
Ceritanya nih, teman saya ini
mendapat kiriman bahan batu mulia dari sahabat karibnya yang berdomisili di
negeri kangguru Australia. Singkat cerita, batu sudah dikirim melalui jasa pos
negara Australia dimana segala pembiayaan baik pajak dan segalanya ditanggung
oleh sang pengirim dengan alamat Pos Indonesia lebih tepatnya kantor pos
wilayah Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Nah, setelah sampai tujuan kantor pos
wilayah sleman paketan batu ini dibuka packingannya lalu dirujuk ke Bea Cukai DIY
yang terletak di jalan solo persis di utara pertigaan Bandara Adisucipto
Yogyakarta.
Perlu diketahui, menurut cerita
teman saya bahwa segala paketan dari luar negeri yang menggunakan jasa pos
biasanya dirujuk ke Bea Cukai mungkin karena biayanya yang murahn kalee ye..
Namun jika menggunakan jasa ekspedisi, paketan akan langsung diantar ke alamat
penerima atau si penerima mengambil ke kantor cabang ekspedsisi tersebut.
Singkat cerita setelah barang
paketan sampe ke tangan Bea Cukai, niat hati teman saya ini akan mengambil dan
sesampainya di Bea Cukai ternyata harus menebus paketan yang berisi 1 kilogram
bahan batu akik sebesar 1 juta rupiah..wow…
Dan 1 juta rupiah ini tanpa ada SOP
nya . Tau SOP ga, SOP ialah : Standar Operation Procedure. Intinya pungli gitu
sajalah. Mendengar satu juta rupiah teman saya satu profesi ini terperanjat.
Gilaaaa…cuma batu aja suruh nebus 1 juta rupiah. Meskipun sudah dijelaskan jika
segala biaya pengiriman sudah ditanggung oleh si pengirim dan batu itu hanya
untuk koleksi tidak untuk dijual kembali tapi tetap saja sang petugas Bea Cukai
mematok harga 1 juta rupiah kalo ingin batu ini bisa dibawa pulang.
Perasaan jengkel bercampur ingin
ketawa jadi satu, pokoknya nano-nano dech, rame rasanya. Lalu teman saya ini
mencoba menghubungi kawan yang biasanya mengundang para kuli tinta jika ada jumpa press ketika ada penangkapan kurir
shabu-shabu yang berhasil diringkus. Nah melalui kenalan pegawai Bea Cukai ini
kawan saya meminta tolong untuk mengambilkan kiriman batunya, alhasil dengan
pertolongan kenalan pegawai Bea Cukai ini batu bisa dibawa pulang tapiiii… ya
tetap aja harus keluar duit sebesar 300 ribu rupiah. Dan uang 300 ribu rupiah
inipun juga tidak ada buktI kuitansinya jika memang dianggap sebagai biaya
ataupun pajak penebusan barang paketan, artinya ya pungli lagiii..
Nah dari pengalaman kawan saya ini
maka bisa dikatakan memang instansi yang satu ini masih banyak oknum-oknum yang
melakukan pungli untuk meloloskan barang. Dan jika barang tidak ditebus dengan
membayar pungli biasanaya akan mereka pake sendiri ataupun dijual. Pantesan
cepet kaya…!!!
Yang bisa diambil pelajaran dari
kejadian transaksi pungli ini jika ada sanak-saudara yang akan mengirimkan
paketan dari luar negeri untuk masuk ke dalam negeri (Indonesia ) lebih baik menggunakan jasa
ekspedisi meskipun biayanya mahal tetapi tidak akan lagi dipungut biaya macam-macam.
Seluruh biaya dan pajak pengiriman serta tetek-bengeknya ditanggung oleh si
pengirim jadi kita tinggal menerima barangnya saja tapi emang sedikit lebih
mahal daripada dengan menggunakan jasa pos.
Meskipun menggunakan jasa pos
karena kepengen murah tapi kalau ujung-ujungnya harus berurusan dengan oknum Bea
Cukai yang suka mematok pungli ya jatuhnya mahal jugha to..!! Semoga pengalaman
kawan saya ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua ternyata pungli itu
bener-bener ada tak hanya preman kampung ataupun preman pasar yang tukang
malak, tapi preman berseragampun juga demen banget sama yang namanya pungli.