukan 100 g )
1 pound = 453 gram (bukan 500 g)
1 pound = 16 ounce (bukan 5 ons)
Bayangkan saja bagaimana bila seorang apoteker meracik resep obat yang seharusnya hanya diberi 28 gram, namun diberi 100 gram. Apakah kesalahan semacam ini dapat dikatakan sebagai malpraktek? Pelajarnya memang begitu, kalau murid tidak mengerti, dihukum!!!!
Jadi, kalau malpraktik, logikanya adalah tanggung jawab yang mengajarkannya.
(ini hanya gambaran / ilustrasi salah satu akibat yang bisa ditimbulkan, bukan kjadian yang sebenarnya, tetapi dalam bidang lainnya banyak terjadi)
DAN MUNGKIN BISA TERJADI PADA ANDA ATAUPUN SIAPA SAJA!!!
KALAU BUKAN KITA YANG MENYELAMATKAN-LALU SIAPA ?
Melalui tulisan ini saya ingin mengajak smua kialangan, baik pemerintah, akademisi, pebisnis / pedagang, sekolah dan orang tua maupun siapa saja untuk mendukung penghapusan satuan “ons dan pound yang keliru” dari kgiatan kita sehari-hari. Pengajaran sistim timbangan dengan satuan ounce dan pound seharusnya diberikan pengetahuan disertai kejelasan asal-usul sekaligus rumus konversi yang benar. Hal ini untuk membuang kebiasaan salah yang telah melekat dalam kebiasaan kita, yang bisa menyesatkan anak-anak kita generasi penerus bangsa.


Tulisan ini dipersilahkan untuk dipublikasikan kemana saja melalui media elektronik maupun cetak dan diperbolehkan untuk mengubah format sesuai dengan ketentuan masing-masing. Dan bilamana anda sependapat dengan saya untuk segera menghentikan kesalahan ini demi masa depan anak bangsa, silahkan dicopy dan disebarluaskan sendiri.
Bila anda ragu-ragu akan kbenaran tulisan ini silahkan untuk menanyakan langsung ke Direktorat Metrologi / balai metrology setempat di kota anda. Terima kasih saya ucapkan atas kepedulian anda untuk mau berpartisipasi menyelamatkan masa depan anak-anak Indonesia dengan tulus-ikhlas, smoga Tuhan memudahkan langkah kita bersama.

BY NN
www.boim-prass.blogspot.com

Senin, Desember 15, 2008

awas busi tiruan

Mengenali Busi Tiruan
Salah satu dari sekian banyak komponen suku cadang kendaraan bermotor yang sering dipalsukan dan dijual “pedagang nakal” adalah busi. Ada saja cara yang digunakan seperti memproduksi tiruannya atau bahkan memoles barang bekas untuk dipakai kembali.
Busi palsu dapat merusak kendaraan , selain itu umur pamakaiannya tidak lama. Namanya juga barang palsu, sudah pasti kualitasnya tidak sama dengan yang asli. Oleh karena itu berhati-hatilah bila akan membeli busi, karena busi palsu kini banyak sekali beredar dapasaran. Berikut ini beberapa tips bila anda akan membeli busi agar tidak terkena tipu dengan busi palsu.

1. Langkah pertama sebagai tindakan pencegahan :
a. Sebaiknya jangan membeli busi disembarang toko sparepart yang tidak jelas/tidak meyakinkan. Belilah ditempat daeler resmi merk motor anda.
b. Biasakan anda mengamati dan mempelajari cirri-ciri khas dari merk busi asli yang biasanya anda beli, sehingga anda dapat membedakannya bila anda menemukan busi yang palsu.
c. Kalau perlu bawalah busi asli sebagai pembandingnya jika anda ingin membeli, karena busi yang palsu sekilas hampir serupa penampilannya namun tak sama.

2. Langkah kedua saat membeli busi amatilah secara fisik busi tersebut.
a. Cermati warna keemasan pada busi dan lapisan keramiknya walaupun memiliki warna yang sama, namun busi yang palsu biasanya warnanya cenderung pudar.
b. Perhatikan part genuine-nya, yang asli berwarna putih, sedangkan yang yang palsu agak keruh dan kusam.
c. Perhatikan tipikal huruf pada merk/code busi. Barang palsu biasanya tidak sama persis dengan yang asli seperti besarnya huruf, ketebalan cetakan, kemiringan huruf dan sebagainya.
d. Perhatikan permukaan center electrode. Busi palsu permukaannya cenderung tidak rata, sedangkan yang asli permukaannya masih mulus.
e. Untuk busi bekas yang sudah dipermak baru pasti telah dilakukan pelapisan ulang, karena itu perhatikan fisik businya. Misalnya center electrode-nya pasti lebih pendek dibanding dengan yang baru dan berwarna cerah keabu-abuan akibat pelapisan ulang. Padahal warna yang asli berwarna hitam. Warna keemasan yang berubah perak, keramiknya keruh, dan terselip kotoran di celah badan jika busi palsu.

Diambil dari surat kabar media Indonesia
Selasa ,27 mei 2008
By
www.boim-prass.blogspot.com

Minggu, Desember 14, 2008

TAMAN BUAYA INDONESIA JAYA


ATAMAN BUAYA INDONESIA JAYA

(CROCODILE PARK)

Taman buaya yang berlokasi di daerah jalan serang-cibarusah, tepatnya desa sukaragam, serang , kabupaten bekasi. Bila ditempuh dari kota bekasi kurang lebih memakan waktu 1,5 jam menggunakan motor. Taman buaya Indonesia jaya ini dapat dikunjungi menggunakan 2 rute. Rute pertama dari kota bekasi menuju arah tenggara [kota bekasi---cikarang jababeka---arah cibarusah]. Rute ke dua dari kota bekasi ke arah tenggara [kota bekasi---bantargebang---cileungsi / taman buah mekarsari---jln raya jonggol---cibarusah-serang bekasi ]. Bila anda menggunakan angkutan umum lebih mudah lagi. Dari terminal cikarang naik KOASI K 17 jurusan cibarusah dan bilang saja turun di taman buaya, pasti para sopir sudah sangat tau letaknya taman buaya.

Taman buaya saat ini kondisinya sangat memprehatinkan dan terlihat tidak terurus. Kurangnya dana dalam pengelolaannya dan tidak ada perhatian dari pihak pemda kabupaten bekasi c.q dinas pariwisata kab. Bekasi. Padahal taman buaya ini merupakan tempat wisata rakyat yang relative murah, sekaligus tempat belajar bagi anak-anak kita dalam mengenal hewan buas yang dilindungi undang-undang. Luas taman buaya ini 1,5 hektar dibangun oleh pemiliknya bapak Lukman Arifin pada tahun 1990, dan ada beberapa daerah lain yang juga dibangun taman buaya oleh bapak Arifin, saya suka binatang buas ini, jadi bagaimana pun saya akan selalu terus melestarikan binatang ini. Di taman buaya Indonesia jaya ini terdapat beberapa anjungan yaitu tempat atraksi buaya, kandang buaya albino dan buaya buntung, penampungan air, kandang buaya kurang lebih berjumlah 5 kandang (terdiri dari buaya sumatera, buaya Kalimantan, dan buaya irian), tempat penetasan telur buaya, taman bermain, musholla dan toilet. Menurut sumber yang kami dapat dari karyawan taman buaya Bp. Sudarman, sebenarnya taman buaya ini dahulunya berada di daerah Bandengan Jakarta utara dari tahun 1977-1983, lalu pindah lagi ke pluit tahun 1983-1992 masih di daerah Jakarta utara juga. Karena letaknya yang berdekatan dengan perumahan dan di tengah kota maka taman buaya ini direkomendasikan lagi untuk dipindahkan ke tempat yang lebih aman yaitu di pinggir kota Jakarta. Maka pada tahun 1993-1994 taman buaya mulai dipindahkan ke desa sukaragam, serang, kabupaten bekasi hingga saat ini. Karena kurangnya perhatian dari pihak pemkab Bekasi dalam promosi maka pengunjung taman buaya sangat sedikit sekali setiap harinya. minat pengunjung di sini cukup kurang, dalam satu hari mungkin hanya sepuluh sampai lima belas pengunjung kecuali hari libur bisa mencapai tiga puluh orang. Walaupun harga ticket masuk ke taman buaya relative murah, Rp 12.000,- untuk dewasa dan Rp 6.000,- untuk anak-anak. Dengan jumlah pengunjung tersebut memang dipikir secara ratio tidak mungkin mencukupi biaya yang dibutuhkan untuk keperluan sehari-hari. Taman buaya ini ada 500 ekor buaya dari beberapa jenis, diantaranya buaya Kalimantan, buaya Irian, buaya Sumatera, buaya buntung, dan dan buaya putih (albino). Sedangkan untuk setiap harinya saja diperlukan 300kg-500kg daging ayam per kandangnya. Menurut karyawan taman buaya 1 ekor buaya besar bisa menghabiskan 4-5 ekor ayam besar setiap kali makan. Di taman buaya Indonesia jaya ini, pemberian makan hanya satu kali setiap harinya pada jam 16.00 WIB. Dalam satu kandang terdiri dari buaya yang berumur 15-45 tahun, dan ada buaya yang paling tua berumur 55 tahun.

Buaya sebagai binatang buas yang dilindungi undang-undang menhut No. 401/KPTS-VI/ 1986 dan menhut No. 869/ KPTS-VI/ 1991. Seharusnya menjadi perhatian kita semua baik pemerintah setempat maupun masyarakat sebagai pengunjung. Keadaan yang terjadi di taman buaya serang-cibarusa ini sangat miris sekali, dan perlu suntikan dana dari pemkab setempat dan tidak hanya ditanggung pengelola saja. Menurut fakta yang kami temukan taman buaya Indonesia jaya ini merupakan aset yang berharga bagi pemkab kabupaten bekasi, karena pengunjung tidak hanya dari daerah bekasi saja bahkan ada yang jauh-jauh dari Jakarta, bogor, tangerang untuk melihat penangkaran buaya ini. Bahkan sudah 2 tahun terakhir ini untuk memancing minat pengunjung, taman buaya setiap hari libur mengadakan dua kali pertunjukan pada jam11:00 dan 14:00 yaitu atraksi debus dari banten, ular, dan atraksi buaya serta tersedia taman bermain untuk anak-anak. Bila kita lihat sebenarnya pihak pengelola sudah berupaya semampu mungkin untuk mengadakan promosi dan memancing minat para pengunjung, akan tetapi terhalang biaya yang cukup besar maka pengelola hanya menggantungkan pemasukan dari penjualan ticket pengunjung. Untuk memberi makan buaya saja taman buaya hanya menggantungkan dari menampung ayam-ayam yang sudah mati dari seluruh peternakan kabupaten bekasi itupun harus diambil sendiri, ungkap Bp. Sudarman salah satu karyawan taman buaya. Beliau juga mengatakan hingga saat ini pemkab bekasi sama sekali belum pernah memberikan perhatian terhadap keadaan taman buaya Indonesia jaya ini, baik dana maupun dalam hal promosi terhadap public. Hal ini bisa terbantu bila respon pemkab bekasi segera turun tangan dengan memberikan suntikan dana untuk kelanjutan pengelolaannya ke depan dan membantu dalam mempromosikannya karena menurut saya taman buaya ini merupakan sebagian kecil dari program “VISIT INDONESIA YEAR 2008”.

Pihak taman buaya sendiri juga kurang mengoptimalkan fasilitas bagi pengunjung. Dari data pengamatan yang kami peroleh terdapat musholla yang keadaannya tak terawat, permainan anak-anak yang tidak dioperasikan (entah sudah rusak / tidak ada dana untuk mengoperasikannya kembali), dan fasilitas kantin yang tidak ada. Dengan keadaan seperti itu membuat para pengunjung merasa tidak betah dan tak nyaman untuk berlama-lama di taman buaya. Padahal fasilitas itu semua bisa menarik minat masyarakat untuk berkunjung k etaman buaya Indonesia jaya. Sekali lagi perlu adanya kerjasama antara pihak pengelola dengan pemkab setempat untuk kelanjutan nasib taman buaya kedepannya. (b0!m)